Topik Judul

Cari Blog Ini

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)
Lebih sehat, produksi dan kualitas lebih tinggi.. Minat??

Pemesanan Benih Kentang :

Hubungi http://jayamandirifarm.blogspot.com/
atau phone/whatsApp/Line/WeChat/Viber
+62 812 1919 2065
0812 1919 2065

email : vansekar@yahoo.co.id

LAYANAN KONSUMEN JM FARM :

Free/Gratis Khusus Konsumen :
- Panduan budidaya perbenihan kentang
- Konsultasi teknologi perbenihan kentang
,
Diskon Khusus Konsumen : Pembelian diatas jumlah minimum

Kamis, 29 Maret 2012

Lagi, beda benih kentang aeroponik dan konvensional

Kebetulan nih, saya sudah uploud foto bedanya benih G0 aeroponik dan konvensional untuk produksi G1. Benih G0 konvensional saya peroleh dari media tanam sekam bakar : pupuk kandang : tanah subsoil yang sudah disterilisasi. Ukuran benih yang digunakan adalah seragam, yaitu yang kecil antara 1-10 g/umbi..

Sebelah kiri : dari benih G0 aeroponik
Sebelah kanan : dari benih G0 konvensional

Beda kan..
Ya jelas beda donk..
Liat aja jumlah batang per umbi.. Kelihatan rimbun kan di aeroponik.. Ya iya lah.. la wong, mata tunasnya aeroponik banyak banget sih.. jauh dibandingkan dengan konvensional. Setiap batang terlihat vigor, tegar, kuat, subur, meskipun kerapatannya tinggi.

Padahal contoh perbandingan ini dengan ukuran benih kecil..
Kalau ukuran benih besar, pasti akan terlihat perbedaan yang besar antara konvensional dan aeroponik.. Cuman masalahnya saya ga punya benih G0 konvensional ukuran besar.. Jadi tidak bisa dibandingkan antara konvensional dan aeroponik..
Tanya kenapa? Karena jarang benih G0 umbi mini konvensional  berukuran besar..

Ini foto contoh benih aeroponik G0 ukuran sedang, (sekitar 10 g) ditanam G1.
Coba hitung berapa batang per umbi ini

Minggu, 25 Maret 2012

Antara Aeroponik dan Organik

Hehe.. bertolak belakang ya..
Yup, mulai beberapa hari lalu, saya akan lebih fokus pada 2 dunia yang bertolak belakang tersebut. Tentu tanpa melupakan curhat2, ide2, dan opini saya di bidang lain seperti penelitian, pertanian, kesehatan, travelling, dll... So tertulislah Aeroponic Potato Seed and Organic World di blog saya..

Abis gimana lagi, emang saya suka ke-2 dunia tersebut sih..
Aeroponic Potato Seed..
Di dunia ini, saya merasa tertantang aja ilmunya.. Penasaran geto.. Setiap musim, selalu ada tambahan ilmu buat saya.. Seru, bila saya bisa mengaitkan antara teori dan prakteknya.. Hmhm.. Kepuasan sendiri.. Insya Allah saya akan terus menggalinya..
Salah satu yang sangat, sangat saya syukuri, sebagai seorang peneliti pertanian, saya bisa praktek langsung. So ilmu saya ga omong doang, saya praktekin sendiri.. Jarang lho peneliti bisa terjun praktek di lapangan..
Saya tau lah gimana tipe2 peneliti teman2 saya.. Kebanyakan mereka hanya rajin cari proyek dan rajin nulis jurnal. setelah itu di-sub-proyek-kan lagi ke para teknisi. Yang ngerjain, ngamatin ya para teknisi tersebut. Hasilnya, yang luwes ya teknisi2 tersebut.. hehe, tentu bagi para teknisi, sulit mengaitkan teori dan praktek, tapi soal pengalaman..hmhm jago bangets, jadi analisa mereka hanya mengaitkan pengalaman2 mereka saja..
Alhamdullilah, di aeroponik, saya sudah coba ngerjain semua pekerjaan para pekerja saya. Eh.. ada ding yang belum saya coba.. nyuci atap screen (karena takut jatuh),  nyuci bak torn 1000 l nutrisi saya (karena lubang masuk kecil jadi takut.. hehe), end nyemprot pestisida (takut kena racun hehe.. meski tetap saya awasin dari jauh cara nyemprotnya).. 
Selain dari sisi ilmu, tentu dong dari sisi finansial.. dapat sesuap nasi and segenggam berlian.. Hehe... Amin3x ya Rabbal alamin.. Mudah2n bermanfaat, tidak hanya buat saya sekeluarga, tetapi juga bagi orang2 yang bekerja di bawah saya dan para stakeholder.. (btw.. ini menjadi salah satu doa saya agar usaha benih kentang terus diberkahi Allah SWT). Benih yang bagus, tentu pengguna benih saya akan berproduksi tinggi pula..

Kalau organik?
Kalo ini mah, saya suka karena saya yang penyakitan.. Memang belum jadi consumen tetap karena mahal sih.. Selain itu juga saya juga belum terjun aktif, jadi belum jadi praktisi bener. Hanya tau teori2 nya..
Yang bikin gemes sebenarnya, karena posisi saya yang pernah ikut international training organic inilah.. Jadi lebih kepada hutang pekerjaan saja. Belum ada real moment yang bisa melibatkan saya menjadi praktisi..

Jadi inget oleh2 hasil survei organik di Malang beberapa waktu lalu adalah tentang betapa sehatnya produk organik.. Katanya, sejak make beras organik, beberapa pelanggan mengalami kemajuan kesehatannya. Ada yang ga migrain2 lagi, emosi lebih stabil bagi anak autis...
Dibilang kok bisa, sama seperti pertanyaan saya.. Ga tau kenapa bisa. Apa mungkin penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia mengakibatkan gangguan kesehatan secara pelan2 dan bertahap? Ga tau deh..
Tapi, mungkin saja. Sebagai contoh, penggunaan hormon tanaman, anti giberilin, pada tanaman, akan berefek pada generasi tanaman berikutnya. Pada tanaman buah, penggunaan anti giberlin menyebabkan panen musim ini meningkat, tetapi musim berikutnya menurun (biennual bearing, istilah kerennya).. Itu di tingkat tanaman. La kalau di tingkat manusia.. Saya ga berhak ngomong karena saya bukan ahlinya..
Tapi kemungkinan itu emang ada, penyebab2 penyakit ringan seperti migrain,  kesemutan, ato penyakit degeneratif, dapat disebabkan karena makanan yang kita makan
Mudah2n nanti saya mampu (beli) dan benar2 dipercaya oleh investor saya (untuk mengelola bisnis organik, doakan tahun ini ya), saya akan jadi konsumen tetap organik deh..  


So, meskipun bertentangan, saya berniat all in di kedua bidang ini..
Aeroponik dalam rangka mengejar pemenuhan kebutuhan benih kentang yang konon baru 5-10%, sedangkan organik dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan sehat yang berkualitas..

Saya jadi inget nasehat seorang senior yang ahli di bidang pestisida organik..Dr. Agus Kardinan
Sebelumnya saya hanya mengenal beliau dari tulisan2nya, buku2nya. Pernah juga ikut seminarnya. Sekilas, pendapat saya pribadi, terlihat sombong dengan keahliannya.. But, ketika saya kenal secara pribadi di organik training di Malaysia, sebagai wakil dari Indonesia, luntur semua kesan sombongnya.. Beliau memberi nasehat kepada saya, agar saya menjadi seseorang ahli, sesuai minat saya. Liat saja bapak X, dia mantan pejabat, tapi setelah tidak menjadi pejabat lagi, he isnot someone.. Beda dengan menjadi ahli, selalu dimintai pendapat tentang keahliannya, sampai akhir hayatnya pun selalu dikenang keahliannya. ..
Bener juga ya...
So doakan saya istiqomah di ke-2 bidang ini ya.. 

Kamis, 22 Maret 2012

Sertifikasi Produk Organik

Khusus untuk sertifikasi produk organik, yup.. muahal.. bangets malah.. Ga tau deh alasannya apa..

Saya udah sering dengar semua produk organik harus disertifikasi. Mengapa? Karena untuk memastikan produk tersebut harus benar2 organik, tentu ada pihak lain yang bertugas untuk menyatakan suatu produk adalah organik. Sering kita dengar produk organik x, y, z.. tapi giliran ditanya sertifikasinya, tidak ada. Siapa yang berani menjamin donk.. Tentu pembeli harus dilindungi.. So, bila hunting produk organik, sering yang jadi tumbal adalah sertifikasinya..

Sebenarnya, sama antara sertifikasi organik dan sertifikasi benih.. BPSB, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih berhak menyatakan suatu benih benar2 bersertifikasi sesuai kelasnya.
Untuk sertifikasi organik di Indonesia, misalnya Biocert (http://www.biocert.or.id/)
Saya kenal juga teman2 sertifikasi dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand dulu.. saat training organik..


Sewaktu saya survei beras organik di Malang lalu, mereka sudah tidak ikut sertifikasi setelah masa berlakunya habis.. Mahal. 12 juta 3 tahun dimana setiap tahunnya ditambah biaya 1 juta, jadi total 15 juta 3 tahun.. Untuk petani kecil, tentulah berat.. Mereka bisa sertifikasi karena dulu dibiayai pemerintah daerah 9 juta, jadi tinggal nombokin dikit.. Kalau sekarang harus memperpanjang sendiri, tentu beratlah..

Mereka kemudian konsultasi dengan pelanggan setia mereka mengenai sertifikasi. Perlukah sertifikasi diperpanjang, yang tentu akan berakibat kenaikan harga..
Hmhm.. ternyata pelanggan mereka tidak menginginkan sertifikasi diperpanjang. Mereka cukup percaya dengan kredibilitas produsen beras organik..

Hmhm.. karena sudah percaya, trust, terkadang sertifikasi tidak diperlukan lagi..


Yup, mudah bagi mereka (produsen dan konsumen) yang sudah saling percaya..
 Bagi produsen pemula, tentu hal ini sulit..
Makanya, produk organik sulit boomingnya..
Terganjal oleh biaya sertifikasi yang mahal..
Apalagi untuk ekspor..
Untuk memenuhi domestik aja sulit kok..

Apa ya yang bikin sertifikasi mahal?
Inspeksi? Kalau mikirnya membantu petani, bisa aja kok dibikin murah. Tapi kalau menganggap kegiatan inspeksi sama dengan orang pusat yang berusaha menyidik dan harus dibayar mahal, ya jadi mahal deh..
Kan bisa dibantu dengan Farm Record Keeping, pencatatan usahatani. Bisa dibantu oleh kelompok, pengurus kelompok lah untuk meringankan biaya..
Biaya laboratorium? Jangan salah yee.. Analisis virus untuk benih kentang juga mahal lho, jutaan, padahal sertifikasi benih kentang juga ga mahal2 banget, ditanggung produsen lagi..
La kalau cuman analisis tanah dan residu, semahal apa sih..

So jangan salah kan banyak produk ngaku2 organik..
http://www.satuportal.net/content/pers-release-aliansi-organis-indonesia-bebaskan-biaya-sertifikasi-organik-bagi-petani-kecil-

Rabu, 21 Maret 2012

Pemotongan batang kentang sebelum panen

Beberapa petani sering memotong batang kentangnya sebelum panen. Ada beberapa tujuan mengapa petani melakukannya.
1. Dengan memotong batang berarti tidak akan ada aliran makanan ke umbi, sehingga ukuran umbi tetap (tidak bertambah besar) dan umbi cepat kering (tentu bila dibiarkan beberapa hari). Bila setelah dipotong dan kentang langsung dipanen, umumnya umbi masih basah. Sehingga terkadang saat panen, kulit umbi masih tipis. Hal ini tentu sangat beresiko kulit umbi menjadi mudah rusak, terluka oleh alat panen. Oleh karena itu pemotongan umbi dan dibiarkan beberapa hari merupakan metode konvensional yang mudah agar kulit umbi lebih kuat. Berapa lama waktu membiarkan umbi ini tentu tergantung cuaca. Musim hujan pasti lebih lama daripada musim kemarau.. Kalau saya sih, minimal 5 hari..

2. Untuk tujuan perbenihan, pemotongan batang kentang sebelum panen memiliki manfaat lain agar beberapa penyakit sistemik tidak ikut masuk ke dalam umbi. Bener efektifnya, tentu tergantung sudah seberapa besar penyebaran penyakit dalam tanaman tersebut. Bila emang dah parah, tentu ga efektif kali.. Buuut, bila masih dini, ada kemungkinan usaha ini akan efektif mencegah penyakit dari brangkasan daun, pucuk tidak ikut migran ke dalam umbi.

3. Memudahkan panen. Yup, dengan memotong batang dan membiarkan beberapa hari, tentu memudahkan panen nantinya. Tinggal cabut, bongkar. Ga ribet lagi dengan ngurusin brangkasan..
Tapi hati2 lho.. Bila sudah memotong batang kentang untuk segera dipanen, harus hati2 dengan hama kepala item, alias manusia.. Karena memudahkan panen, berarti memudahkan pula maling untuk ikutan manen. Terkadang bila nanemnya di dekat perumahan, atau emang daerah riskan, ada yang ikutan minat panen.. So terkadang perlu penjaga. Maklum hasil panen kentang cukup tinggi nilai jualnya..

Untuk aeroponik.. Saya jarang memotong batang kentang jauh2 hari sebelum panen. Selain tidak rawan penyakit karena lebih higenis, saya cukup mematikan pompa air sehingga aliran hara mati. Cukup beberapa menit, tanaman akan langsung layu. Saya biarkan 3-5 hari tergantung cuaca..
Fungsi menghentikan aliran hara ini sama dengan memotong batang kentang cara konvensional. Tujuan utamanya agar tanaman layu, hingga kemudian memacu translokasi makanan segera menuju ke umbi, lentisel umbi segera menutup, kulit umbi lebih kuat..


Bila pengeringan sudah sempurna, baru deh umbi dipotong dan dianginanginkan.. Hati2 motong stolonnya, jangan terlalu dekat dengan umbi dan pastikan stolonnya udah benar2 kering. Baru deh pemberian insektisida untuk menjaga dari hama gudang..
Salah cara panen dan pasca panen pada sistem aeroponik dapat berdampak fatal.. Ujung umbi seperti busuk karena pengeringan yang mendadak.. Owww noooo
 

Rabu, 14 Maret 2012

Idealisme Petani Organik

Bebebrapa hari lalu, saya survei produsen beras organik. Syukurlah punya teman inspektor organik, jadi saya nanya ke dia, siapa saja produsen beras organik, yang sudah punya sertifikat organik. Karena ada acara keluarga ke Jawa Timur, saya ngincer daerah Malang..
Sebagian besar produsen beras organik di dataran sedang-tinggi, sepertinya berkaitan dengan masalah kontaminasi. Yup, air irigasi lebih mudah diatur agar tidak terkontaminasi dengan lahan non organik..

Salut bener saya dengan petani organik di Malang..
Yup, saya ditolak membeli produknya karena dia sudah mempunyai pasar sendiri. Padahal, bisa saja saya membeli produknya lebih mahal. Blas, dia ga nanya harga penawaran dari saya. Rupanya dia cukup loyal dengan pelanggannya. Dengan semakin tingginya harga beras, dia pun tidak berniat meningkatkan harga beras organiknya. Hal ini karena beras organik tidak hanya berkaitan dengan bisnis, tetapi bagaimana menyediakan produk yang sehat..
Wuiih salut deh.. ada petani yang ga keblinger dengan duit....

Saat saya tanya adakah petani lain yang berpotensi menjadi produsen organik..
Ada, mereka sudah organik, tapi lahannya terkontaminasi dengan air irigasi non organik. Awalnya Dia tidak menyarankan kelompok tersebut, karena tidak mau menipu organik padahal terkontaminasi. Bagi saya yang penting, kelompok tersebut mau untuk menjadi organik yang bersertifikat, ga masalah. Masalah kontaminasi dapat diatasi dengan beberapa treatment fisik atau biologi, meski perlu dikaji dulu..
Hingga nanti bila ada pertemuan rutin musiman, saya harus datang kembali..

Jumat, 09 Maret 2012

Perdebatan Organik dan Non Organik

Produk Organik, sering dikaitkan dengan produk sehat. Yup, diproduksi tanpa input kimia baik dari benih, pupuk, pestisida, dan menjaga kontaminasi input kimia tersebut dari lingkungan luar. Terkadang menjaga kontaminasi dari lingkungan luar inilah yang sulit terutama di daerah yang padat penduduk, sedangkan lahan terbatas.. Agak sulit memang, tapi terkadang ada beberapa trik yang dapat mengakalinya..
Contoh, dengan membuat border lahan, atau menanami tanaman seperti enceng gondok untuk menyerap kontaminasi lewat air irigasi.
But, honestly, teman2 Eropa saya mengatakan tidak perlu seekstrim itu. Mana ada di dunia ini yang benar2 bersih dari kontaminasi. Jadi cukup kita tidak menggunakan input kimia, bisa disebut organik.. Kembalilah pada individu masing2

Di samping itu, isu lain yang menghambat organik adalah ketahanan pangan. Pada awal musim/tahun, biasanya terjadi penurunan produk. Di saat jumlah penduduk yang terus meningkat, penurunan produksi tentu dapat mengancam ketahanan pangan. But menurut saya, seberapa luas sih pertanian organik sehingga mengancam ketahanan pangan. Klu emang ada konsumennya, biarkan saja pertanian organik terus berkembang. Masing2 punya porsinya masing2. Dan ingat, tidak semua petani mampu menjadi petani organik lho..

Berikut ini saya tampilkan perdebatan saya dengan seorang teman tentang organik di FB saya
Teman : ‎????apa sih bedanya organik dan non organik? sampai sekarang aku masig bingung nih...ada yg bisa bantu beri pencerahan? tks...
Me : wah, si om ki aya2 ae nek isih bingung organik to yo..

Teman : tapi benar lho. soale setahuku semua pertanian itu kan merubah materi anorganik menjadi materi organik dengan "mesin" ya tumbuhan autotrof to...?jadi kan aneh bin ajaib aja klo ada yang menggolongkan ada pertanian organik dan anorganik.... 
Me : betul tentang autotrof, cuman definisi pertanian organik itu bukan tentang perubahan materi an menjadi organik om.. tapi jenis input yang diberikan, kimia/ sintetik atau bukan. Contohnya saja pupuk kimia dari pabrik atau alami (kompos), atau pestisida kimia atau biopestisida.. Untuk memastikannya perlu sertifikasi. dengan melihat FRK, pengecekan saprodi/gudang, uji residu pestisida dll oleh inspektor. kalau masih merasa aneh, dengan senang hati, bisa diskusi lebih lanjut 

Teman : menurutku sih yang membedakan hanya bahan baku inputnya...klo input yang diambil tumbuhan kan sama saja, prosesnya sama, hasilnya sama to...so?justru yang "organik" kan malah butuh waktu lebih lama kan? karena take time juga ntuk merubahnya menjadi senyawa anorganik dan ellektrolit yang bisa diserap akar....contoh yg jelas...padi untuk dapet 7-8 ton/ha perlu 200 kg NPK...lha klo diganti kompos itungannya jadi setara dengan 20 ton/ha kompos...biaya produksi mahal juga jadinya, belum kehitung waktu dan tenaga mbuat komposnya....???? salah yo pendapatku...? 
Me : lha emang pertanian organik itu definisinya berdasarkan inputnya yang non kimia/sintetik kok. Ga peduli seberapa lama mineralisasi pupuk organiknya.. dan maklum, tidak mungkin pupuk organik menggantikan ketersediaan hara dalam level yang sama dibandingkan pupuk kimia karena tujuannya lebih kepada perbaikan struktur tanah. Konsekuensinya, terkadang produksi lebih rendah (meskipun dalam beberapa kasus, setelah beberapa musim, hasilnya kemudian meningkat).. Makanya untuk negara yang masih memikirkan perut, pertanian organik ditentang karena membahayakan keamanan pangan (dan tentu keberlangsungan pabrik2 pupuk dan pestisida kimia). Menurutku sih, biarin aja, biar produsen dan konsumen yang memilih.. Hanya yang fanatik terhadap kesehatan dan lingkungan yang akan bertahan.. Alhamdullillah, perkembangannya terus meningkat..

Teman : oh ya..hampir lupa aku...input tuh termasuk pestisida yo....klo untuk pestisida, aku setuju diperketat penggunaannya di pertanian....hanya temen temen dr proteksi jg blum bunyi tuh klo diminta seperti apa mengendalikan hama ramah lingkungan yang efektif dan efisien (kecuali tikus sawah di tempatku lho ya...alhamdulillah kita bisa memberikan solusi pengendaliannya dan berhasil sampai saat ini)...akhirnya pestisida juga yg bisa menyelesaikan masalah....hanya, input ntuk pupuk dan pestisida kan lain ya mekanisme dlm tanamannya...kebanyakan pestisida kan utk mengendalikan OPT shg bermain di "luar" tubuh tanaman, klo pupuk kan jelas masuk...makanya pestisida kan utk menyelamatkan panen, pupuk utk meningkatkan panen to?...kasus lain bahwa pemakaian pestisida di kita kan mmg rodo ngawur karena maunya petani dan bombardemen iklan pestisida oleh perusahaan...nah, kembali ke organik dan non organik ...mungkin bisa utk beberapa tanaman,tetapi tidak semua jenis tanaman...karena memang ancaman terbesarnya adalah keamanan pangan...ntuk nyediain pangan >230 jt org yg makan nasi sangat berat pakai organik...kita buktikan 4 musim berturut turut SRI di BBPadi malah jadi biang kerok hama penyakit, mana hasilnya rendah lagi....
Me :  Yo emang ga mungkin pertanian organik nyediain pangan nasional. Boro2 Indo, negoro liyo sing wis maju yo ga iso makani nggo organik tok. Jadi yo, sebagai alternatif ae, bagi sing pengen lebih sehat, sing sugih to yo.. Bagiku sih, terlalu berlebihan nek pertanian organik dianggap ancaman keamanan pangan.. wong, sing kuat nanem organik yo ming petani2 mapan kok.. emang e petani Indo wis mapan kabeh po piye.. hehe.. Selain modal, petani organik kudu pinter2 cari teknologi organik. Yg bisa nerapin teknologi pake predator, mikrobiologi, biopestisida, dll lak yo ga sembarang uwong to.. La petani sing ga sembarang uwong di Indo lak yo ming pirang persen.. So rasa2ne ga perlu kuatir pertanian organik mengancam keamanan pangan

Teman : ok...jadi jelasnya utk kalangan dan pasar terbatas. saole,...klo kita gak mandiri pangan (berdaulat mah masih jauh...) ujung ujungnya jg impor...yang notabene jg gak organik juga to...dan yg diekspor ke indonesia kan kategori "sampah"...rejected disono...kebalikan klo kita ekspor ke luar to...he he...pisss
Me : wah, klu ngomongin mandiri pangan mah masih banyak faktor lain yg lebih erat hubungannya daripada dengan pertanian organik. Ya kebijakan pemerintah, politik, mental rakyatnya.. buanyak faktors lah. btw akhir2 ini agak menghayal seandainya penduduk Indo ga sebanyak ini. Sekaya2nya Indo, klu penduduknya banyak, susah diatur, sakpenake dewe.. opo ga puyeng to..

Teman : berarti masalahnya masih seputaran perut to....?mencukupi isinya (kuantitas) saja belum tuntas palagi kualitas yg dikejar, ...ok, sepakat sampai disitu...dan apapun bentuk pertaniannya, mo organik or anorganik...ujungnya kan penyediaan pangan....kita org pertanian, ditanya ttg kebutuhan pangan sdh bisa or belum...klo jawabnya gak fokus ke situ kan diketawain to...palagi org non pertanian...he he pisss....dulu sewaktu sering rapat dg bos bos di jakarta...salah satu kekawatiran pertanian organik ya mmg mrpkn salah satu taktik mrk ntuk membuat pemenuhan kebutuhan pangan kita dari impor....seperti halnya isu lingkungan yg digunakan ntuk nyerang kelapa sawit agar harga CPO turun to....
Me : ealah om.. kok mbalik meneh ke keamanan pangan to.. kan udah jelas, pasarnya beda. Klu emang pasar organik terbuka, permintaan kualitas meningkat, mosok dilepas. Toh, bisa membuka lapangan pekerjaan juga. Klu mandiri pangan ga tercapai mosok salahe pertanian organik? apa dengan menghapus pertanian organik terus jadi mandiri pangan? Please deh.. Masalah mandiri pangan adalah kompleks.. jangan kambing hitamkan pertanian organik lah.. Klu di negara berkembang lain sih, yang sinis dg pertanian organik biasane krn takut pabrik pupuk dan pestisida kimia ga payu. Bos2 besar gini biasane ngasih upeti ke pemerintah dan kasih doktrin pertanian organik akan mengancam keamanan pangan dan emang berhasil.. Klu di Indo, engga lah (???)..    

Begitulah seputar pro-kontra Organik 

Welcome to Organic World

Sebagai seorang yang penyakitan, wajarlah bila saya menjaga hidup sehat. Termasuk menyukai produk organik, Tapi sayang, biasanya mahal sehhh.. Namun demikian, saya tetap pengen terjun di dunia organik.. Beberapa penelitian organik saya ikuti. Dulu pernah ikut penelitian organik kerjasama dengan Inggris, jadi counterpart gitu.. Mungkin alasan itulah, saya kepilih menjadi salah satu peserta organic training di beberapa negara, Eropa dan Asia. Alhamdullillah..

Honestly, saya merasa belum memberikan apa2 untuk dunia organik Indo. Pengen jadi praktisi langsung, tapi belum ada kesempatan. Saat ketemu dengan inspektor organik, sebagai sesama peserta organic training dari Indonesia, saya berharap saya bisa dilibatkan, eh.. engga tuh.. Hopeless deh.. Padahal kepikiran, kaga dibayar juga ga pa2deh.. Ya sudah..

Setelah training, sebenarnya saya diajak teman dari Malaysia untuk bisnis beras organik. Tapi mungkin karena saya masih sibuk sekolah S3 saya dan penelitian kentang saya, belum kesampaian deh..
Tawaran teman sesama penyuka produk sehat untuk bisnis organik, orang INdo, teman hubby, tidak saya tanggapi serius. Entahlah.. Hingga saya ketemu secara langsung dengannya saat beli Natesh..
Hmhm.. Dia berniat ekspor beras organik ke Singapore, dan untuk tahap awal, pasar domestik, untuk daerah Bandung dulu.. Melihat performanya, kayaknya ulet juga.. Bolehlah..
So, Welcome to Organic World..
Mudah2n bisa membuka lapangan pekerjaan baru, dan niat saya untuk menjadi praktisi organik tercapai.. 
Bismillah..