Topik Judul

Cari Blog Ini

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)
Lebih sehat, produksi dan kualitas lebih tinggi.. Minat??

Pemesanan Benih Kentang :

Hubungi http://jayamandirifarm.blogspot.com/
atau phone/whatsApp/Line/WeChat/Viber
+62 812 1919 2065
0812 1919 2065

email : vansekar@yahoo.co.id

LAYANAN KONSUMEN JM FARM :

Free/Gratis Khusus Konsumen :
- Panduan budidaya perbenihan kentang
- Konsultasi teknologi perbenihan kentang
,
Diskon Khusus Konsumen : Pembelian diatas jumlah minimum

Minggu, 25 Desember 2011

Dari Padi Hibrida dan Kerjasama Perbenihan

Sebenarnya diskusi saya dan teman saya ini sudah terjadi minggu lalu, tapi kok sedikit kepikiran ya..
Ada dua hal..

Pertama..
Bagi saya, perusahaan tempat teman saya bekerja, produsen benih padi hibrida cukup berani berinvestasi. Yup, hanya mengandalkan pembelian dari BUMN benih padi untuk subsidi benih.

Sudah menjadi rahasia umum, padi hibrida membutuhkan biaya sangat tinggi, entah benihnya, pupuk, pemeliharaan, pestisidanya.. Jadi, tentu hanya berhasil bagi petani kaya saja, padahal ada berapa sih petani kaya di Indo? Hasil panen petaninya meningkat menjadi 60 juta dari 20 juta, namun saat saya tanya berapa biaya produksinya, dia tidak tau.. Kalau benar2 menguntungkan, tentu akan banyak muncul perusahaan penghasil beras hibrida.. Nyata nya kagak too..
Jadi, sangat jarang petani rela menanam benih hibrida, bila harus beli benih sendiri.
So, pembeli benih hibrida kebanyakan Pemerintah untuk subsidi benih.. bukan petani

Tentu, maksud Pemerintah memberikan benih hibrida gratis agar ditanam petani dan menghasilkan panen sesuai potensi hasil, diatas 10 t/ha.. Sekali lagi, jarang dong yang tercapai. Kalau pun tercapai, berapa orang, berapa luas, berapa biaya produksinya.. Bahkan selain boros pupuk, penanaman padi hibrida menyebabkan lahan menjadi miskin hara, terutama boron, begitu kata teman saya

Saya yakin Pemerintah tahu kondisi ini..
Pengen menaikkan produksi dengan hibrida, tapi banyak kendala..
Mungkin Pemerintah bingung, mo gimana lagi, habis pake terobosan apalagi donk.. untuk keamanan pangan..
Jadi deh, kebijakan subsidi benih hibrida terus berlanjut..
Biar kelihatan berpihak kepada petani memberikan benih gratis, padahal...
Tentu donk, perusahaan benih hibrida punya kepentingan sendiri agar kebijakan tersebut terus langgeng..

Jadi inget petani saya yang mendapat subsidi benih hibrida, benihnya malah dimasak jadi beras..

Kedua
Perusahaan benih tersebut hanya bermodal dana dan tenaga. Lahan dan alsintan milik BUMN benih padi. Kepikir kaya donk itu BUMN, ternyata?
Pikir sendiri deh..
Yang jelas, minimal, pegawai BUMN punya kerjaan, daripada nganggur..

Ngomong2 soal kerjasama ini..
Saya jadi teringat banyaknya rumah screen mahal yang nganggur di suatu balai benih kentang. Dari sekitar 10 rumah screen, hanya 2 yang beroperasi. Padahal, itu bangunan lumayan canggih daripada punya saya..
Sterilisasi dengan panas mudah karena punya alat sendiri..
Saya bersusah payah membangun rumah screen, ealah, balai itu malah menyianyiakan rumah screennya..

Katanya sih, dana dari pemerintah hanya bisa untuk 2 screen..
Hmhmm, padahal menurut saya, hasil panen 2 screen tersebut, secara bertahap bisa untuk membiayai screen lainnya, kecuali....... yup, keuntungan hasil panen diambil duluan.. hehe

Bicara soal kerjasama, sama halnya yang terjadi dengan produksi benih padi hibrida
seharusnya, balai benih kentang bisa mengajak pihak lain untuk mengisi screen yang lain.
Selain menguntungkan, menyediakan benih di tingkat petani, minimal bisa menjadi tambahan masukan bagi pegawai2nya..
Kecuali, ga rela berbagi bersama

Rabu, 21 Desember 2011

Satu Benih Umbi G0 Hasil Aeroponik bisa jadi 40 umbi G1?

Wuiii.. Kok bisa ya..

Beberapa hari lalu, petani koperatif saya laporan ke hubby saya. Katanya, satu benih umbi mini G0 hasil aeroponik saya bisa menghasilkan 40 benih G1..
Antara seneng, heran, dan ngiri..

Seneng, karena benih saya emang bagus dan berkualitas..
Heran, kok bisa ya.. Sepertinya data ini hanya data maksimum deh, bukan rata2 semua populasi 40.. (Wah, kalau bener 40, bisa kaya mendadak nih petani saya..)..
Kemungkinan menghasilkan 40 umbi emang ada. Karena setiap umbi bisa menghasilkan lebih dari 10 mata tunas. Bahkan petani saya juga nanem tunasnya (tidak hanya umbinya), karena saking banyaknya tunas.. 
Ngiri, yup ngiri.. abis saya nanem sendiri belum bisa menghasilkan 40 umbi tuh.. Malu.com

Saya akui, petani koperatif saya di Pangalengan emang hebat..
Mereka lulusan program PHT, baik di bawah bimbingan FAO, CIP, Balai Penelitian, dan Dinas. Saya sempat membinanya tahun 2000-2001 yang lalu, kerjasama dengan BPTPH setahun dan DFID Inggris setahun..

Malu juga mengakui, saya mungkin emang bisa di teori, sedangkan mereka sudah puluhan tahun praktek...
Memang, orang2 macem saya, yang cuman bisa teori, terkadang terkendala saat praktek. Learning by doing-nya masih kurang. Tapi, Insya Allah deh, hasil saya juga akan terus meningkat.. Setiap musim selalu saya koreksi kekurangannya untuk kemudian diperbaiki. Dan tentu, pengen maen lagi ke Pangalengan, diskusi2 lagi praktek di lapang..

Bicara soal teori.. pernah ada diskusi begini dengan petani Pangalengan..
Allah SWT memang Maha Adil..
Petani agak sulit bergerak di bagian hulu, karena butuh ilmu dan pengetahuan.. Misalnya, sulit bermain dengan planlet, kuljar, steril, karena emang kebiasaan petani yang sedikit jorok dan tidak telaten..
Sementara, para teoritis, sulit bergerak di hilir, produksi di lapang. Selain capek, harus diakui petani emang udah jagonya di lapang. Mengantisipasi kesulitan2 di lapang adalah hal yang biasa.. Kekeringan, serangan hama penyakit.. Mereka punya indigenous technology, begitulah bahasa kerennya
Maka dari itulah, lahir kesepakatan kami. Produksi G2 yang diluar rumah screen, saya pasrahkan ke petani saja.. hehe.. Insya Allah, sama2 untung.. Mereka dapat benih sumber dan saya terbantukan, ada yang ngurusin tanaman G2 saya..

Hasilnya?
Teman2 petani saya pesan lebih banyak lagi kuantitasnya..
Bukannya ga mau kasih banyak, masalahnya screen G1 saya juga nambah nih.. Yang artinya, saya juga butuh benih G1 lebih banyak lagi.. Ealah, dijawab begini ama petani saya
Apa ada tekanan pihak lain atau harga perlu disesuaikan bu..
Hehe.. Serem juga pertanyaannya..
Bisa dimengerti sih klu dia kuatir ga dapat benih dari saya..
Tapi soal tekanan pihak lain.. saya mah orang bebas, tidak ada yang bisa menekan saya..
Soal harga? hehe.. boleh lah naik dikit.. Alhamdullillah..
Dan demi hubungan baik, okelah kalau begitu.. deal..
Bismillah..

 

Senin, 19 Desember 2011

Reuni dengan Mantan Bos dan Pelajarannya

Kemarin, bisa dibilang saya reunian dengan teman2 petani dan petugas dalam proyek kegiatan pengembangan desa. Sebenarnya, dalam rangka kondangan sih..
Banyak yang berubah dari desa tersebut, tapi yang menarik bagi saya adalah mantan bos saya..

Yup..mantan bos..

Disebut mantan, bukan saja karena saat ini saya berstatus mahasiswa, sehingga tidak punya bos lagi, tetapi juga karena beliau sudah pensiun..
Di ujung masa pensiunnya, saya ingat beliau yang kuatir.. Selain karena mempunyai anak spesial, juga karena beliau belum punya rumah pribadi. Maklum, karena tinggal di rumah dinas, jadi kelupaan kali untuk bikin rumah.. Ga tauk deh..

Setelah beliau pensiun, Alhamdullilah, saya menggantikan jabatannya..
Dan jarang berhubungan lagi..
Namun bila ada teman yang perlu masukan berhubungan keahlian beliau, selalu saya rekomendasikan untuk menghubunginya..
Hingga datangnya waktu kondangan kemarin, kami berangkat bersama..

Mobil pribadinya baru.. Mobil kantornya juga mahal..
Hmhm.. Rupanya, bekerja di swasta setelah pensiun memberikan materi yang lebih..
Yup, meski hanya lulusan S1, tapi pengalaman beliau hebat di bidangnya..
Selain itu, beliau adalah orang lurus2 saja, berbuat yang terbaik..
Alhamdullilah, berbuah manis..

Dari sisi pekerjaan.. Hebat juga cerita beliau ini..
Beliau bekerja dari sejak perusahaannya hanya punya 1 ha, 12 ha, dan kemudian sekarang ratusan ha produksi benih hibrida.. Dia dipercaya menjadi manajer produksi..
Saat ini bahkan dia dibebaskan untuk berkreasi..
Asal menguntungkan, pasti akan dibiayai
Hehe.. beda jauh saat jadi PNS kali ye..

Yup, rejeki masa depan orang, tidak ada yang tahu..
Becandaan saya sih.. Wah, klu tahu bakal kaya begini, mending dari dulu kali pensiun dari PNS..
Hehe.. beliau hanya ketawaa

Yang bisa saya pelajari, adalah bagaimana beliau merintis usahanya..
Tentu berbeda dalam hal permodalannya..
Tapi semangat, disiplin, dan tekun perlu saya tiru..
Insya Allah

Rabu, 14 Desember 2011

Bingung Pake Rancangan Lingkungan RAK, RAL, RBSL?

Rancangan dalam penelitian dapat dibagi 2 :
1. Rancangan lingkungan
2. Rancangan percobaan
Untuk postingan kali ini, tentang rancangan lingkungan terlebih dahulu.

Rancangan lingkungan diberlakukan untuk mengurangi error dalam penelitian. Namun error tersebut dapat dikurangi dengan rancangan lingkungan.
Rancangan lingkungan :
1. Rancangan acak lengkap (RAL)
2. Rancangan acak kelompol (RAK)
3. Rancangan bujur sangkar latin (RBSL)

Pembeda utama dari kedua rancangan lingkungan tersebut adalah homogen atau tidaknya satuan percobaan
RAL bila homogen, RAK bila heterogen 1 arah, RBSL bila heterogen 2 arah..

Bingung kah?
Ok saya kasih contoh..

Kasus RAL..
Bila percobaan dilakukan di laboratorium, umumnya kondisi lab seragam, homogen.
Arah sinar lampu merata, suhu seragam..
So, kita dapat gunakan RAL
Dengan RAL, maka sampel diacak sempurna dalam satuan percobaan..

Kasus RAK
Bila percobaan dilakukan di pinggir jalan, yang terdapat lampu penerangan.. biasanya satuan percobaan tidak dapat homogen.. Hal ini karena umumnya, banyak serangga di malam hari nemplok di lampu, atau polusi di pinggir jalan lebih banyak..

Selain itu bila percobaan dekat dengan saluran irigasi, kemiringan lahan tidak merata, kesuburan lahan berbeda, atau keteduhan pohon di salah satu sisi satuan percobaan, maka dianggap satuan percobaan tidak homogen.. OLeh karena itu, satuan percobaan akan dikelompokkan menjadi beberapa blok. Misalnya blok subur, blok sedang, dan blok tidak subur. Baru di dalam masing2 blok kemudian diacak sempurna..

Selain akibat kondisi lingkungan fisik yang menyebabkan heterogen, dapat pula karena faktor lain
Contoh : bila dalam satuan percobaan, tidak dapat diamati dalam satu hari. Atau penanaman tidak dapat dilakukan dalam satu hari.
Dalam penelitian kultur jaringan, terkadang pengamatan beda hari akan berakibat perbedaan hasil pengamatan karena cepatnya pertumbuhan planlet. Atau besarnya jumlah unit percobaan, menyebabkan tanaman tidak dapat ditanam serempak dalam satu hari. Atau bisa juga karena keterbatasan jumlah bibit, sehingga terdapat beberapa periode tanam.
 
Perlunya pembagian kelompok ini agar tidak terjadi bias..
Jangan sampai perlakuan berbeda karena kesalahan penentuan rancangan lingkungan..

Bila pengelompokkan searah, maka digunakan RAK, sedangkan bila pengelompokkan 2 arah tegak lurus, gunakan RBSL. Bila lebih dari 2 arah? Pindah aja deh lokasi penelitiannya, daripada bermasalah nantinya..
hehe..

Maksud pengelompokkan searah dan 2 arah ?
contoh:
1 = subur, 2 = sedang, 3 = tidak subur
a = dekat irigasi, b = sedang, c = jauh irigasi
Disebut searah bila 1a, 2b, 3c, maka gunakan RAK
Disebut 2 arah bila 1c, 2b, 3a, maka gunakan RBSL

Ada teman saya bertanya ..
Bagaimana menentukan homogen atau tidaknya suatu satuan percobaan.
Betul, disebut homogen atau tidak adalah sangat relatif. Dengan semakin sering melakukan penelitian dan menganalisis data sendiri, kita akan terlatih.
Apakah pohon besar dekat lahan penelitian kita akan mempengaruhi satuan percobaan kita? Kita belum tahu pasti bila belum mengerjakannya. Oleh karena itu selain pengalaman, perlu juga mencari informasi sebesar2nya tentang lokasi penelitian kita. Misalnya kepada petani pemilik lahan..

RAK akan benar2 efektif mengendalikan eror lingkungan bila kemudian di hasil analisis ragam kita, blok/kelompok kita akan berbeda nyata/signifikan..
Dengan RAK, kita buat perbedaan nyata antar blok sebesar2nya, tetapi menghomogenkan semaksimal mungkin di dalam blok..

Ok selamat melakukan penelitian..
God luck

NB : Rancangan Percobaan (1, 2 faktorial, split plot dst) menyusul ya...

Pentingnya analisis laboratorium untuk penelitian dasar ..

Tadi saya mengajukan analisis laboratorium ke suatu instansi. Alhamdulillah, saya dapat diskon karena status saya sebagai mahasiswa. Koordinatornya cukup sibuk, katanya mo rapat penyeragaman biaya analisis..
Spontan saya nanya. Biaya naik ato turun?

Pertanyaan itu saya lontarkan karena analisis di instansi tersebut tergolong mahal dibandingkan di daerah lain. Alasannya karena kuantitas analisis di tempat tersebut sedikit, sehingga mahal. Beda dengan daerah lain yang cukup banyak melayani analisis, sehingga bisa murah..

Saya tidak punya pilihan lain, karena instansi tersebut yang terdekat dengan lokasi penelitian saya. Kalau pun saya bawa ke daerah lain yang lebih murah, kebayang lah gimana saya ngangkut sampel2 saya. Selain repot, sepertinya errornya malah bakal tinggi . Ya sudah biarin deh. Toh, saya dapat harga mahasiswa..

Jawaban perubahan biaya tidak melegakan saya karena ternyata harga analisis akan dipatok batas atas alias mahal.. Kecewa sih pasti.. Kalau penyeragaman biaya menjadi murah, pastilah akan meringankan konsumen, tapi kalau penyeragaman biaya jadi mahal?

Sungguh, saya menyayangkan hal ini..
Kalau bisa murah, kenapa harus mahal..
Kalau laboratorium sepi, jangan terus minta laboratorium yang ramai untuk menaikkan harga donk..
Wong dia bisa efisien, kok disuruh tidak efisien
Saran win win solution saya adalah diberikan alternatif harga. Bagi jumlah sampel sedikit, boleh lah mahal, tetapi bila sampel banyak, kasih murah lah..

Saya agak sensitif tentang biaya analisis laboratorium akhir2 ini..
Selain karena saat ini saya banyak melakukan analisis lab untuk penelitian saya, saya tergugah dengan beberapa serial drama kriminal TV kabel..

Banyak kasus kriminal terungkap akibat ilmu forensik..
Terakhir serial drama yang saya tonton, berkat uji DNA dan uji bakteri, ketahuan deh, bahwa seseorang yang tadinya diduga bunuh diri ternyata merupakan korban pembunuhan oleh orang tuanya sendiri..
Coba klu hanya mengandalkan investigasi, mana mungkin itu terungkap.. Bisa jadi salah tangkap tersangka..

Ingat ga kasus Ryan, pembunuh berantai..
Ternyata, tersangka tukang salon atas korban yang ditemukan di kebun tebu adalah keliru setelah kemudian Ryan mengakuinya. Berulangkali si tukang salon mengelak, tetapi kepol***an kekeuh meski sudah pake uji DNA keluarga..
Modus kriminal di Indo, klu pol*** udah kekeuh skenario X. Meski ada bukti ilmiah Y, sebodo teuing deh dengan bukti ilmiah. Ini artinya, kesadaran pentingya bukti ilmiah masih rendah. Padahal bukti ilmiah mah ga bakalan nipu.. Uji DNA emang bisa nipu? Kecuali penguji lab DNA-nya disuap dulu..

Kembali soal analisis lab..
Sebenarnya saya pengen usul deh.. Mbok ya, analisis lab tuh jangan mahal2..
Kalau perlu dikasih subsidi..
Yup, subsidi penelitian untuk analisis lab..

Saking mahalnya analisis lab, terkadang, peneliti enggan melakukan analisis lab. Sebagian besar dana penelitian lebih banyak diperuntukkan untuk honor, perjalanan dinas.
Kenapa? Abis biaya analisis lab akan menyedot dana penelitian, yang tentu akan mengurangi uang yang masuk kantong setelah dipotong berbagai potongan..
Terkadang dari 50 juta dana penelitian, hanya 12,5 jt yang benar2 untuk penelitian..
Menyedihkan
 
Mengapa pentingnya analisis lab?
Untuk penelitian basic, analisis lab sangat penting untuk mengetahui apakah benar perlakuan yang kita berikan berpengaruh terhadap hasil. Bila hanya menduga dari peubah pengamatan, hasilnya akan sangat bias.
Akhirnya kita akan berasumsi berbagai kemungkinan.
Sebagai contoh :
Induksi pengumbian kentang terjadi bila giberilin rendah, CN rasio tinggi..
Bila hanya mengamati tinggi tanaman, bobot tanaman yang nota bene pengamatannya murah, kita tidak akan tau apakah benar berbagai metode induksi pengumbian berhasil membuat giberilin rendah?
Akhirnya, kita berasumsi, menduga, bila terjadi induksi pengumbian, berarti giberilinnya rendah..
Padahal kan belum tentu..

Tanpa melakukan analisis lab, selain menyebabkan penelitian bias, tentu penelitian kita hanya ecek2 saja..
Saya katakan ecek2 saja karena selalu mengacu orang lain..
Berdasarkan penelitian si fulan, bla-bla..
Kita tidak akan pernah menemukan sesuatu yang baru..
Makanya jarang nama peneliti Indo menjadi rujukan internasional..
Memang ini tentang prestise, tapi untuk memenuhi rasa curiosity?
Banyak hal penasaran dalam penelitian tidak akan terjawab..
Akhirnya, ya penelitian kita hanya begitu2 aja..
Mengulang2 yang kita sudah tau..
Akhirnya?
Kita ketinggalan dengan negara lain..   
Padahal biasanya negara maju harus punya Research & Deveoplment (R&D) yang maju pula..
Ah.. Entahlah

Minggu, 11 Desember 2011

Thailand dengan keterbukaannya

Saya pernah iri dengan Thailand, terutama dengan keterbukaannya..


Pertama, bila dilihat international airport.
Pendapat pribadi saya, banyak penerbangan international transit dulu di Swarnabhumi, airportnya Thailand. Kebetulan, waktu itu, saya ketemu teman2 training Swedia dari berbagai negara Asia di Swarnabhumi. Teman2 dari Myanmar, Kamboja, Filipina, China, Vietnam, Laos berangkat bareng ke Sweden..
Mikir nih, kenapa bukan di Sukarno Hatta aja ya transitnya..
 Swarnabhumi Airport

Yup, bagi saya, untuk ukuran Asia, airport Swarnabhumi cukup mengasyikkan.. Mall-nya gedhe. Lumayan buat cuci mata menunggu waktu transit. Bahkan saat saya pernah ditawarin pengen ditransit di Thailand ato Malaysia, saya milih Thailand lah.. Airport Malaysia sepi.. Sama dengan Indo..

Dampak dari majunya airportnya, tentu banyak turis yang masuk ke Thailand.
Banyak pekerja ekspatriat bekerja di Thai.. Konsultan organik, teman saya Michele, kerja di Thai. Beberapa kerjasama international dengan Thai kayaknya berkembang dengan baik..
Saya sempet ngiri, kok bisa begitu ya..
Kenapa bule2 itu suka dengan Thai ya..

Murah?
Yup, barang2 Thai bagus2 dan murah2..
Saat saya dapat honor training, saya sempet mikir, haruskan saya belanjakan di Indo ato di Thai..
Ah, belum tentu dengan uang yang sama, barang yang sama bisa kebeli di Indo..
So, koper saya pun beranak di Thai..
Sungguh, Thai bisa dibilang surga untuk belanja..


Jadi ngiri deh..

Meskipun, bagi saya, pariwisata di Thai biasa2 saja.. Abis mirip di Indo sih..
Cuman mungkin, tertata lebih rapi dan bersih..
Welcome dinner at chaophraya cruise

Lama-lama, saya amat-amati.. kok sepertinya kehidupan orang Thai sama bebasnya dengan bule.
Seperti di Bali lah..
Bebas pergaulan, bebas berbusana, bebas  kehidupan malamnya..

Waktu saya masuk ke kawasan turis, Khaosan Road, hmhm.. nuansa pantai kuta Bali-nya sama parahnya..
Pas ke Jaktujak market.. Waria bebas berjualan.. Ada yang jualan payung, baju.. Tidak seperti di Indo yang biasanya waria hanya kerja di salon.. Bahkan beberapa kumpulan waria bebas nongkrong gitu deh..

Pas, tau banyaknya penyakit seks di Thai akibat bebasnya pergaulan..
Hmhm.. ga jadi iri deh dengan Thai..
Ga papa Indo ga seterbuka Thai..
Rasa2nya tetap bangga Indo sebagai negara muslim terbesar..
Yang mudah2n masih terus dapat menjaga kesopan santunannya..

Kamis, 01 Desember 2011

Mirror Politic untuk Perdagangan

Begitulah yang disampaikan Wakil Mentri Perdagangan RI saat membuka Seminar Perhorti di Balai Penelitian Sayuran, sekalian launching beberapa varietas baru sayuran.. 22-23 November lalu

Untuk membatasi impor pertanian adalah tidak mungkin bila memang stok dalam negeri emang kosong. Dengan jumlah penduduk yang banyak, kelangkaan pangan bisa jadi masalah besar. Dengan catatan "bener-bener" kosong lho.. (berarti data harus bener2 akurat). Selain itu juga, bila membatasi impor tanpa alasan jelas, tentu donk ada kemungkinan kita dibalas dengan pembatasan impor negara lain, kita juga ga boleh ekspor.. Sebenarnya, sebagai penduduk besar dengan konsumsi tinggi, bisa jadi kita berani untuk produk tertentu, tapi untuk semua produk? sepertinya belum seberani begitu deh.. Sebagai mahkluk sosial, kita masih membutuhkan bantuan orang lain lah.

Impor merupakan salah satu bentuk perdagangan. Cuman bila impor lebih besar dari ekspor, tentu lah kita akan kebanjiran barang. Lagi2 sebagai penduduk besar, kita merupakan pasar potensial. Katanya, bodoh, klu tidak mau invest di Indonesia. Yup, pertumbuhan ekonomi kita cukup tinggi, jauh dibandingkan China, Eropa, Amerika yang kolaps akibat krisis.. Cummmmmannnn... sayangnya pertumbuhan ekonomi kita lebih banyak ke barang konsumsi: elektronik, hp...
Huuuuu

Oleh karena itu marilah kita menjadi konsumen yang cerdas. Gunakan produk lokal.. Tentu donk perbanyak menggunakan produk2 pertanian..

Hehe ngelantur..
Kembali tentang Mirror Politic
Cara termudah membatasi impor adalah membuat aturan sama ketatnya dengan negara pengimpor. Sering dengar produk kita ditolak karena kandungan residu pestisida yang tinggi. Misal, produk Jepang mau masuk ke Indo. Kita buat hal yang sama.. Aturan untuk melarang masuknya produk Jepang radiasi dengan batas tertentu. Saat ini kan Jepang punya masalah dengan radiasi..
Impas tooo..

memang untuk ngakalin perlu kecerdasan, tidak bisa kita hanya sekedar melarang impor..
Oleh karena itu, beliau mengharapkan masukan dari para ilmuwan untuk memberikan masukan ilmiah aturan apa untuk melindungi produsen dan konsumen dalam negeri

Sekedar joke Pak Wamen..
Bila saya melempar batu, pasti deh kena kepala doktor..
Yup, saking banyaknya doktor2 kita yang menghadiri acara tersebut.. So ayo bangkitkan pertanian Indonesia