Topik Judul

Cari Blog Ini

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)
Lebih sehat, produksi dan kualitas lebih tinggi.. Minat??

Pemesanan Benih Kentang :

Hubungi http://jayamandirifarm.blogspot.com/
atau phone/whatsApp/Line/WeChat/Viber
+62 812 1919 2065
0812 1919 2065

email : vansekar@yahoo.co.id

LAYANAN KONSUMEN JM FARM :

Free/Gratis Khusus Konsumen :
- Panduan budidaya perbenihan kentang
- Konsultasi teknologi perbenihan kentang
,
Diskon Khusus Konsumen : Pembelian diatas jumlah minimum

Rabu, 17 April 2013

Uji Lanjut Polinomial Ortogonal

Melanjutkan posting sebelumnya, uji lanjut bila perlakuannya kuantitatif.
Seperti contoh sebelumnya, perlakuan kuantitatif adalah perlakuan yang bisa dikuantitatifkan dalam bentuk angka. Misal? dosis, konsentrasi, frekuensi aplikasi (1, 2, 3, 4 kali), persentase porositas (10%, 20%, 30%, 40%)..

Seperti halnya, Contras Ortogonal, Uji Polinomial Ortogonal juga merupakan perbandingan berencana, yang memang direncanakan sebelum dilakukan percobaan. Kenapa bisa begitu?
Hal ini karena uji polinomial ortogonal ini biasanya bertujuan untuk mencari titik optimum, terutama untuk kasus pertanian ya.. Artinya, si titik optimum harus dari titik minimum hingga maksimum. Bila diduga titik optimumnya adalah 30 cm, maka harus dicobakan pula perlakuan kurang dari 30 cm dan lebih dari 30 cm.. Misal 10, 20, 30, 40 cm
Bila tidak tahu kisaran optimumnya (karena belum ada percobaan sebelumnya atau tidak ada referensi sama sekali), maka selang kisarannya harus lebar dengan membuat ulangan tidak sama.

Bingung?
Misalnya akan dicari dosis optimum pupuk X. Tidak tau kisarannya? Pertama, buat percobaan pendahuluan, berapa cc daun tanaman tersebut belum terbakar. Ingat, belum terbakar lho ya. Bila tidak yakin dugaan titik optimum, maka bikin kisaran ulangan tidak sama.
Ulangan sama = 0, 1, 2, 3, 4 ==> sudah diketahui dugaan titik optimum
Ulangan tidak sama = 0, 2, 4, 8, 16  ==> belum diketahui dugaan titik optimum
Mengapa harus ulangan tidak sama? Apabila tidak diketahui dugaan titik optimum. Tidak tahu titik maksimum dan minimum..

Syarat uji Polinomial Ortogonal? Perlakuan harus diatas 3. Minimal sih 4 agar terbentuk garis regresi yang cantik. Tapi saran saya sih 4 saja. Entar malah pusing klu lebih dari 4 :)

Caranya? Lagi2 kita harus tau matriknya. Bila ulangan sama, gampang cari matriknya karena banyak ditemukan di banyak text book statistik. Sedangkan bila ulangan tidak sama, harus hitung sendiri, tergantung selang ulangan tidak samanya. Caranya, silahkan baca sendiri di buku statistiknya Gomez & Gomez.. Saran saya sih, usahakan ulangan sama saja, soalnya rumit perhitungannya.. Setelah itu, running aja pake SAS..

Hasilnya? Persamaan regresi, bisa linier, kuadratik dst. Untuk bidang pertanian, biasa dicari titik optimum dengan persamaan kuadratik. Caranya = Y = ax2 + bx + c
titik optimum = -b/2a
Yang perlu diperhatikan adalah berbeda nyata atau tidak dan nilai determinasi R2. Semakin tinggi R2, maka persamaan bila diulang akan memberikan hasil yang sama.
Kenapa R2 rendah? Biasanya karena ulangannya terlalu bervariasi. Ingat disini tidak dibantu oleh rancangan lingkungan, artinya bila pake rancangan RCBD dan bloknya nyata, bisa dijamin R2-nya rendah..

Nah, bila perlakuannya adalah 0, 1, 2, 3, dan 4 cc. Bila titik optimumnya adalah 3,25 cc. Apakah mungkin perlakuan terbaik dengan DMRT bisa diperoleh? Dengan uji DMRT, mungkin perlakuan terbaiknya, bisa 3 atau 4 cc.
Kalau ulangan tidak sama, perlakuan 0, 2, 4, 8, 16 cc. Bila titik optimumnya 8,25 cc. Bila diuji dengan DMRT belum tentu perlakuan terbaik 8 cc lho. Bisa jadi 16 cc. Waduh, kalau salah simpulan, bisa-bisa daun tanaman kebakar lho.. Mau tanggung?

Yup, kesalahan terbesar penggunaan DMRT akan terjadi pada perlakuan dosis dengan ulangan tidak sama. Kenapa? Karena DMRT hanya menguji perlakuan yang diuji saja, sedangkan uji Polinomial Ortogonal juga memprediksi perlakuan yang tidak kita ujikan melalui suatu model, ya model regresi akan menyelamatkan kesalahan pengambilan simpulan..

Jadi paham kan, kenapa saya sering merasa keki, sayang, melihat percobaan yang main pake menggunakan uji DMRT, padahal sebenarnya ada hal seru yang bisa digali dalam percobaan tersebut. Kenapa? Karena penelitian itu mahal, sayang kalau tidak dapat menjawab esensi dari penelitian itu sendiri..

Semoga bermanfaat ya..

Uji Lanjut Contras Ortogonal

Dari dulu, saya pengen posting tentang uji lanjut statistik setelah dengan uji F dinyatakan beda nyata, tetapi belum sempat juga..
Terutama atas desakan teman2 saya dan pertanyaan beberapa pembaca blog saya.. Sebetulnya juga, karena waktu sidang komisi kemarin, dosen saya puas melihat hasil penelitian saya karena dengan uji Contras Ortogonal bisa menunjukkan simpulan berbeda akibat penggunaan uji lanjut yang tepat.

Ok, saya mulai.
Setelah dinyatakan berbeda nyata dengan uji F, maka akan dilanjutkan dengan uji lanjutnya, untuk melihat perlakuan mana yang paling unggul. Uji lanjut yang dilakukan tergantung pada jenis perlakuan yang diberikan.
Jenis perlakuan dibagi dalam 2 kategori :
1. perlakuan kuantitatif
Contohnya : perlakuan dosis, konsentrasi..
2. perlakuan kualitatif
Contoh : jenis pupuk, varietas..
Bisa disimpulkan kan perbedaannya?
Perlakuan kuantitatif biasanya berupa angka yang bisa dikuantitatifkan, sedangkan perlakuan kualitatif tidak.

Kali ini saya akan membahas tentang perlakuan kualitatif dengan uji Contras Ortogonal.
Uji Contras Ortogonal termasuk uji berencana karena sebelum percobaan dimulai sudah dirancang terlebih dahulu perlakuan mana yang akan ditandingkan *lebay*. hehe..
Selain itu uji ini juga membandingkan kelompok/grup. Biar tidak mengawang-awang, saya kasih contoh saja.

Perlakuan : varietas padi. Sengaja saya pakai varietas padi, bukan kentang karena varietas padi sangat banyak dan seru untuk dibandingkan.
Rojo Lele (V1), Mentik (V2), Ciherang (V3), Cimelati (V4), Cibogo (V5), Inpara 2 (V6), Inpari 3 (V7), Intani 2 (V8)

Masak perlakuan begini cuman pake DMRT saja sih?
Lihat ga ada yang seru yang bisa dibandingkan?

Ya, kalau saya petani, saya penasaran membandingkan antara varietas lokal dan varietas unggul. Diantara varietas unggul, saya penasaran antara varietas unggul baru dengan varietas hibrida. Kemudian membandingkan antara unggul baru sendiri dan antara varietas hibrida sendiri..
Gimana dong formulasinya?
a. V1, V2 vs V3, V4, V5, V6, V7, V8 ==> varietas lokal vs varietas unggul
b. V1 vs V2 ==> antar varietas lokal
c. V3, V4, V5 vs V6, V7, V8 ==> varietas unggul baru vs varietas hibrida
d. V3 vs V4, V5 ==> varietas unggul baru dominan vs varietas unggul baru belum banyak dikenal
e. V4 vs V5 ==> antar varietas unggul baru yang belum banyak dikenal
f. V6, V7 vs V8 ==> varietas hibrida Litbang Pertanian yang belum dibeli swasta (tauk ya kalau udah laku) vs sudah dibeli swasta
g. V6, V7 ==> antar varietas hibrida Litbang pertanian yang belum dibeli swasta..

Tuh kan seru..'Tidak sekedar membandingkan perlakuan tunggal, tetapi juga bisa membandingkan antar kelompok. Jadi : bila "a" berbeda nyata, dimana V1, V2 > V3, V4, V5, V6, V7, V8, maka varietas lokal lebih baik daripada varietas unggul..

Kalau pakai DMRT mana bisa menyimpulkan seperti itu? Paling banter, hanya menyimpulkan varietas tunggal, tidak kelompok. Jangan salah lho, perbedaan uji lanjut bisa berdampak perbedaan simpulan. Karena memang uji statistik bertujuan untuk membantu menarik simpulan.. Simpulan yang salah, bisa berakibat pengguna, dalam hal ini petani, bisa salah juga mengaplikasikannya..

Cara analisisnya? Saya sih sudah ga pernah ngitung manual lagi. Saya biasa dibantu pake SAS. Caranya, harus punya matrik dulu. (Tapi pake manual, juga harus cari angka matriksnya lho). Angka matriks ditentukan oleh berapa jumlah perlakuan. Biar ga ngitung matriks sendiri, perlakuan jangan banyak-banyak ya..
Seperti contoh perlakuan penelitian teman saya, jumlah varietasnya 33 (untuk multilokasi sih). kebayang deh, harus ngitung sendiri. Caranya? Liat aja di buku statistik-nya Gomez & Gomez.. Wuiiih, serem deh ngitungnya..


Semoga bermanfaat ya..

Minggu, 14 April 2013

Penelitian : Passion yang sama

Beberapa hari lalu, saya satu bis dengan teman sesama peneliti beda institusi, mantan mahasiswa karena dia sudah lulus jadi master, dalam perjalanan Bandung-Bogor. Artinya 2,5 jam sebenarnya saya pegel ngobrol dengannya, tapi berhubung diskusinya seru, terpaksa deh kepala saya relakan untuk sedikit "tengeng" melihat wajahnya disamping kanan saya. Hehe..

Tentang passion yang sama. Kebetulan dia ahli bawang merah, produksi benih TSS. Hari gini, di saat harga bawang merah yang mahal, tentu komoditas ini menjadi terlihat seksi. Sedangkan benihnya? Hmhm, saat dia penelitian, saya sedikit mengikuti perjalanan penelitiannya. Bagaimana meningkatkan produksi benih TSS. Dia cerita bla-bla tentang hasil penelitiannya.

Kalau kita cinta dengan pekerjaan kita, komoditas kita, pastilah kita akan mencari segala cara bagaimana agar produksi komoditas kita meningkat. Apalagi kalau berujung, nantinya meningkatkan income kita. Pasti deh dikejar kemanapun ilmunya. Hmhm.. sama halnya dengan saya dan teman saya itu. Dia cerita berkat mata kuliah "x" dan saran dari dosen "y", produksi TSS-nya yang normalnya hanya 0,5 g, meningkat menjadi 1,5 g.

Sama halnya dengan saya. Meskipun penelitian disertasi saya sudah selesai, masih banyak pertanyaan yang harus saya jawab. Dan saya kira akan terus timbul pertanyaan baru, yang terus akan dijawab dengan penelitian-penelitian berikutnya.. Seru, bahkan terkadang kebawa-bawa mimpi *lebay* Kadang pake ngayal segala, wuih, seandainya punya laboratorium sendiri, ato minimal analisis laboratorium tidak semahal sekarang, betapa lebih bermanfaatnya penelitian bagi kemaslahatan orang banyak..

Belum lagi masalah diskusi. Meskipun kami berbeda komoditas, tetapi pengalamannya di bidang TSS, telah memberikan sedikit inspirasi bila diterapkan pada tanaman kentang.. Jadi ngayal lagi, seandainya saya bisa jalan-jalan ke negara lain sekedar berdiskusi tanaman kentang. Ya, saya pengen main ke Vietnam yang ada aeroponiknya, Wageningen Belanda pengen belajar kentangnya, Spanyol, Florida, dan masih banyak negara lain yang pengeeen banget saya kunjungi.. Untuk sementara ini, jalan-jalan masih sekedar sekitar Indo saja, tepatnya Jawa... hehe.. Padahal, pengen juga maen ke Sulawesi, ke Unhas, yang belum juga kesampaian..

Saya jadi merasa bersyukur banget diberi kemudahkan mendapatkan ilmu.. Bukan saja mudah mendapatkan sumber ilmu baik dari perpustakaan ataupun jurnal-jurnal, tetapi terkadang langsung ke nara sumbernya. Terkadang diskusi dengan dosen, sesama peneliti, atau malah dengan petani memberikan banyak masukan bagi saya.

Jadi inget saya waktu pertama kali diskusi dengan dosen pembimbing saya, Prof Wattimena, hingga hampir 3 jam dan berlanjut ngajak ke perpustakaan karena cari-cari buku tentang topik penelitian saya. *Btw, jarang lho dosen yang mau melayani konsul mahasiswanya seperti ini* Uniknya beliau, saya selalu ditanya, saya baca dari buku apa. Busyet, lupa lah pengarangnya. Yang saya inget, bukunya warna ungu Pak.. Lama-lama saya baru inget, kalau buku saya yang berwarna ungu itu adalah buku fotokopian, yang artinya ? hehe.. Setelah itu, saya selalu ingat-ingat pengarang dan judul setiap buku yang saya baca.. :) Meskipun sudah sepuh, T-O-P B-G-T deh beliau ini..

Jual Benih G2 Rp.15ribu/kg

Selama ini saya tidak pernah mencantumkan harga benih kentang saya. Meskipun ada kisaran harganya, saya juga terkadang melihat kondisi pasar, lagi mahal atau murah harga benih sekarang.

Alhamdulillah, hasil aeroponik saya terus meningkat. Rasanya sudah saatnya saya berbagi dengan penangkar benih generasi berikutnya di bawah saya. Ya, dengan kisaran harga pasar G2 saat ini 17-20 ribu per kg, rasanya saya bisa jual dengan harga normal Rp. 15 ribu/kg selama stok benih masih ada. Insya Allah, benih dapat ditanam bulan Mei-Juni 2013..

Silahkan hubungi saya by SMS, bila berminat.. :)

Jual Benih G2 Rp.15ribu/kg

Selama ini saya tidak pernah mencantumkan harga benih kentang saya. Meskipun ada kisaran harganya, saya juga terkadang melihat kondisi pasar, lagi mahal atau murah harga benih sekarang.

Alhamdulillah, hasil aeroponik saya terus meningkat. Rasanya sudah saatnya saya berbagi dengan penangkar benih generasi berikutnya di bawah saya. Ya, dengan kisaran harga pasar G2 saat ini 17-20 ribu per kg, rasanya saya bisa jual dengan harga normal Rp. 15 ribu/kg selama stok benih masih ada. Insya Allah, benih dapat ditanam bulan Mei-Juni 2013..

Silahkan hubungi saya by SMS, bila berminat.. :)

Jumat, 12 April 2013

Jangan Sepelekan Saat Pergi Ke Luar Negeri

Lama ga ngeblog, jadi kangen nih..
Pengen cerita waktu jalan-jalan..

Setiap pergi ke luar negeri, selain cek paspor, tiket dll, kita pasti dikasih kartu keberangkatan dan kedatangan di bandara oleh Imigrasi. Sepertinya sepele, tapi harus diisi dan dikembalikan kartu keberangkatannya dan menyimpan kartu kedatangan dan mengembalikannya saat kita kembali ke Indonesia. :)

Isi kartu keberangkatan dan kedatangan sebenarnya hanya informasi kapan kita berangkat dan pulang ke Indonesia. Tapi mungkin data ini penting bagi Imigrasi. Dan di negara lain pun, kita akan disodorkan kartu serupa dengan model yang berbeda-beda, tapi intinya sama. Saran saya, jangan sepelekan ato ga sengaja menyepelekan kartu kecil tersebut :)

Waktu itu saya mengikuti training di Kuala Lumpur. Rencana, setelah selesai acara penutupan, saya langsung berangkat ke Singapura untuk liburan dengan hubby. Untuk efisien waktu, saya niatkan malam itu juga berangkat ke Singapura. Sejujurnya, saya agak takut pergi ke Singapura malam-malam pakai kereta api. Sendiri pula. Mana teman-teman training pun, juga mengkhawatirkan saya. Tapi saya kekeh, ga mau rugi waktu perjalanan kalau harus menunggu besok paginya :) Sementara semua barang bawaan, saya titipkan ke loker hotel di Kuala Lumpur untuk saya ambil kembali saat saya kembali lagi dari Singapura.

Tour itu diawali dengan perjalanan saya pakai taksi dari Hotel di kawasan Twin Tower. Ga masalah, karena kebetulan taksinya bagus dan terpercaya dari hotel. Masuk stasiun dengan tiket yang sudah saya pesan sebelumnya, juga aman sampai saya masuk ke dalam kereta api.

Malam itu, saat di perbatasan Malaysia dan Singapura dan akan dicek Imigrasi Malaysia, baru saya ngeh kalau kartu kedatangan saya ketinggalan di koper saya di loker hotel di Kuala Lumpur. Blaik, muleslah perut saya. Pasrah.com. Untung, setelah sedikit memelas, bisa lewat, mungkin karena saya tinggal ke luar dari negaranya kali, jadi Alhamdullilah ga masalah..


Waktu di Imigrasi Singapura, baru ngeh lagi keteledoran kedua saya. Saya hanya ingat nama hotel yang bakal saya inapi, tanpa ingat nama daerah hotel tersebut. Hal ini penting karena pada kartu kedatangan ke Singapura, saya harus menyebutkan nama daerah tujuan menginap saya. Untuk kedua kalinya, saya mules lagi. Mau coba nanya hubby by phone karena dia yang meng-set tour kami, hp nya tidak aktif karena hubby juga baru sampai di Singapura, sehingga no operator dari Indonesia ga bisa dihubungi.. Untuk kedua kalinya pula, saya pasrah, kalau sampai dipulangin ke Indo :(

Benar kan, saat ditanya di Imigrasi, saya ga bisa jawab nama daerah yang akan saya kunjungi. Aduh, nyesel kenapa saya ga mempersiapkan tour saya dengan baik. Mungkin karena saya sibuk mempersiapkan training saya, sehingga urusan liburannya, hanya pasrah saja diurusin hubby, sehingga lupa menanyakan dimana letak hotel saya.

Akhirnya, saya ditarik masuk ke ruang kecil di Imigrasi. Diinterogasi segala. Difoto layaknya pesakitan. Duh.. Takut dikira teroris apa ya, atau pekerja gelap kali. Alhamdullillah, akhirnya, saya dilepas.. Ga tau kenapa, apa ada hubungannya dengan status pekerjaan saya kali. Ga kebayang deh, seandainya hal terburuk terjadi. Setelah itu kapok deh teledor lagi. Hikmahnya, persiapkan perjalanan kita dengan sebaik-baiknya, apalagi bila perjalanan dilakukan sendiri. Malam-malam pula.. Inilah efek nekat liburan..

Senin, 01 April 2013

Training dan Etiolasi

Tadi saya main ke tempat hidroponik teman.. Teman? Bolehlah dibilang begitu, padahal baru kopi daratnya tadi pagi. Hehe.. Dengan kemajuan teknologi, kita memang bisa kenal dengan siapa saja, terutama bagi yang passionnya sama. Dalam hal ini mungkin passion kami, ya di hidroponik ini. Cuman, mungkin dia lebih banyak di jasa training dan peralatan hidroponiknya..

Sebenarnya saya kenal lewat FB, setelah sebelumnya tau dari teman S2 saya. Pengen juga ikutan pelatihan hidroponik darinya. Ga salah to, pengen tau ilmunya dia. Kan saya bayar:) Meski saya yakin, terkadang di pelatihan manapun, tidak semua ilmu dibagikan..:) Sayang, sampai detik ini belum bisa ikutan, karena terkendala jadwal. Pas saya bisa, eh, pesertanya kurang. Belum jodoh kali ya.. Untung, dia bersedia dikunjungi, meski bukan pas jam training.. Hore..

Sharing-sharing ringan lah.. Senang kenal orang2 muda yang rajin-rajin begini.. Cerita gimana usahanya, kasus dia, cerita gimana usaha saya, kasus saya. Tukar-tukar pengalaman.. Saya paling seneng ngobrol2 begini.. Meskipun sebentar, karena puanasnya minta ampun di Jogja..

Ada sedikit hal yang tidak saya setujui tentang pendapatnya. Yup, biasalah kalau dari pembibitan pindah ke tempat produksi, ada tanaman yang layu saat adaptasi di tempat baru. Katanya ga masalah, karena dia punya persediaan bibit yang banyak. Mungkin karena saking panasnya bila siang hari. Waduh, kalau menurut saya sih, sayang dong.. Sebisa mungkin jangan sampai ada bibit terbuang sia-sia.. Ato karena bibit dalam kasus saya berasal dari hasil kultur jaringan, yang notabene mahal kali ya.. Jadi saya bener2 "eman", sayang" dengan bibit2 saya.. Bisa jadilah.. Sementara dia kan bibitnya dari toko yang gampang belinya, murah lagi..

Bagaimanapun, entah bibit mudah atau murah, sulit didapat atau mahal, saya tetap memilih hemat bibit. Otak bisnis kali ya.. Nah, itu dia.. Dalam bisnis, semestinya kalau sudah bisa berproduksi dengan baik. Target lainnya adalah bagaimana produksi bisa tetap baik, tetapi dengan biaya seminimal mungkin. Bagaimana cara efisiensinya agar profit meningkat.. Rupanya teman saya ini, mungkin karena lebih fokus di jasa training, kurang memperhatikan sisi bisnis produksinyanya kali.. Ga ngirit, ga hemat.. hehe

Ngomong-ngomong soal cara adaptasi transplanting (pindah tanam), sebenarnya mudah. Tinggal kasih shading, entah pake paranet kali. Hanya di saat panas saja, kalau sudah sore, atau masih pagi dan dingin, ga perlu di kasih shading. Jadi paranetnya dipasang diatas tanaman dan mudah ditarik-tarik. Repot? Iyalah, karena bila dishading terus, bibit malah ga pinter2 berfotosintesis, malah mengalami etiolasi. Kekurangan cahaya. Tanaman yang kekurangan cahaya, biasanya akan tinggi, kurus, dan daunnya kuning..

Ngomong-ngomong soal pelatihan, saya ini paling hobi disuruh pelatihan, training, kursus. Ini mah udah bawaan orok. Dulu waktu sekolah, saya pernah ikutan kurus tari, silat, renang, dll.. Pas kuliah pernah ikutan kursus bahasa inggris, akuntansi, pajak.. apalagi ya... lupa.. Tujuannya dulu, cuman pengen punya banyak teman dan sekedar penasaran saja, pengen tahu. Nah, setelah tua gini, training saya lebih ke passion saya. Terakhir, sabtu kemarin, ikutan training NLP, hipnotis tentang selling.. Hehe.. kacau ya ilmunya.. Biarin lah, Insya Allah, bisa memperkaya ilmu saya. Ntar deh, kapan2 saya bagi..