Topik Judul

Cari Blog Ini

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)
Lebih sehat, produksi dan kualitas lebih tinggi.. Minat??

Pemesanan Benih Kentang :

Hubungi http://jayamandirifarm.blogspot.com/
atau phone/whatsApp/Line/WeChat/Viber
+62 812 1919 2065
0812 1919 2065

email : vansekar@yahoo.co.id

LAYANAN KONSUMEN JM FARM :

Free/Gratis Khusus Konsumen :
- Panduan budidaya perbenihan kentang
- Konsultasi teknologi perbenihan kentang
,
Diskon Khusus Konsumen : Pembelian diatas jumlah minimum

Sabtu, 03 Mei 2014

Pembahas Proposal : Seperti Apa?

Sejak masuk kantor lagi dan menjadi leader dalam suatu proyek, tahun ini saya sudah 3 kali presentasi proposal dan 2 kali menjadi pembahas proposal. Rasanya, ada yang pengen saya share di sini.. Ada yang bisa dipetik, ada pula berupa kegalauan untuk terus maju..

#1# Sedih, saya mencermati para pembahas.
Sepertinya begitu bangganya bisa mencari celah kekurangan suatu proposal. Kalau perlu dipermalukan lah si pengaju proposal tanpa memberikan solusi.. Ada pengalaman yunior mengajukan proposal. Bila ada kekurangan, wajarlah. Tugas pembahas menyempurnakannya. Saya kuatir si yunior ini mutung, pundung, kapok.. Halooow.. apapun ide itu, semua pantas mengapresiasinya meskipun belum sempurna.. Mahal lho ide itu. Kalupun bukan si yunior2 yang menggantikan kita nanti, siapa lagi?

Lain pula, pembahas lain, yang begitu semangatnya membahas yang tidak penting. Bagi saya, kesalahan ketik atau format atau kesalahan yang jelas mudah diperbaiki, tak perlu dibahas. Cukup diberi note dalam koreksian makalah/proposal. No debatable..
Nah, yang perlu diajukan pertanyaan, cukup yang perlu diminta klarifikasi, keraguan, dapat menimbulkan salah paham dll..

Beri solusi. Nah ini dia yang nyebelin. Begitu banyaknya orang di negara ini yang hobi banget nyalahin tanpa memberi solusi. Sama halnya dengan pembahas. Mbok yao, kasih pula solusi, alternatif bila tidak setuju dengan suatu pemikiran. Belum tentu pemikiran si pembahas, akan disetujui oleh si pemberi presentasi. Silahkan beradu argumentasi yang sehat..

Dalam hal ini, bila kurang puas dengan maksud pembahas, saya suka tanya langsung di luar forum "maunya" pembahas apasih. Terkadang, kekurangjelasan kita dalam penuangan dalam penulisan di proposal saja, seolah si pembaca satu disiplin ilmu dengan kita, sehingga kirain mudah dipahami.. Dan bila ada yang salah pun, saya ga segan minta solusi atas kendala yang saya hadapi dari si pembahas. Hasilnya sih, biasanya si pembahas pemula, biasanya no solusi.. hehe


#2# mestinya pembahas itu seperti apa sih..
 Agak sumir pula, saat saya mendengar salah satu senior bilang, wajarlah bila pembahas, cari2 kekurangan.. hmhmh.. segitu burukkah pekerjaan pembahas.. Padahal, bagi saya, begitu mulianya pembahas bila bisa2 benar2 meluruskan suatu kesalahan di awal sebelum penelitian dilaksanakan

Sebenarnya ada niat baik agar pembahas boleh yunior, tapi bagi saya, jangan dulu lah. Sayang, proposal yang bernilai dana besar hanya sebagai uji coba yunior. Biarlah yunior belajar mengamati dulu dari pembahas2 senior. Kenapa? pembahas punya tugas tidak saja mencermati salah ketik atau format saja, tapi isi proposal yang terpenting. Salah metode, bisa menyia2kan dana yang begitu besar dan tidak ada manfaat yang bisa diperoleh untuk masyarakat.. Bisa jadi yang dapat manfaat hanya si peneliti saja.. hehe

Bagi saya, tugas pembahas, tidak saja mengoreksi salah tulis dll. Semua orang bisa jadi pembahas kalau hanya sekedar salah tulis. Tapi semestinya bisa :
- memperkaya ide. Saya yakin, setiap orang punya keunikan untuk memperkaya suatu ide. Apalagi bila pembahas merupakan senior dengan banyak pengalaman.
- mempertajam metode agar proposal mudah dikerjakan dengan memperhatikan kendala2 yang ada dan tentu harus sesuai dengan metode penelitian
- mempertajam output agar hasil penelitian benar2 bermanfaat..


Saat saya jadi pembahas suatu rekomendasi teknologi. menyedihkan sekali saat saya tau metode penelitiannya yang salah, kurang teliti, sehingga kesimpulan yang diambil, meragukan.. Nah lho.. Menyesal kemudian setelah selesai penelitian kan tidak ada artinya to..

Tapi, Alhamdulillah, saya punya pengalaman menjadi korban pembahas senior yang profesional..
Meskipun sudah merasa to the point, saya disarankan lebih to the point lagi. Saya paling suka menggambarkan sesuatu dalam gambar bagan alir, ternyata saya dianggap kurang narasi, sehingga membingungkan pembaca.. Insya Allah, akan saya perbaiki..

Namun ada satu hal yang mengganjal, saat saya dibahas pembahas profesional. Saya sampe bingung, semua proposal teman2 ga ada yang bener. Salah semua. Saya yang awalnya pede, jadi keder juga sih. Sampe2 hampir hilang kepercayaan diri. Mutung. Oleh karena itu, saya konfirmasi ke pembahas. Sebenarnya, mana sih contoh proposal yang mendekati bagus, biar kami ini punya pegangan.. Alhamdulillah, saya sebagai leader baru dan masih muda (hehe.. soalnya, kebanyakan sudah sepuh2 alias senior2), dianggap cukup bagus dengan alur pemikiran yang jelas... Tapi tentu, tetep harus diperbaiki.. Huff, pelit bangets pujian nih...


Ulangan yang tidak sama dengan duplo : Penelitian

Kenapa sih perlu ulangan dalam suatu penelitian?
Terkadang kita ga yakin apakah suatu kejadian benar2 terjadi karena suatu sebab. Contoh, apakah benar, suatu perlakuan pupuk benar2 meningkatkan produksi tanaman, atau suatu kebetulan? Kok ya kebetulan, dikasih pupuk x, produksinya jadi meningkat. Tapi akankah berlaku hal yang sama, berupa peningkatan produksi, meakipun dikerjakan dengan metode yang sama oleh orang lain?
Nah, itulah mengapa perlunya ulangan..

Dalam percobaan lapang, berapa jumlah ulangan yg perlu dibuat? Yaitu perlakuan minus 1 ditambah ulangan minus 1 lebih besar dari 12. Tapi ada yg bilang juga 15.. silahkan pilih yg mana. Pada intinya, semakin banyak ulangan semakin bagus.. tapi tentu mikir2 pula biaya kalee.. hehe.. dan yang penting, pastikan ulangannya harus seragam. Bila tidak seragam, kumpulkan kelompok ulangan tersebut dalam rancangan acak kelompok menjadi blok..

Sayang, saking ngiritnya penelitian, ternyata yg disebut ulangan menjadi salah kaprah dengan duplo.. Apa tuh duplo?
Contoh, dalam satu ulangan, kemudian diambil sampel 2 kali, maka 2 sampel tersebut, tidak dapat disebut 2 ulangan karena berasal dari petak ulangan yang sama, tetapi semestinya dirata2kan menjadi satu ulangan..
Jangan salah, terkadang, hanya sekedar merata2kan 2 pengamatan ini, bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda lho..

Nah, semua ini tergantung kejujuran dari si peneliti. Mo ngakalin engga, karena yg begini, sulit terdeteksi saat sudah jadi laporan hasil penelitian. Bisa menimbulkan fitnah, meskipun bisa dicurigai bila melihat nilai koefisien keragaman yg cukup rendah. Mosok sih, penelitian lapang CV nya bisa rendah sekali, terutama bagi peubah pengamatan yg nilai keragamannya besar, seperti akar misalnya..
Konon cerita, peneliti boleh salah, tapi ga boleh bohong..

Ok deh., semoga bermanfaat *edisi menjawab pertanyaan teman2 ttg ulangan*