Topik Judul

Cari Blog Ini

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)
Lebih sehat, produksi dan kualitas lebih tinggi.. Minat??

Pemesanan Benih Kentang :

Hubungi http://jayamandirifarm.blogspot.com/
atau phone/whatsApp/Line/WeChat/Viber
+62 812 1919 2065
0812 1919 2065

email : vansekar@yahoo.co.id

LAYANAN KONSUMEN JM FARM :

Free/Gratis Khusus Konsumen :
- Panduan budidaya perbenihan kentang
- Konsultasi teknologi perbenihan kentang
,
Diskon Khusus Konsumen : Pembelian diatas jumlah minimum
Tampilkan postingan dengan label penelitian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penelitian. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 Juni 2015

Penelitian : Curhat....

Tadi pagi, saya nonton NGC, National Geographic Channel. Seru tentang bagaimana kehidupan di planet lain, tentang tata surya. Sebenarnya, saya ga terlalu minat dengan astronomi, cuman ada yang menarik dibalik itu.

Berdasarkan drone, pengamatan menunjukkan bahwa kehidupan hanya ada di bumi. Di planet lain hanya gersang tidak ada kehidupan. Kok aneh ya, kenapa di planet lain ga bisa. Kata suami saya, karena hanya bumi yang ada airnya. Kok bisa hanya bumi? Yup, bahasa singkat saya, mungkin bila di Merkurius terlalu panas, sedangkan bila di Pluto, kedinginan kali ya, sehingga mungkin hanya di bumi, yang cuaca dan iklimnya mendukung. Hehe.. Ada sih bahasan singkatnya bagaimana kehidupan itu dibentuk, DNA, yang katanya ada percikan dari komet, atau apalah, saya ga paham karena bukan bidang saya.

Yang menarik bagi saya, melihat antusiasme para penelitinya terhadap tata surya tersebut. Mungkin sama menariknya bila ada yang ngomongin kentang, fisiologi tanaman, hidroponik, langsung deh saya tune in. hehe.. Seabstrak itu mereka membahas bagi saya, sama abstraknya bila pada tahun 1901 pun banyak penelitian tentang kentang, sementara negara kita masih sibuk bagaimana memperjuangkan kemerdekaan. Telaaaaaaaat...

Bagi peneliti, mungkin hal yang membahagiakan adalah di saat ide, rasa penasaran akan keilmuan mereka bisa terjawab oleh penelitian mereka. Huuu.. saya jadi ngiri. Yup, banyak ide dan penasaran saya harus saya simpan dalam hati karena terkendala waktu dan dana. Dari sisi waktu, sebel saya dengan absen yang bikin ga bisa bebas ke lapangan karena bagi saya, saya bisa lah mengusahakan dana penelitian, entah itu dari kantong sendiri atau mengajukan proposal. Mudah2n penjajahan waktu ini segera berakhir deh..

Yang bikin sedih lagi, penelitian terkadang dianggap barang instan. Tahun ini penelitian, tahun depan harus ada hasilnya. Hehe.. berhubungan dengan makhluk hidup kok kayak jual beli begini. Bagi saya, yang penting ada road mapnya. Apa sih yang direncanakan dihasilkan per tahun. Eh, udah diusulkan 3 atau 5 tahun, eh diputus di tengah jalan. Kalau emang asal sih, bisa dimaklumi, tetapi kalau emang beneran tapi belum menghasilkan, ya jangan di-cut dong.. Melunturkan idealisme, sehingga penelitian bikin yang ecek2 aja, yang itu2 aja... Duh, sebagai peneliti yang dibatasi begitu, disitu saya merasa sedih.. *Eh, ini bukan kasus saya lho, hanya melihat yang lain saja*

Saya akui, banyak juga penelitian yang dianggap proyek. Penelitian itu2 saja, rutin, bahkan ada kesan diada2in. Disitu, saya juga terkadang merasa sedih. Pengkajian produksi benih, masak dipisah dengan pengkajian penyimpanan benih, padahal, kita sama2 tahu penyimpanan benih merupakan salah satu item dari produksi benih. Hehe.. kelihatan maksanya kan.
Ataupun pengkajian SLPTT yang itu-itu aja, misalnya. Kalau ga demplot, temu lapang, pelatihan. Mbok yao, hasil2 dari tahun lalu dirumuskan agar ada hal baru yang dilakukan. Minimal ada strategi atau pendekatan lain.. Be out of the box lah..

Saya ngomyang ya.. Ya begitulah. Di saat penelitian dihubung2kan dengan dunia politik, idealisme jadi lewat. Yo wis lah.. monggo... Saya jadi penonton saja..

Sabtu, 07 Juni 2014

Adil dalam Penelitian

Lama ga ngeblog di rumah ini. Maklum, lagi musim pileg, jadi banyak ngeblog di tempat lain.. :)
Ga akan kampanye kok, cuman titip pesen jangan golput saja. Karena bila golput, artinya menyerahkan pada pilihan dominan, yang belum tentu pilihan dominan itu adalah yang terbaik/terjelek.
Dan kalaupun terpaksa golput, jangan pula kemudian menyalah-nyalahkan presiden terpilih. Hehe.. Partisipasi juga kagak, main nyalahin orang.. Ingat, pangan kita, pendidikan, kesehatan, sarana umum kita dll merupakan hasil kompromi politik, jadi janganlah antipati dengan politik, seburuk apapun politik itu..

Ok, kembali ke laptop..
Beberapa waktu lalu, saya survei di sentra kentang. Bagus, ada petani yang mencoba membuat percobaan beberapa varietas kentang. Seneng saya, melihat banyak petani muda yang semangat begitu..

Saat saya liat benihnya, hmhm.. kok tidak seragam. Maksud tidak seragam disini adalah perbedaan ukuran benih umbi dan umur fisiologis umbi yang terlalu jauh. Ada yang besar, ada pula yang kecil. Ada yang tunasnya baru nongol, ada yang tunasnya sudah jadi rambut, saking banyaknya.
Saya kuatir, varietas yang nantinya menjadi pemenang adalah varietas yang kebetulan memiliki ukuran besar dan umur fisiologis yang cukup. Bukan karena varietas tersebut memang unggul.

Memang sih agak sulit menyeragamkan sumber benih tersebut saat waktu tanam. Tapi apa boleh buat, yang namanya penelitian, percobaan memang harus begitu. Harus seragam, harus adil. Tidak boleh berpihak pada salah satu perlakuan percobaan. Liat demplot pestisida/pupuk yang dibuat oleh pembuat pestisida/pupuk.. Hehehe.. Keberpihakan akan sangat kental sekali. Oleh karena itu, pembuat percobaan harus bersikap adil, agar hasil percobaannya dapat dipertanggung jawabkan. Biasanya dilakukan oleh pihak yang independent..

Mungkinkan petani melakukan percobaan sendiri?
Eits.. Saya justru sangat menyarankan. Karena, biasanya percobaannya lebih bermanfaat, sesuai pertanyaan sehari-hari mereka, dibandingkan percobaan peneliti, yang terkadang hanya memenuhi syarat kenaikan tunjangan saja.

Tidak perlu sedetil rancangan percobaan, juga tidak mengapa. Asal adil, dan diulang beberapa kali. Hehe.. Saya juga sering melakukan percobaan kecil, hanya sekedar menjawab penasaran saya tentang kasus tertentu. Selain karena menjawab kasus tertentu, percobaan sering pula saya lakukan untuk coba-coba teknologi baru. Kali aja dengan begini, hasil bisa meningkat. But, hehe.. jangan coba-coba dalam skala luas ya. Jangan kepedean. Mending menyesal karena percobaan berhasil tapi nanam sedikit, daripada menyesal karena perlakuannya gagal. Bisa gigit jari deh... *pengalaman nih*

Pengalaman merupakan guru terbaik. Oleh karena selesai panen, analisislah sendiri kenapa hasil panen kita meningkat/menurun. Pelajari dan perbaiki. Jangan menanam dengan cara, metode yang sama di setiap musim..
Ok.. Keep on spirit !!!

Sabtu, 03 Mei 2014

Pembahas Proposal : Seperti Apa?

Sejak masuk kantor lagi dan menjadi leader dalam suatu proyek, tahun ini saya sudah 3 kali presentasi proposal dan 2 kali menjadi pembahas proposal. Rasanya, ada yang pengen saya share di sini.. Ada yang bisa dipetik, ada pula berupa kegalauan untuk terus maju..

#1# Sedih, saya mencermati para pembahas.
Sepertinya begitu bangganya bisa mencari celah kekurangan suatu proposal. Kalau perlu dipermalukan lah si pengaju proposal tanpa memberikan solusi.. Ada pengalaman yunior mengajukan proposal. Bila ada kekurangan, wajarlah. Tugas pembahas menyempurnakannya. Saya kuatir si yunior ini mutung, pundung, kapok.. Halooow.. apapun ide itu, semua pantas mengapresiasinya meskipun belum sempurna.. Mahal lho ide itu. Kalupun bukan si yunior2 yang menggantikan kita nanti, siapa lagi?

Lain pula, pembahas lain, yang begitu semangatnya membahas yang tidak penting. Bagi saya, kesalahan ketik atau format atau kesalahan yang jelas mudah diperbaiki, tak perlu dibahas. Cukup diberi note dalam koreksian makalah/proposal. No debatable..
Nah, yang perlu diajukan pertanyaan, cukup yang perlu diminta klarifikasi, keraguan, dapat menimbulkan salah paham dll..

Beri solusi. Nah ini dia yang nyebelin. Begitu banyaknya orang di negara ini yang hobi banget nyalahin tanpa memberi solusi. Sama halnya dengan pembahas. Mbok yao, kasih pula solusi, alternatif bila tidak setuju dengan suatu pemikiran. Belum tentu pemikiran si pembahas, akan disetujui oleh si pemberi presentasi. Silahkan beradu argumentasi yang sehat..

Dalam hal ini, bila kurang puas dengan maksud pembahas, saya suka tanya langsung di luar forum "maunya" pembahas apasih. Terkadang, kekurangjelasan kita dalam penuangan dalam penulisan di proposal saja, seolah si pembaca satu disiplin ilmu dengan kita, sehingga kirain mudah dipahami.. Dan bila ada yang salah pun, saya ga segan minta solusi atas kendala yang saya hadapi dari si pembahas. Hasilnya sih, biasanya si pembahas pemula, biasanya no solusi.. hehe


#2# mestinya pembahas itu seperti apa sih..
 Agak sumir pula, saat saya mendengar salah satu senior bilang, wajarlah bila pembahas, cari2 kekurangan.. hmhmh.. segitu burukkah pekerjaan pembahas.. Padahal, bagi saya, begitu mulianya pembahas bila bisa2 benar2 meluruskan suatu kesalahan di awal sebelum penelitian dilaksanakan

Sebenarnya ada niat baik agar pembahas boleh yunior, tapi bagi saya, jangan dulu lah. Sayang, proposal yang bernilai dana besar hanya sebagai uji coba yunior. Biarlah yunior belajar mengamati dulu dari pembahas2 senior. Kenapa? pembahas punya tugas tidak saja mencermati salah ketik atau format saja, tapi isi proposal yang terpenting. Salah metode, bisa menyia2kan dana yang begitu besar dan tidak ada manfaat yang bisa diperoleh untuk masyarakat.. Bisa jadi yang dapat manfaat hanya si peneliti saja.. hehe

Bagi saya, tugas pembahas, tidak saja mengoreksi salah tulis dll. Semua orang bisa jadi pembahas kalau hanya sekedar salah tulis. Tapi semestinya bisa :
- memperkaya ide. Saya yakin, setiap orang punya keunikan untuk memperkaya suatu ide. Apalagi bila pembahas merupakan senior dengan banyak pengalaman.
- mempertajam metode agar proposal mudah dikerjakan dengan memperhatikan kendala2 yang ada dan tentu harus sesuai dengan metode penelitian
- mempertajam output agar hasil penelitian benar2 bermanfaat..


Saat saya jadi pembahas suatu rekomendasi teknologi. menyedihkan sekali saat saya tau metode penelitiannya yang salah, kurang teliti, sehingga kesimpulan yang diambil, meragukan.. Nah lho.. Menyesal kemudian setelah selesai penelitian kan tidak ada artinya to..

Tapi, Alhamdulillah, saya punya pengalaman menjadi korban pembahas senior yang profesional..
Meskipun sudah merasa to the point, saya disarankan lebih to the point lagi. Saya paling suka menggambarkan sesuatu dalam gambar bagan alir, ternyata saya dianggap kurang narasi, sehingga membingungkan pembaca.. Insya Allah, akan saya perbaiki..

Namun ada satu hal yang mengganjal, saat saya dibahas pembahas profesional. Saya sampe bingung, semua proposal teman2 ga ada yang bener. Salah semua. Saya yang awalnya pede, jadi keder juga sih. Sampe2 hampir hilang kepercayaan diri. Mutung. Oleh karena itu, saya konfirmasi ke pembahas. Sebenarnya, mana sih contoh proposal yang mendekati bagus, biar kami ini punya pegangan.. Alhamdulillah, saya sebagai leader baru dan masih muda (hehe.. soalnya, kebanyakan sudah sepuh2 alias senior2), dianggap cukup bagus dengan alur pemikiran yang jelas... Tapi tentu, tetep harus diperbaiki.. Huff, pelit bangets pujian nih...


Ulangan yang tidak sama dengan duplo : Penelitian

Kenapa sih perlu ulangan dalam suatu penelitian?
Terkadang kita ga yakin apakah suatu kejadian benar2 terjadi karena suatu sebab. Contoh, apakah benar, suatu perlakuan pupuk benar2 meningkatkan produksi tanaman, atau suatu kebetulan? Kok ya kebetulan, dikasih pupuk x, produksinya jadi meningkat. Tapi akankah berlaku hal yang sama, berupa peningkatan produksi, meakipun dikerjakan dengan metode yang sama oleh orang lain?
Nah, itulah mengapa perlunya ulangan..

Dalam percobaan lapang, berapa jumlah ulangan yg perlu dibuat? Yaitu perlakuan minus 1 ditambah ulangan minus 1 lebih besar dari 12. Tapi ada yg bilang juga 15.. silahkan pilih yg mana. Pada intinya, semakin banyak ulangan semakin bagus.. tapi tentu mikir2 pula biaya kalee.. hehe.. dan yang penting, pastikan ulangannya harus seragam. Bila tidak seragam, kumpulkan kelompok ulangan tersebut dalam rancangan acak kelompok menjadi blok..

Sayang, saking ngiritnya penelitian, ternyata yg disebut ulangan menjadi salah kaprah dengan duplo.. Apa tuh duplo?
Contoh, dalam satu ulangan, kemudian diambil sampel 2 kali, maka 2 sampel tersebut, tidak dapat disebut 2 ulangan karena berasal dari petak ulangan yang sama, tetapi semestinya dirata2kan menjadi satu ulangan..
Jangan salah, terkadang, hanya sekedar merata2kan 2 pengamatan ini, bisa menghasilkan kesimpulan yang berbeda lho..

Nah, semua ini tergantung kejujuran dari si peneliti. Mo ngakalin engga, karena yg begini, sulit terdeteksi saat sudah jadi laporan hasil penelitian. Bisa menimbulkan fitnah, meskipun bisa dicurigai bila melihat nilai koefisien keragaman yg cukup rendah. Mosok sih, penelitian lapang CV nya bisa rendah sekali, terutama bagi peubah pengamatan yg nilai keragamannya besar, seperti akar misalnya..
Konon cerita, peneliti boleh salah, tapi ga boleh bohong..

Ok deh., semoga bermanfaat *edisi menjawab pertanyaan teman2 ttg ulangan*

Sabtu, 01 Maret 2014

Asyiknya Meneliti

Setelah lulus S3, saya sempat berkeinginan pindah institusi yang lebih memungkinkan saya menyalurkan jiwa curiosity saya tentang penelitian. Sayang, tidak diperbolehkan oleh bos besar karena ada harapan lain terhadap saya. Sempet sedih. Sekilas sepertinya saya egois, karena lebih mementingkan passion saya terhadap penelitian, daripada memajukan institusi saya.. Padahal saya merasa, seandainya saya diijinkan fokus terhadap penelitian, Insya Allah, akan banyak bermanfaat bagi dunia pertanian. Sebagai peneliti merangkap petani, rasa2nya penelitian saya tidak akan hanya sekedar mencari kredit fungsional saja atau buat mempertebal buku2 pertanian kok, tapi bener2 masalah yang dihadapi petani..
Ya sudahlah kalau begitu.. Let it flow..

Sudah 2 bulan ini, saya happy sibuk menikmati pengamatan penelitian mandiri saya.. Mungkin blessing in the sky lah.. Mulai tahun ini, perjalanan dinas Kementerian kami dibatasi. Horeee.. mungkin saya termasuk orang yang diam2 bersyukur dengan kebijakan ini. Saya ga perlu sering2 ke luar kota, ke daerah2 untuk desiminasi teknologi ke petani, penyuluh atau membangun kerjasama pertanian dg pemda lagi. Sebenarnya sih, ga tega juga sama stakeholder kami, tapi rasa2nya kebijakan baru ini bisa jadi alasan pembenaran deh, buat ngendon di kantor aja.. hehe.. apa boleh buat..

Dan akhirnya, banyak penelitian mandiri saya buat, yup penelitian tanpa dana negara. Ga masalah bagi saya, toh nanti manfaatnya juga buat saya, dan mudah2n buat dunia pertanian.. tunggu jurnal2 penelitian saya ya, but tentu dg real name dong.. hehe..

Di sela2 jam istirahat kantor, saya bisa ngecek ke kebun atau setelah jam kantor, bisa ngamatin dulu tanaman.. Nah, hari libur sabtu dan minggu, bisa untuk ngasih perlakuan, tanam, ato panen.. Terkadang, pengamatan sampel saya angkut ke kantor untuk diamatin..
Kalau dulu? Wah, cuman bisa di hari libur doang, itu juga cuman bentar, karena saya juga perlu refreshing lain, biar ga stress dg beban kerja di kantor.. yup 3 bulan terakhir tahun lalu, sejak saya masuk kerja, seperti ga bisa tarik nafas karena saking banyaknya kerjaan.
Nyobain berbagai formulasi nutrisi hidroponik


Hmhm.. happynya menikmati meneliti. Seperti sabtu ini, akhirnya saya bisa membuktikan hipotesa saya, komposisii media terbaik untuk G1. Sayangnya, saya harus gigit jari dg suatu perlakuan di aeroponik G0 akibat kepedean saya. Padahal, secara teori masuk akal, tapi kok ga berhasil ya. Hmhm.. jadi PR saya deh.. Siapa tau malah bisa jadi teori baru.. toh Albert Einstein juga ribuan kali gagal kok..
Semangat ye..

Selasa, 24 Desember 2013

Presentasi : Waktu dan Cara Bertanya

Ada teman, protes dan ngomel2, kenapa waktu presentasi hanya dibatasi 15 menit saja untuk presentasi hasil penelitiannya. Yup, penelitiannya yang buanyak banget begitu.. Hmhm.. Saya juga pernah begitu. Bahkan, terkadang merasa takjub bila presentasi tingkat internasional, waktu presentasi hanya dikasih waktu 5 menit... Ga masuk akal..
Hingga terkadang, presentasi seperti orang habis lari, ngos-ngosan karena memburu waktu...

Itu dulu.. jaman baheula..
Ternyata, presentasi tidak saja membutuhkan kepintaran untuk memaparkan hasil penelitian kita. Ini lho, yang sudah kami kerjakan. Betapa amazing, hasil penelitian kami.
Tetapi seberapa pintar, cerdas kita menampilkan hasil penelitian kita dalam waktu sesingkat-singkatnya tapi content-nya tetap saja bisa dipahami dan dimengerti audiens.

Artinya, tentu tidak semua hasil penelitian kita tampilkan. Kita benar2 harus bisa memilah2, mana yang bakal menarik bagi audiens, mana yang biasa2 saja. Ibaratnya orang mau jualan, harus tahu kekuatan barang jualan kita
Nah, inilah yang kadang membedakan mana presenter yang smart or sekedar gugur tugas kewajiban presentasi..

Akhir2 ini, terus terang, saya suka pusing dengerin orang-orang kalau bertanya dalam suatu rapat atau seminar. Terkadang, justru penanya ga mau kalah, seperti mo presentasi juga, saking lamanya. Padahal, terkadang, dari sekian uraiannya, saat ditanya pertanyaannya apa, jawabannya adalah tidak ada pertanyaan, hanya sedikit tanggapan.. Ealah.. please deh..
Kalau saya yang jadi moderator, pasti udah saya cut deh...

Hehe.. posting kali ini sekedar pengen ngomentari orang-orang yang banyak ngomong tapi ga ada isinya :)

Rabu, 17 April 2013

Uji Lanjut Polinomial Ortogonal

Melanjutkan posting sebelumnya, uji lanjut bila perlakuannya kuantitatif.
Seperti contoh sebelumnya, perlakuan kuantitatif adalah perlakuan yang bisa dikuantitatifkan dalam bentuk angka. Misal? dosis, konsentrasi, frekuensi aplikasi (1, 2, 3, 4 kali), persentase porositas (10%, 20%, 30%, 40%)..

Seperti halnya, Contras Ortogonal, Uji Polinomial Ortogonal juga merupakan perbandingan berencana, yang memang direncanakan sebelum dilakukan percobaan. Kenapa bisa begitu?
Hal ini karena uji polinomial ortogonal ini biasanya bertujuan untuk mencari titik optimum, terutama untuk kasus pertanian ya.. Artinya, si titik optimum harus dari titik minimum hingga maksimum. Bila diduga titik optimumnya adalah 30 cm, maka harus dicobakan pula perlakuan kurang dari 30 cm dan lebih dari 30 cm.. Misal 10, 20, 30, 40 cm
Bila tidak tahu kisaran optimumnya (karena belum ada percobaan sebelumnya atau tidak ada referensi sama sekali), maka selang kisarannya harus lebar dengan membuat ulangan tidak sama.

Bingung?
Misalnya akan dicari dosis optimum pupuk X. Tidak tau kisarannya? Pertama, buat percobaan pendahuluan, berapa cc daun tanaman tersebut belum terbakar. Ingat, belum terbakar lho ya. Bila tidak yakin dugaan titik optimum, maka bikin kisaran ulangan tidak sama.
Ulangan sama = 0, 1, 2, 3, 4 ==> sudah diketahui dugaan titik optimum
Ulangan tidak sama = 0, 2, 4, 8, 16  ==> belum diketahui dugaan titik optimum
Mengapa harus ulangan tidak sama? Apabila tidak diketahui dugaan titik optimum. Tidak tahu titik maksimum dan minimum..

Syarat uji Polinomial Ortogonal? Perlakuan harus diatas 3. Minimal sih 4 agar terbentuk garis regresi yang cantik. Tapi saran saya sih 4 saja. Entar malah pusing klu lebih dari 4 :)

Caranya? Lagi2 kita harus tau matriknya. Bila ulangan sama, gampang cari matriknya karena banyak ditemukan di banyak text book statistik. Sedangkan bila ulangan tidak sama, harus hitung sendiri, tergantung selang ulangan tidak samanya. Caranya, silahkan baca sendiri di buku statistiknya Gomez & Gomez.. Saran saya sih, usahakan ulangan sama saja, soalnya rumit perhitungannya.. Setelah itu, running aja pake SAS..

Hasilnya? Persamaan regresi, bisa linier, kuadratik dst. Untuk bidang pertanian, biasa dicari titik optimum dengan persamaan kuadratik. Caranya = Y = ax2 + bx + c
titik optimum = -b/2a
Yang perlu diperhatikan adalah berbeda nyata atau tidak dan nilai determinasi R2. Semakin tinggi R2, maka persamaan bila diulang akan memberikan hasil yang sama.
Kenapa R2 rendah? Biasanya karena ulangannya terlalu bervariasi. Ingat disini tidak dibantu oleh rancangan lingkungan, artinya bila pake rancangan RCBD dan bloknya nyata, bisa dijamin R2-nya rendah..

Nah, bila perlakuannya adalah 0, 1, 2, 3, dan 4 cc. Bila titik optimumnya adalah 3,25 cc. Apakah mungkin perlakuan terbaik dengan DMRT bisa diperoleh? Dengan uji DMRT, mungkin perlakuan terbaiknya, bisa 3 atau 4 cc.
Kalau ulangan tidak sama, perlakuan 0, 2, 4, 8, 16 cc. Bila titik optimumnya 8,25 cc. Bila diuji dengan DMRT belum tentu perlakuan terbaik 8 cc lho. Bisa jadi 16 cc. Waduh, kalau salah simpulan, bisa-bisa daun tanaman kebakar lho.. Mau tanggung?

Yup, kesalahan terbesar penggunaan DMRT akan terjadi pada perlakuan dosis dengan ulangan tidak sama. Kenapa? Karena DMRT hanya menguji perlakuan yang diuji saja, sedangkan uji Polinomial Ortogonal juga memprediksi perlakuan yang tidak kita ujikan melalui suatu model, ya model regresi akan menyelamatkan kesalahan pengambilan simpulan..

Jadi paham kan, kenapa saya sering merasa keki, sayang, melihat percobaan yang main pake menggunakan uji DMRT, padahal sebenarnya ada hal seru yang bisa digali dalam percobaan tersebut. Kenapa? Karena penelitian itu mahal, sayang kalau tidak dapat menjawab esensi dari penelitian itu sendiri..

Semoga bermanfaat ya..

Uji Lanjut Contras Ortogonal

Dari dulu, saya pengen posting tentang uji lanjut statistik setelah dengan uji F dinyatakan beda nyata, tetapi belum sempat juga..
Terutama atas desakan teman2 saya dan pertanyaan beberapa pembaca blog saya.. Sebetulnya juga, karena waktu sidang komisi kemarin, dosen saya puas melihat hasil penelitian saya karena dengan uji Contras Ortogonal bisa menunjukkan simpulan berbeda akibat penggunaan uji lanjut yang tepat.

Ok, saya mulai.
Setelah dinyatakan berbeda nyata dengan uji F, maka akan dilanjutkan dengan uji lanjutnya, untuk melihat perlakuan mana yang paling unggul. Uji lanjut yang dilakukan tergantung pada jenis perlakuan yang diberikan.
Jenis perlakuan dibagi dalam 2 kategori :
1. perlakuan kuantitatif
Contohnya : perlakuan dosis, konsentrasi..
2. perlakuan kualitatif
Contoh : jenis pupuk, varietas..
Bisa disimpulkan kan perbedaannya?
Perlakuan kuantitatif biasanya berupa angka yang bisa dikuantitatifkan, sedangkan perlakuan kualitatif tidak.

Kali ini saya akan membahas tentang perlakuan kualitatif dengan uji Contras Ortogonal.
Uji Contras Ortogonal termasuk uji berencana karena sebelum percobaan dimulai sudah dirancang terlebih dahulu perlakuan mana yang akan ditandingkan *lebay*. hehe..
Selain itu uji ini juga membandingkan kelompok/grup. Biar tidak mengawang-awang, saya kasih contoh saja.

Perlakuan : varietas padi. Sengaja saya pakai varietas padi, bukan kentang karena varietas padi sangat banyak dan seru untuk dibandingkan.
Rojo Lele (V1), Mentik (V2), Ciherang (V3), Cimelati (V4), Cibogo (V5), Inpara 2 (V6), Inpari 3 (V7), Intani 2 (V8)

Masak perlakuan begini cuman pake DMRT saja sih?
Lihat ga ada yang seru yang bisa dibandingkan?

Ya, kalau saya petani, saya penasaran membandingkan antara varietas lokal dan varietas unggul. Diantara varietas unggul, saya penasaran antara varietas unggul baru dengan varietas hibrida. Kemudian membandingkan antara unggul baru sendiri dan antara varietas hibrida sendiri..
Gimana dong formulasinya?
a. V1, V2 vs V3, V4, V5, V6, V7, V8 ==> varietas lokal vs varietas unggul
b. V1 vs V2 ==> antar varietas lokal
c. V3, V4, V5 vs V6, V7, V8 ==> varietas unggul baru vs varietas hibrida
d. V3 vs V4, V5 ==> varietas unggul baru dominan vs varietas unggul baru belum banyak dikenal
e. V4 vs V5 ==> antar varietas unggul baru yang belum banyak dikenal
f. V6, V7 vs V8 ==> varietas hibrida Litbang Pertanian yang belum dibeli swasta (tauk ya kalau udah laku) vs sudah dibeli swasta
g. V6, V7 ==> antar varietas hibrida Litbang pertanian yang belum dibeli swasta..

Tuh kan seru..'Tidak sekedar membandingkan perlakuan tunggal, tetapi juga bisa membandingkan antar kelompok. Jadi : bila "a" berbeda nyata, dimana V1, V2 > V3, V4, V5, V6, V7, V8, maka varietas lokal lebih baik daripada varietas unggul..

Kalau pakai DMRT mana bisa menyimpulkan seperti itu? Paling banter, hanya menyimpulkan varietas tunggal, tidak kelompok. Jangan salah lho, perbedaan uji lanjut bisa berdampak perbedaan simpulan. Karena memang uji statistik bertujuan untuk membantu menarik simpulan.. Simpulan yang salah, bisa berakibat pengguna, dalam hal ini petani, bisa salah juga mengaplikasikannya..

Cara analisisnya? Saya sih sudah ga pernah ngitung manual lagi. Saya biasa dibantu pake SAS. Caranya, harus punya matrik dulu. (Tapi pake manual, juga harus cari angka matriksnya lho). Angka matriks ditentukan oleh berapa jumlah perlakuan. Biar ga ngitung matriks sendiri, perlakuan jangan banyak-banyak ya..
Seperti contoh perlakuan penelitian teman saya, jumlah varietasnya 33 (untuk multilokasi sih). kebayang deh, harus ngitung sendiri. Caranya? Liat aja di buku statistik-nya Gomez & Gomez.. Wuiiih, serem deh ngitungnya..


Semoga bermanfaat ya..

Minggu, 14 April 2013

Penelitian : Passion yang sama

Beberapa hari lalu, saya satu bis dengan teman sesama peneliti beda institusi, mantan mahasiswa karena dia sudah lulus jadi master, dalam perjalanan Bandung-Bogor. Artinya 2,5 jam sebenarnya saya pegel ngobrol dengannya, tapi berhubung diskusinya seru, terpaksa deh kepala saya relakan untuk sedikit "tengeng" melihat wajahnya disamping kanan saya. Hehe..

Tentang passion yang sama. Kebetulan dia ahli bawang merah, produksi benih TSS. Hari gini, di saat harga bawang merah yang mahal, tentu komoditas ini menjadi terlihat seksi. Sedangkan benihnya? Hmhm, saat dia penelitian, saya sedikit mengikuti perjalanan penelitiannya. Bagaimana meningkatkan produksi benih TSS. Dia cerita bla-bla tentang hasil penelitiannya.

Kalau kita cinta dengan pekerjaan kita, komoditas kita, pastilah kita akan mencari segala cara bagaimana agar produksi komoditas kita meningkat. Apalagi kalau berujung, nantinya meningkatkan income kita. Pasti deh dikejar kemanapun ilmunya. Hmhm.. sama halnya dengan saya dan teman saya itu. Dia cerita berkat mata kuliah "x" dan saran dari dosen "y", produksi TSS-nya yang normalnya hanya 0,5 g, meningkat menjadi 1,5 g.

Sama halnya dengan saya. Meskipun penelitian disertasi saya sudah selesai, masih banyak pertanyaan yang harus saya jawab. Dan saya kira akan terus timbul pertanyaan baru, yang terus akan dijawab dengan penelitian-penelitian berikutnya.. Seru, bahkan terkadang kebawa-bawa mimpi *lebay* Kadang pake ngayal segala, wuih, seandainya punya laboratorium sendiri, ato minimal analisis laboratorium tidak semahal sekarang, betapa lebih bermanfaatnya penelitian bagi kemaslahatan orang banyak..

Belum lagi masalah diskusi. Meskipun kami berbeda komoditas, tetapi pengalamannya di bidang TSS, telah memberikan sedikit inspirasi bila diterapkan pada tanaman kentang.. Jadi ngayal lagi, seandainya saya bisa jalan-jalan ke negara lain sekedar berdiskusi tanaman kentang. Ya, saya pengen main ke Vietnam yang ada aeroponiknya, Wageningen Belanda pengen belajar kentangnya, Spanyol, Florida, dan masih banyak negara lain yang pengeeen banget saya kunjungi.. Untuk sementara ini, jalan-jalan masih sekedar sekitar Indo saja, tepatnya Jawa... hehe.. Padahal, pengen juga maen ke Sulawesi, ke Unhas, yang belum juga kesampaian..

Saya jadi merasa bersyukur banget diberi kemudahkan mendapatkan ilmu.. Bukan saja mudah mendapatkan sumber ilmu baik dari perpustakaan ataupun jurnal-jurnal, tetapi terkadang langsung ke nara sumbernya. Terkadang diskusi dengan dosen, sesama peneliti, atau malah dengan petani memberikan banyak masukan bagi saya.

Jadi inget saya waktu pertama kali diskusi dengan dosen pembimbing saya, Prof Wattimena, hingga hampir 3 jam dan berlanjut ngajak ke perpustakaan karena cari-cari buku tentang topik penelitian saya. *Btw, jarang lho dosen yang mau melayani konsul mahasiswanya seperti ini* Uniknya beliau, saya selalu ditanya, saya baca dari buku apa. Busyet, lupa lah pengarangnya. Yang saya inget, bukunya warna ungu Pak.. Lama-lama saya baru inget, kalau buku saya yang berwarna ungu itu adalah buku fotokopian, yang artinya ? hehe.. Setelah itu, saya selalu ingat-ingat pengarang dan judul setiap buku yang saya baca.. :) Meskipun sudah sepuh, T-O-P B-G-T deh beliau ini..

Jumat, 19 Oktober 2012

Mengikuti Seminar di Kampus : Pelajaran

Minggu lalu, saya ikutan seminar rutin di kampus. Bukan karena rajin, justru karena malesnya saya, daftar kehadiran saya masih kurang untuk dapat melakukan seminar sendiri. Hehe.. emang ada syarat minimal kehadiran seminar. Tapi bukan mutlak males sih, sebenarnya dulu di sela kegiatan kampus, sering ikutan seminar, cuman formulir absensinya ga pernah saya bawa, alhasil, ya ga dapet tanda tangan bukti kehadiran deh..

Karena mengejar absensi di luar bidang saya (sosek, hewan, dan teknik) yang belum terpenuhi, saya atur gimana caranya sehari bisa dapet banyak seminar. Hmhm.. kali ini 2 seminar yang saya hadiri agak rame di sosek dan hewan, dibandingkan biasanya. Padahal konon, khusus untuk hewan, biasanya cuman dihadiri 5-10 orang saja. What? Masak iya sih.. kok boleh ya.. tauk deh..
Ternyata, ada Gubernur Jabar, Ahmad Heriawan, Kang Aher, yang kebetulan, ternyata dia menjadi salah satu mahasiswa pasca juga, yang lagi nyari absensi juga kah.. hehe.. Meski ga pake ajudan yang sangar2,tapi kelihatan deh klu diistimewakan, ato mungkin dosen seminarnya yang lebay kali.. mungkin mumpung dishooting kali ya..

Hehe, intermezo, bukan itu yang mau saya bahas, tetapi 3 seminar yang saya hadiri.. Mudah2n bermanfaat, minimal buat saya sendiri..

#1# seminar sosek mengenai disparitas pembangunan. Baru tau kalu arti disparitas itu adalah ketidakseimbangan.. hehe.. malu2in ye..
Hasil penelitiannya, pertanian dapat mengurangi disparitas pembangunan, sedangkan sektor pertambangan, industri justru dapat meningkatkan disparitas. Kasus ini untuk kep Riau.. Hmhm.. Artinya, pembangunan di bidang pertanian akan dinikmati oleh orang banyak, sehingga kesenjangan sosial tidak mencolok, sedangkan pembangunan di bidang pertambangan dan industri sebaliknya. So, ayo kita tingkatkan pembangunan pertanian..
Sebenarnya tampilan presentasi bagus. meski di awal agak bertele2, sehingga di-cut oleh moderator. Hanya sayangnya, kena skak di awal diskusi karena makalahnya salah lokasi. Disebut Bangka Belitung. Kok bisa? Kan jadi berburuk sangka deh, copy paste kah? tauk deh gelap..
Dari isi makalah, agak kurang pembahasannya. Hanya memaparkan hasil rumusnya tanpa menjelaskan kenapa begini begitu. Jadi ga seru lah. Mestinya, dia bisa menjelaskannya. Sebagai orang Bapeda-nya, mestinya dia paham daerahnya, lebih real bercerita daerahnya.. Toh, klu boong dikit, kita juga ga ngerti.. hehe 
Entah karena dosen lagi lebay ada gubernur Jabar ato emang begitu modelnya, tapi rasa2nya cukup bikin wajah merah padam deh mengomentari seminar ini. Bener2 kurang persiapan isi. Pembelaannnya sih, karena udah dikejar2 deadline.. Hmhm.. bener2, menjadi pelajaran bagi audiens untuk tidak menirunya..
    
#2# seminar ikan mengenai new tank sindrome. Ternyata ikan sering mati ketika diberikan pada wadah baru (entah aquarium ato kolam) karena amonia yang tinggi yang dihasilkan si ikan itu sendiri. Tadinya, saya pikir ikan mati karena wadahnya yang masih baru. Cara mengatasinya dengan memberikan pengurai amonia..
Sebenarnya, untuk ukuran S2, penelitiannya sederhana. Peubah pengamatannya juga ga banyak. Tapi karena dia menguasai lapang percobaannya dan cukup pede, ya ga masalah deh..
Pelajarannya sih, bagaimana penelitian sederhana tapi bisa menggali menjadi sedikit lebih wah..

#3# seminar hewan tentang kelestarian penyu belimbing di papua.
Sebenarnya, hasil penelitiannya banyak dan mungkin bagus, tapi entah karena cara penyampaiannya yang kurang seru, kurang penekanan, jadi ya biasa2 saja. Apalagi bagi saya yang orang tumbuhan, agak sulit memahami tentang hewan..
Jadi, ya pelajarannya, gimana menampilkan hasil penelitian secara menarik dan mudah dimengerti oleh orang awam sekalipun.. Tapi saya yakin, dengan meningkatnya jam terbang di pemakalah, kayaknya bakal oke juga. Maklum, si pemakalah masih muda..

Ada satu hal yang benar, yang perlu menjadi perhatian, diungkapkan dosen seminar pertama. Dulu, waktu masa2 S2, saya sering keki bila ikutan seminar tapi waktu presentasi hanya 5-10 menit saja. Ealah, wong hasil penelitian banyak gini, cuman boleh ngomong segitu.. Giliran kita presentasi dengan sangat singkat, pasti audiens banyak nanya ga ngerti.. Habis gimana mo bikin audiensi ngerti, klu waktu presentasi hanya sebentar..
Lama2, saya baru ngeh, salah satu ciri orang cerdas sukses berpresentasi, adalah bagaimana dalam waktu singkat, kita bisa memaparkan semua hasil penelitian dengan baik dan audiens mengerti. Klu audiens mengerti karena waktu presentasi panjang, itu adalah biasa. Nah, klu waktu pendek dan audiens mengerti, baru luar buasa. Artinya, klu emang waktu terbatas, kita harus pinter2 milih mana yang harus ditonjolkan dan mana yang hanya dibahas selewat. Beda dengan presentasi mengajar, yang memang waktu lebih panjang..
So, biar aman, klu saya, saya sering berlatih dulu presentasi, diukur waktunya. Mana slide2 yang bisa dilewat, mana yang harus dibahas lebih dalam..

Terakhir, ya pelajaran bagi saya, untuk menyiapkan seminar dengan sebaik2nya..
Sebenarnya, klu punya waktu nganggur, pengen lho sering2 ikutan seminar. Lumayan menambah pengetahuan dan pengalaman.. Sayang, jauuuh...         

Rabu, 06 Juni 2012

Pentingnya Tinggi Tanaman sebagai Peubah Pengamatan

Beberapa hari lalu, saya menemui bos saya untuk laporan kemajuan studi. Di sela2 obrolan kami, beliau bercerita tentang beberapa teman kantor saya yang melakukan perjalanan dinas dengan urgensi pengamatan tinggi tanaman selama 3 hari, 3 orang.. Dan kegundahan beliau tentang urgensi2 perjalanan, yang menurutnya tidak penting, sehingga sering tidak disetujui.. Hmhm.. engga pengen komentar banyak sih. Wajar sih, klu bos tidak menyetujuinya..

Namun saat beliau bilang bahwa pengamatan tinggi tanaman tidak layak dilakukan oleh peneliti senior dengan gelar master atopun doktor. Lebih baik dilakukan oleh teknisi litkayasa, lulusan SPMA...
Wait.. Nanti dulu..
Entah karena saking keselnya beliau dengan teman2 saya yang kebangeten sampe bilang begitu ato emang beliau ga ngerti pentingnya pengamatan tinggi tanaman ya.. Kalau dugaan kedua yang jadi alasannya sih, masih bisa saya pahami, karena beliau, meskipun seorang doktor, tapi kan doktor peternakan, sosek lagi, bukan pertanian.. Sehebat2nya beliau, kalau bicara soal pertanian, tentulah wajar klu beliau tidak paham.. 

Meski sudah jadi doktor ato pun entar menjadi profesor, pengamatan tinggi tanaman tetap perlu. Memang pengamatan ini sangat mudah dilakukan, bahkan oleh anak SD sekalipun, tapi pasti maknanya akan berbeda, entah itu bagi seorang doktor maupun oleh seorang teknisi SPMA.
Bagi, seorang pemulia tanaman, tinggi tanaman penting sebagai salah satu karakter morfologi. Jaman dulu, varietas lokal padi biasanya tinggi-tinggi. Saat ini justru dicari varietas padi yang pendek tapi gemuk. Jadi meskipun malainya penuh dengan gabah akibat pemupukan intensif, tidak akan roboh oleh karena terpaan angin.. 

Bagi saya di bidang perkentangan, apalagi di rumah kassa, tinggi tanaman juga sangat penting.
#1# Dibandingkan di lapangan, tanaman di rumah kassa biasanya lebih tinggi. Kenapa? Hal ini karena rumah kassa biasanya beratapkan plastik, yang tentu akan mengurangi intensitas cahaya matahari dan umumnya suhunya lebih tinggi. Kondisi demikian, tentu akan memacu tanaman untuk tumbuh lebih tinggi.. Jadi, saya tahu kapan sebaiknya saya harus segera membersihkan dan mencuci atap plastik rumah kassa saya..

#2# Salah satu peubah untuk mengetahui progress pertumbuhan tanaman adalah tinggi tanaman. Sesuai kurva pertumbuhan, tentu kurvanya berbentuk naik sedikit kemudian naik tajam dan akhirnya sampai puncak menjadi stabil dan suatu saat menurun untuk kemudian mati..
Penting bagi saya, untuk mengetahui kapan pertumbuhan tanaman naik tajam, sebelum sampai puncak. Kenapa? Karena saat itu, masa penting kentang mulai masuk masa inisiasi pengumbian yang memerlukan trigger. Bentuk triggernya macem2, silahkan pilih saja yang termudah dan termurah. Kelewat dari masa itu ato terlalu cepat memberikan triger, tentu tidak akan berhasil meningkatkan jumlah umbi, yang penting bagi usaha penangkaran benih kentang. Apabila terlalu cepat, menghasilkan umbi yang sedikit, apabila terlambat menghasilkan umbi yang besar, tanpa meningkatkan jumlah umbi..

#3# Tapi sekali lagi, tinggi tanaman bukan acuan yang selalu akurat. Seperti yang sebutkan pada point #1#, bisa jadi tinggi tanaman menjadi peubah missleading. Oleh karena itu, sebaiknya kita harus punya sedikit catatan rata2 pertumbuhan tanaman. Umumnya, biasanya umur 4 minggu setelah tanaman adalah sekian cm, so untuk musim2 berikutnya, bila melenceng jauh dari sekian cm tersebut, kita bisa menganalisa sendiri, kenapa ya kok melenceng dari sebelumnya..
Hal ini pernah saya alami, saat salah aplikasi suatu hormon tanaman. Harusnya tanaman sudah tinggi tapi kok tanaman masih pendek, bahkan kuntet... Ternyata salah pekerja saya yang tidak mencuci bersih sprayernya. Akhirnya saya belikan sprayer khusus yang terpisah antara untuk hormon dan pupuk.. 

Kalau melihat manfaat pengamatan tinggi tanaman seperti yang saya sebutkan ini, tentu dong jangan meremehkan untuk tidak mengamati tinggi tanaman. Murah dan mudah dibandingkan peubah pengamatan lain, apalagi kalau pake analisis jaringan segala. Udah mahal, susah lagi..

Kembali ke masalah bos saya..
Karena keberatan dengan opini bos saya, tentu dong saya interupsi. Bahwa pengamatan tinggi tanaman adalah penting. Tinggi tanaman yang diamati oleh lulusan pasca sarjana, semestinya memiliki makna yang lebih untuk dikembangkan daya analisisnya sesuai perkembangan tanaman, berbeda bagi para teknisi, yang kemungkinan tinggi tanaman hanya sekedar angka saja.. Dan itu menjadi kewajiban beliau sebagai bapak, untuk memberikan pencerahan dan bimbingan kepada teman2 saya di kantor, agar memaknai tinggi tanaman sebagai salah satu peubah pengamatan yang bermanfaat..

Wkwkw.. terpaksa deh, saya sebutkan soal kewajiban beliau untuk memberikan pencerahan, (bukan sekedar melecehkan saja).. Abis saya sendiri juga ngamatin tinggi tanaman sih, entar saya juga dikatain kenapa calon doktor juga ngamatin tinggi tanaman.. Hehe, untung beliau ga marah, malah bilang terima kasih diingatkan dan berharap saya segera selesai studi dan kembali ke kantor..

Kamis, 26 Januari 2012

Pembajakan Foto

Saya yakin, kebanyakan orang hafal dengan foto hasil bidikannya. Hafal lokasi foto, kapan foto dibuat, dan mungkin ada catatan kecil mengenainya.. Including me.. Yup, Insya Alllah saya hafal semua foto bidikan saya..

Dua foto saya dibajak orang..
Pertama, saat saya masih kerja.. Waktu itu sengaja saya membuat foto suatu teknologi, yup teknologi pemupukan Bagan Warna Daun (BWD) pada padi di Kabupaten Karawang. Tentu saya minta tolong petani saya untuk memeragakan bagaimana menggunakan BWD dan saya foto. Petani saya pake topi, kaos putih dan cepret... jadilah foto tersebut saya gunakan di berbagai power point bila saya presentasi, juga di beberapa laporan kegiatan penelitian saya..
Hingga suatu saat, saya tertegun melihat laporan kegiatan penelitian tim teman saya, yang menggunakan foto teknologi BWD tersebut.. Ga masalah sih bila foto saya dipakai. Tapi tak bisakah minta ijin dulu ke saya sebagai pemegang lisensi foto tersebut. Mending kalau teman tersebut tidak tahu kalau itu foto buatan saya,, la wong tau kok...
Atas nama kantor kah hingga sewenang2 main pakai foto teman sekantor?
Oke, bolehlah. Memang foto tersebut saya buat dengan kamera kantor saya, sehingga mungkin dianggap foto menjadi hak milik kantor.. Tapi yang mengherankan saya. Kok lucu, dia melaporkan kegiatan penelitiannya di Kabupaten Kuningan, tapi kok pake foto yang asal lokasinya Karawang? Nuraninya kemana tuh..
Berhubung kalah senior, saya ga bisa protes..
Namun sejak itu, saya hati2 share foto..

Kedua, baru saja terjadi..
Saya lihat profile picture teman saya di facebook.. Dia menampilkan foto teknologi legowo pada padi. Lagi2 saya ingat. Foto tersebut diambil di lokasi penelitian saya di Karawang. Sangat yakin karena sawah lokasi foto terdapat dua kelapa, yang menambah indah pemandangan. Mantan bos saya langsung mengkomentari foto tersebut dengan tidak yakin apakah benar itu di Karawang. Tentu, saya ikut2n komentar, klu foto itu benar di Karawang...
Saya belum tau komentar si empunya profile picture..
Cuman, agak surprise dengan keberanian bapak2 teman saya ini. Foto teknologi legowo itu benar2 sudah mendunia sebagai kegiatan penelitian di karawang. Kok berani2nya ngakuin klu itu fotonya..
Hmhm.. senior yang jangan ditiru   

Rabu, 14 Desember 2011

Bingung Pake Rancangan Lingkungan RAK, RAL, RBSL?

Rancangan dalam penelitian dapat dibagi 2 :
1. Rancangan lingkungan
2. Rancangan percobaan
Untuk postingan kali ini, tentang rancangan lingkungan terlebih dahulu.

Rancangan lingkungan diberlakukan untuk mengurangi error dalam penelitian. Namun error tersebut dapat dikurangi dengan rancangan lingkungan.
Rancangan lingkungan :
1. Rancangan acak lengkap (RAL)
2. Rancangan acak kelompol (RAK)
3. Rancangan bujur sangkar latin (RBSL)

Pembeda utama dari kedua rancangan lingkungan tersebut adalah homogen atau tidaknya satuan percobaan
RAL bila homogen, RAK bila heterogen 1 arah, RBSL bila heterogen 2 arah..

Bingung kah?
Ok saya kasih contoh..

Kasus RAL..
Bila percobaan dilakukan di laboratorium, umumnya kondisi lab seragam, homogen.
Arah sinar lampu merata, suhu seragam..
So, kita dapat gunakan RAL
Dengan RAL, maka sampel diacak sempurna dalam satuan percobaan..

Kasus RAK
Bila percobaan dilakukan di pinggir jalan, yang terdapat lampu penerangan.. biasanya satuan percobaan tidak dapat homogen.. Hal ini karena umumnya, banyak serangga di malam hari nemplok di lampu, atau polusi di pinggir jalan lebih banyak..

Selain itu bila percobaan dekat dengan saluran irigasi, kemiringan lahan tidak merata, kesuburan lahan berbeda, atau keteduhan pohon di salah satu sisi satuan percobaan, maka dianggap satuan percobaan tidak homogen.. OLeh karena itu, satuan percobaan akan dikelompokkan menjadi beberapa blok. Misalnya blok subur, blok sedang, dan blok tidak subur. Baru di dalam masing2 blok kemudian diacak sempurna..

Selain akibat kondisi lingkungan fisik yang menyebabkan heterogen, dapat pula karena faktor lain
Contoh : bila dalam satuan percobaan, tidak dapat diamati dalam satu hari. Atau penanaman tidak dapat dilakukan dalam satu hari.
Dalam penelitian kultur jaringan, terkadang pengamatan beda hari akan berakibat perbedaan hasil pengamatan karena cepatnya pertumbuhan planlet. Atau besarnya jumlah unit percobaan, menyebabkan tanaman tidak dapat ditanam serempak dalam satu hari. Atau bisa juga karena keterbatasan jumlah bibit, sehingga terdapat beberapa periode tanam.
 
Perlunya pembagian kelompok ini agar tidak terjadi bias..
Jangan sampai perlakuan berbeda karena kesalahan penentuan rancangan lingkungan..

Bila pengelompokkan searah, maka digunakan RAK, sedangkan bila pengelompokkan 2 arah tegak lurus, gunakan RBSL. Bila lebih dari 2 arah? Pindah aja deh lokasi penelitiannya, daripada bermasalah nantinya..
hehe..

Maksud pengelompokkan searah dan 2 arah ?
contoh:
1 = subur, 2 = sedang, 3 = tidak subur
a = dekat irigasi, b = sedang, c = jauh irigasi
Disebut searah bila 1a, 2b, 3c, maka gunakan RAK
Disebut 2 arah bila 1c, 2b, 3a, maka gunakan RBSL

Ada teman saya bertanya ..
Bagaimana menentukan homogen atau tidaknya suatu satuan percobaan.
Betul, disebut homogen atau tidak adalah sangat relatif. Dengan semakin sering melakukan penelitian dan menganalisis data sendiri, kita akan terlatih.
Apakah pohon besar dekat lahan penelitian kita akan mempengaruhi satuan percobaan kita? Kita belum tahu pasti bila belum mengerjakannya. Oleh karena itu selain pengalaman, perlu juga mencari informasi sebesar2nya tentang lokasi penelitian kita. Misalnya kepada petani pemilik lahan..

RAK akan benar2 efektif mengendalikan eror lingkungan bila kemudian di hasil analisis ragam kita, blok/kelompok kita akan berbeda nyata/signifikan..
Dengan RAK, kita buat perbedaan nyata antar blok sebesar2nya, tetapi menghomogenkan semaksimal mungkin di dalam blok..

Ok selamat melakukan penelitian..
God luck

NB : Rancangan Percobaan (1, 2 faktorial, split plot dst) menyusul ya...

Pentingnya analisis laboratorium untuk penelitian dasar ..

Tadi saya mengajukan analisis laboratorium ke suatu instansi. Alhamdulillah, saya dapat diskon karena status saya sebagai mahasiswa. Koordinatornya cukup sibuk, katanya mo rapat penyeragaman biaya analisis..
Spontan saya nanya. Biaya naik ato turun?

Pertanyaan itu saya lontarkan karena analisis di instansi tersebut tergolong mahal dibandingkan di daerah lain. Alasannya karena kuantitas analisis di tempat tersebut sedikit, sehingga mahal. Beda dengan daerah lain yang cukup banyak melayani analisis, sehingga bisa murah..

Saya tidak punya pilihan lain, karena instansi tersebut yang terdekat dengan lokasi penelitian saya. Kalau pun saya bawa ke daerah lain yang lebih murah, kebayang lah gimana saya ngangkut sampel2 saya. Selain repot, sepertinya errornya malah bakal tinggi . Ya sudah biarin deh. Toh, saya dapat harga mahasiswa..

Jawaban perubahan biaya tidak melegakan saya karena ternyata harga analisis akan dipatok batas atas alias mahal.. Kecewa sih pasti.. Kalau penyeragaman biaya menjadi murah, pastilah akan meringankan konsumen, tapi kalau penyeragaman biaya jadi mahal?

Sungguh, saya menyayangkan hal ini..
Kalau bisa murah, kenapa harus mahal..
Kalau laboratorium sepi, jangan terus minta laboratorium yang ramai untuk menaikkan harga donk..
Wong dia bisa efisien, kok disuruh tidak efisien
Saran win win solution saya adalah diberikan alternatif harga. Bagi jumlah sampel sedikit, boleh lah mahal, tetapi bila sampel banyak, kasih murah lah..

Saya agak sensitif tentang biaya analisis laboratorium akhir2 ini..
Selain karena saat ini saya banyak melakukan analisis lab untuk penelitian saya, saya tergugah dengan beberapa serial drama kriminal TV kabel..

Banyak kasus kriminal terungkap akibat ilmu forensik..
Terakhir serial drama yang saya tonton, berkat uji DNA dan uji bakteri, ketahuan deh, bahwa seseorang yang tadinya diduga bunuh diri ternyata merupakan korban pembunuhan oleh orang tuanya sendiri..
Coba klu hanya mengandalkan investigasi, mana mungkin itu terungkap.. Bisa jadi salah tangkap tersangka..

Ingat ga kasus Ryan, pembunuh berantai..
Ternyata, tersangka tukang salon atas korban yang ditemukan di kebun tebu adalah keliru setelah kemudian Ryan mengakuinya. Berulangkali si tukang salon mengelak, tetapi kepol***an kekeuh meski sudah pake uji DNA keluarga..
Modus kriminal di Indo, klu pol*** udah kekeuh skenario X. Meski ada bukti ilmiah Y, sebodo teuing deh dengan bukti ilmiah. Ini artinya, kesadaran pentingya bukti ilmiah masih rendah. Padahal bukti ilmiah mah ga bakalan nipu.. Uji DNA emang bisa nipu? Kecuali penguji lab DNA-nya disuap dulu..

Kembali soal analisis lab..
Sebenarnya saya pengen usul deh.. Mbok ya, analisis lab tuh jangan mahal2..
Kalau perlu dikasih subsidi..
Yup, subsidi penelitian untuk analisis lab..

Saking mahalnya analisis lab, terkadang, peneliti enggan melakukan analisis lab. Sebagian besar dana penelitian lebih banyak diperuntukkan untuk honor, perjalanan dinas.
Kenapa? Abis biaya analisis lab akan menyedot dana penelitian, yang tentu akan mengurangi uang yang masuk kantong setelah dipotong berbagai potongan..
Terkadang dari 50 juta dana penelitian, hanya 12,5 jt yang benar2 untuk penelitian..
Menyedihkan
 
Mengapa pentingnya analisis lab?
Untuk penelitian basic, analisis lab sangat penting untuk mengetahui apakah benar perlakuan yang kita berikan berpengaruh terhadap hasil. Bila hanya menduga dari peubah pengamatan, hasilnya akan sangat bias.
Akhirnya kita akan berasumsi berbagai kemungkinan.
Sebagai contoh :
Induksi pengumbian kentang terjadi bila giberilin rendah, CN rasio tinggi..
Bila hanya mengamati tinggi tanaman, bobot tanaman yang nota bene pengamatannya murah, kita tidak akan tau apakah benar berbagai metode induksi pengumbian berhasil membuat giberilin rendah?
Akhirnya, kita berasumsi, menduga, bila terjadi induksi pengumbian, berarti giberilinnya rendah..
Padahal kan belum tentu..

Tanpa melakukan analisis lab, selain menyebabkan penelitian bias, tentu penelitian kita hanya ecek2 saja..
Saya katakan ecek2 saja karena selalu mengacu orang lain..
Berdasarkan penelitian si fulan, bla-bla..
Kita tidak akan pernah menemukan sesuatu yang baru..
Makanya jarang nama peneliti Indo menjadi rujukan internasional..
Memang ini tentang prestise, tapi untuk memenuhi rasa curiosity?
Banyak hal penasaran dalam penelitian tidak akan terjawab..
Akhirnya, ya penelitian kita hanya begitu2 aja..
Mengulang2 yang kita sudah tau..
Akhirnya?
Kita ketinggalan dengan negara lain..   
Padahal biasanya negara maju harus punya Research & Deveoplment (R&D) yang maju pula..
Ah.. Entahlah

Sabtu, 26 November 2011

Statistik sebagai alat : Oleh2 Pelatihan Statistik (3)

Di akhir pelatihan, saya iseng nanya tanggapan teman2 tentang pelatihan statistik yang kami lalui 4 hari ini. Alhamdullilah, dapat menambah wawasan. Ada juga yang ga merasa puas, katanya kurang sistematik, terlalu teoritis..
Di sisi lain, ada pengajar yang berkata, kita perlu diajarin teorinya agar kita bener2 ngerti. Hasilnya, ceritalah pengajar tersebut tentang ihwal sejarah teorinya.. wuihhhh,, capek deh.. ngantuk deh..
Singkat kata saya.. I don't care..
Ga peduli ah ama rumusnya..

Bila direnungkan, statistik memang suatu alat. Jadi orang statistik tentulah jago dalam hal berbagai jenis alat analisis. Tapi sayangnya, saat kami minta contoh2 kasus, terkadang mereka bingung..
Sebaliknya, kami peneliti pertanian adalah user dari alat2 analisis tersebut.. Kami terkadang tidak peduli dengan rumusnya bagaimana, tetapi kami hanya butuh dengan kasus begini harus dianalisis seperti apa..

Seandainya diumpamakan masakan. Kami punya bahan makanan dan orang statistik adalah kokinya. Ga lucu kan bila tersedia bahan makanan enak2 seperti daging, kentang, kecap yang harusnya bisa dibuat steak malah dibuat gado2.. hehe (contohnya maksa ye).. Tetep bisa dimakan, tapi rasanya?
Kira2 begitu kali ya perumpamaan peneliti dan orang statistik..

Solusinya.. Peneliti harus paham tentang statistik, minimal familiar dengan berbagai jenis analisis..
Dan orang statistik sedikit tahu tentang pertanian (atau bidang lain spesifikasinya).. Setidaknya bisa menjelaskan berbagai kasus agar mudah dipahami..

Selanjutnya posting tentang rancob dan data kuantitatif

Analisis Data kategorik : Oleh2 Pelatihan Statistik (2)

Yang termasuk data kategorik adalah data nominal dan ordinal.
Untuk contoh : data nominal  jenis kelamin perempuan dapat diberi kode 1, dan laki2 dikode 2.
Contoh ordinal :preferensi konsumen seperti suka = 1, kurang suka =2, tidak suka =3.

Analisisnya ?
Pertama2 dibagi tergantung jumlah sampel.
1. jumlah sampel 2
a. Bila sampel bebas ==> gunakan uji Man White
Contoh sampel bebas bila setiap sampel tidak saling mempengaruhi
Kasus : pergerakan mata pada orang normal dan tuli.
Disini, sampel ada dua jenis orang yang tidak saling mempengaruhi..

b. Bila sampel saling berkaitan ==> gunakan uji tanda Wilcoxon.
Contohnya : penerapan teknologi sebelum dan sesudah penyuluhan
Disini, satu orang diuji setelah mendapat penyuluhan, tentu saja dalam satu orang saling berkaitan kan..

2. Jumlah sampel > 2
a. Bila sampel bebas ==> Uji Kraus Wallis
Contoh : menguji pendapatan di 3 kabupaten.
Disini, pendapatan di satu kabupaten tentu tidak akan saling mempengaruhi..
Dalam rancangan percobaan, sering disebut rancangan acak lengkap (RAL)

b. Bila sampel berkaitan ==> uji Friedman
Contoh : preferensi terhadap merk tertentu
Disini, satu orang menilai berbagai jenis merk dan tentu saja saling mempengaruhi
Dalam rancangan percobaan, sering disebut rancangan acak kelompok (RAK)

Untuk softwarenya, bagi saya paling mudah menggunakan SPSS untuk data2 kategorik.
Caranya? Hehe.. kalo yang ini mah, ga berani cerita deh..
Ga punya lisensi.. takut dicekal ...

Ok.. semoga bermanfaat

4 skala pengukuran : Oleh2 Pelatihan Statistik (1)

Sebenarnya, setahun lalu, saya sudah pernah mengikuti pelatihan statistik yang diselenggarakan oleh kantor pusat saya.. Sebagai petugas belajar, kami dapat mengikuti pelatihan2 yang kami anggap perlu dan dibiayai oleh kantor. Berhubung, saya pada dasarnya saya emang suka statistik dan kebetulan ada beberapa pertanyaan tentang statistik yang mengganjal di pikiran saya, tentu dong saya ikut.. Waktu ada pengumuman saya masuk peserta cadangan.. nyesel banget kenapa telat daftar..
ALhamdullillah, saya akhirnya bisa ikut.. Horeeee...

Sebenarnya topiknya sama. Tapi karena pengajarnya beda, ALhamdullilah, dapat memperkaya wawasan saya. Berhubung pula, pesertanya adalah orang eksak dan sosial, so semua analisis eksak dan sosial diajarin. Tentu ga detil banget, cuman lumayan lah..
Bagi saya yang pernah dapat materi itu, tentu sekalian mengingat2.. hehe..

Yang dapat saya ringkas adalah begini :Skala pengukuran dibagi 4 :
1. Nominal
Contoh : Jenis kelamin (laki-laki,perempuan) ==>tanpa urutan, tanpa makna
2. Ordinal
Contoh : Tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA, dst) ==> terdapat urutan
3. Interval
Contoh : Suhu (0-100), pH (0-14) ==> bukan berarti suhu 100 oc = 2x suhu 50oc, jadi tanpa makna  
4. Rasio
Contoh : tinggi badan ==> tinggi badan 100 cm = 2x tinggi badan 50 cm

Bedanya skala pengukuran ini tentu akan berpengaruh pada analisis yang akan kita pakai..
Dilanjut postingan berikutnya...

Jumat, 18 November 2011

Manisnya Menambah Wawasan


Beberapa hari lalu, saya baca status Facebook teman kantor saya. Saya belum terlalu kenal dia, karena dia anak baru. Namun dari cerita temannya, katanya sih dia cerdas dan ulet. Sepertinya sih begitu. Sisi lain yang saya tau dari hubungan per sms, dia cukup kritis. Hehe.. mungkin karena masih muda kali..

Inti status Facebook-nya adalah dia menyayangkan ilmu dasarnya (yang Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman), yang mungkin tidak terpakai karena dia bekerja di kantor kami. Yup, saya bekerja di institusi penelitian paling hilir, tepatnya diseminasi. So, penelitian yang dilakukan lebih pada penelitian terapan dan kami berusaha menjembatani antara peneliti dasar dan penyuluh di lapangan. 
Saya cuman senyum..

Seandainya dibuat periodisasi masa kerja, sepertinya saya mengalami 4 periode masa kerja.

Masa kerja pertama terjadi di awal saya masuk kerja. Masuk ke tempat kerja yang jauh dari tempat tinggal ortu cukup menyiksa saya. Maklum, sepertinya dulu saya anak manja, apa2 sudah ada di rumah, mendadak harus beradaptasi suasana kos dan suasana kerja. Beda bahasa daerah dan sedikitnya teman kerja  yang masih muda (tidak seperti sekarang, banyak PNS muda diangkat), memperberat tekanan yang saya alami.

Hmm.. sempet pengen keluar dari PNS atau pengen pindah ke institusi di tempat asal saya.. Bagi saya saat itu, pekerjaan saya kurang menantang (jadi inget ucapan saya saat itu, yang hingga saat ini selalu diungkit2 om saya… hehe), pengen kerja di swasta aja. 
Hehe, ga jadi. Pertama, takut di blacklist pemerintah, kalau nanti pengen balik jadi PNS (Enak aje ye). Pikiran saya saat itu, coba dulu beberapa bulan lah. Nanti klu emang ga asyik, cabut deh.. Inget saat itu males disuruh beli seragam kantor, abis… kali ga betah, kan sayang bikin seragamnya.. hehe.  Ga jadi juga pindah ke institusi tempat asal saya karena pikiran rasional saya, prospek kantor saya yang lebih besar karena dekat dengan pusat (Jakarta.. maksudnya)..

Dari sisi pekerjaan, saya butuh beberapa bulan (atau setahun ya?) untuk memahami bidang diseminasi. Engga ngerti istilah2 diseminasi, engga ngerti bahasa daerahnya. Bidang ilmu saya yang agronomi, harus mulai melebar ke bidang ilmu lain terutama social ekonomi. Nah lho..

Masa kerja pertama saya bisa terlewati dengan mulainya saya menyukai pekerjaan saya. Ternyata asyik juga. Keasyiikan ini terjadi karena saya menyukai berhubungan langsung dengan petani. Membangun agribisnis menjadi puzzle menarik yang melibatkan berbagai pihak; petani, dinas, swasta.  

Saya sendiri heran kok saya menyukai pekerjaan ini. Bahkan tawaran untuk pindah ke insitusi penelitian dasar atau pindah ke penelitian dasar menjadi seorang penanggung jawab (masih dalam kantor saya), tidak menarik bagi saya.  Pernah senior saya yang sebelumnya kerja di institusi penelitian dasar mengeluh dengan beratnya kerjaan kami yang berhubungan dengan petani. Dalam hati, bagi saya justru menarik tuh… 

Ada passion tersendiri, bagaimana agar petani dalam kelompok tani, kelompok tani dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan) menjadi maju dan mandiri.. Puas rasanya bila mereka sukses.. Terkadang, justru saya ga tanggung2 kerja.. Lembur, terkadang tanpa dibayar, uang sendiri saya kepake untuk proyek tersebut… semangat.com deh.. Beberapa manuver sering saya buat. Untung atasan saya, yang menurut saya saat itu agak lambat, membebaskan saya berkreasi.. Alhamdullillah..
Inget dulu, feeling saya, gapoktan binaan saya akan maju bila seksi penangkaran benihnya jalan. Tidak ada dana dari kantor. Akhirnya, pakai uang pribadi saya (yang cukup lumayan) sebagai modal awal. Buktinya, Alhamdullilah, sampai sekarang masih jalan dan sukses sebagai salah satu penyedia benih di suatu kabupaten.   
Periode ketiga masa kerja saya, dimulai ketika saya mulai menjadi penanggung jawab penelitian.. Setelah atasan saya pensiun, saya menggantikannya. Mulailah ketidaknyamanan terjadi. Yup, menjadi penanggung jawab tidak menyebabkan saya bebas berkreasi, tetapi malah sibuk dengan urusan administrasi dan birokrasi. Sungguh, justru sangat menyebalkan.. 

Saya yang pengennya lurus2 saja, sepertinya tidak mungkin karena system yang sudah terlanjur bengkok. Rasanya ga kuasa saya meluruskannya. Untuk menulis jurnal penelitian pun, saya ga sempet karena sibuknya urusan seremonial.. Wuih, praktis setahun saya ga punya tulisan sama sekali.. Mo berkreasi tertahan oleh birokrasi. Bener2 kenal yang namanya oknum petani, oknum petugas dinas, dan oknum2 yang lain..

Untung, hidup saya diselamatkan oleh program doctor saya. Mulailah saya masuk periode keempat. Periode keempat saya adalah periode saya kembali ke khittah-nya. Yup, belajar dan bisnis. Saya suka belajar. Sering saya penasaran kenapa begini dan begitu menjadikannya modal dasar curiosity. Meski terkadang dibilang cerewet karena curiosity ini, saya sangat bersyukur memiliki modal ini. 

Bisnis? Ini mah passion saya sejak dulu. Bisa dibilang bawaan orok deh. Dari dulu saya emang suka jualan. Passion bisnis saya sebenarnya adalah pelipur lara saya karena keterbatasan saya sebagai PNS. Setelah beberapa jenis bisnis saya coba, Saya dah mantap dengan bisnis benih kentang saya. Bisnis lain yang masih belum maksimal karena sekolah saya adalah bibit tanaman hutan dan reboisasi. Ada sih bisnis kecil2n yang malu untuk disebutkan.. Hehe buat iseng klu moment-nya pas. 

Kembali ke cerita teman saya yang menyayangkan ilmu dasarnya.

Setelah melewati 4 periode masa kerja saya, saya merasa cukup beruntung mengalami masa liar saya. Yup, sebagai orang muda tidak ada salahnya kita mencari pengalaman sebanyak2nya. Bagi saya, agribisnis memang bukan bidang saya, tetapi rasa2nya kita emang perlu tahu ilmu2 lain selain di bidang kita untuk menambah wawasan kita. Tentu saja yang sedikit berkaitan. Karena dengan begitu, kita mempunyai bekal untuk memahami orang lain yang berasal dari berbagai bidang ilmu.

Alhamdullillah, ilmu agribisnis, komunikasi, social ekonomi, membantu saya dalam membangun bisnis saya. Setelah berputar2 berbagai ilmu, sekarang waktunya saya kembali ke ilmu dasar saya dan tentu akan mendalaminya sebagai suatu keahlian di kemudian hari.
So saran saya, nikmati masa muda dengan menambah wawasan sebanyak2nya, teman sebanyak2nya.. Nanti akan ada masanya menemukan jati dirimu sesungguhnya.

Senin, 24 Oktober 2011

Fujita - Ahli tidak harus di negara sendiri

Barusan nonton NGC on Second from disaster tentang tornado..

Mungkin di Indo, Tornado kurang beken, lebih bekennya sih angin puting beliung, yang memiliki kerusakan yang tinggi akibat kecepatan anginnya yang tinggi. Biasanya diikuti dengan hujan angin yang diikuti petir. Awan terbentuk dari pengkondensasian air di udara dan menghasilkan kalori panas yang tinggi. Energi ini akan terus meningkat dan dirubah menjadi energi kinetik akibat pergerakan udara keatas dan kebawah. Rata-rata hujan badai melepaskan energi 10.000.000 kwh atau setara dengan 20 kilo ton nuklir.
Pergerakan udara keatas ini lah yang membuat terjadinya pusaran udara atau yang di kenal dengan tornado.


Baru tau saya kalau skala tornado adalah F atau singkatan dari nama penemunya Fujita. Berikut ini skala-nya
1. Skala F0 merupakan tingkatan terendah dengan kecepatan angin 40 sampai 72 mph
2. Skala F1 dengan kecepatan angin 73 sampai 112 mph. pada tingkat ini tornado mampu merusak atap bangunan dan mobil kecil.
3. Skala F2, tornado mampu merusak rumah, truk, kereta api dan pepohonan. Kecepatan angin sekitar 113 sampai 157 mph.
4. Skala F3 dengan kecepatan angin 158 sampai 206 mph.
5. Skala F4 dengan kecepatan angin 207 sampai 260 mph yang mampu merusak struktur bangunan rumah.
6. Skala F5 merupakan skala tertinggi dengan kecepatan angin 261 sampai 318 mph. Pada tingkat ini, mobil akan berterbangan di udara dan seluruh truktur bangunan rumah akan luluh lantak di hantamnya.

Fujita adalah seorang profesor jepang di Univ of Chicago, ahli meteorologi.. Testuya Theodore Fujita..
Beliau ini sering dikenal sebagai Mr. Tornado oleh teman2nya. Banyak hal ditemukannya atau diajukan oleh karena usahanya
Hebat ya.. beliau bisa ahli di negara lain..
Mungkin seperti habibie yang ahli di Jerman..
Melihat kegigihannya meneliti tornado dan penemuan2nya.. Wuih.. berapa nyawa terselamatkan oleh penemuannya.. Termasuk amal jariyah kali ya..
 
Hmhm.. Bisa ga ya suatu saat nanti saya seperti itu...

Uji Lanjut Statistik dan kesombongan

Beberapa minggu lalu, saya ikut seminar hasil penelitian tumbuhan. Bagus penelitiannya. Menguji beberapa isolat yang dapat menghambat penyakit hawar daun padi. Dan emang bener, dosen seminar tidak mencacat makalah seminar, hanya sedikit koreksi.
Dari sisi presentasi, juga lumayan menurut saya.. Baik power point-nya maupun performance-nya.. Cukup pede lah..

Waktu sekilas membaca hasil penelitiannya, hmhm sayang... Sebenarnya, pembahasannya sederhana saja. Kurang membahas kenapa satu perlakuan lebih baik daripada yang lain. Tapi saya fikir wajarlah karena dia anak S2.Tidak ada data analisis pendukung lain.

Sering bila terjadi beda nyata dengan analisis ragam (ANOVA), langsung kita menguji dengan uji lanjut Duncan atau dikenal dengan DMRT.
Bila terdapat kontrol, seharusnya jangan menggunakan uji lanjut DMRT karena uji ini menganggap semua perlakuan adalah sama. Bila menggunakan kontrol, yang artinya diharapkan perlakuan lain bisa berbeda (lebih tinggi/rendah) dengan kontrol, seharusnya menggunakan uji lain bisa LSD, kontras ortogonal..
Tentu ga fair bila semua diperlakukan sama..

Contoh :
Pake DMRT ==> Perlakuan : Pupuk A, Pupuk B, Pupuk C, Pupuk D
Pake kontras ortogonal ==> Perlakuan : kontrol, Pupuk A, Pupuk B, Pupuk C, Pupuk D
Disini :
Kontrol vs pupuk A, pupuk B, pupuk C, pupuk D
Pupuk A, Pupuk B (hasil naik) vs Pupuk C, Pupuk D (hasil menurun)
Pupuk A vs pupuk B
Pupuk C vs Pupuk D

Selain itu bila pengujian dosis,sebaiknya juga jangan gunakan uji lanjut DMRT karena perlakuan dosis adalah perlakuan kuantitatif. Gunakanlah regresi agar diperoleh kecendrungannya. Bisa linier atau kuadratik. Dan bila kuadratik, bisa dicara titik optimum. X maks = -b/2a


Namun rupanya, yang presentasi cukup pede sekali. Di saat dosen seminar bertanya apakah dia tau seperti apa uji kontras, dengan yakin sekali dia menjawab tau..
Hehe kalau tau, tentu dia tidak akan menguji dengan DMRT lah..
Rupanya, cukup tinggi hati juga untuk mengakui kekurangannya..
Kebetulan saya lagi males berdebat.. Mungkin suatu saat dia akan malu setelah mengetahui perbedaan berbagai uji lanjut..

Kenapa saya bilang begitu? Hehe.. Kurang lebih, saya pun pernah seperti presenter itu..
Merasa lebih tahu, ternyata ada banyak hal yang belum saya ketahui..
Dan di saat saya tau ada hal yang belum saya ketahui, hehe saya jadi malu..
Bener lah pepatah itu.. diatas langit masih ada langit...