Topik Judul

Cari Blog Ini

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)
Lebih sehat, produksi dan kualitas lebih tinggi.. Minat??

Pemesanan Benih Kentang :

Hubungi http://jayamandirifarm.blogspot.com/
atau phone/whatsApp/Line/WeChat/Viber
+62 812 1919 2065
0812 1919 2065

email : vansekar@yahoo.co.id

LAYANAN KONSUMEN JM FARM :

Free/Gratis Khusus Konsumen :
- Panduan budidaya perbenihan kentang
- Konsultasi teknologi perbenihan kentang
,
Diskon Khusus Konsumen : Pembelian diatas jumlah minimum

Sabtu, 27 April 2019

Menikah

Syukaaaa 😍😍😍
Bukan krn hukumannya

Hmmm...
Sering org mlupakan kenapa hrs berumah tangga
Tidak saja menyalurkan nafsu
Atau utk memiliki keturunan

Sejak akad diucapkan
Saat itulah, kewajiban membimbing melekat
Bukan saja pada istri2nya, tapi juga anak2nya, hingga diambil org
Sungguh beraaaaat
Justru sebaliknya, mudah buat istri
Hanya dg menurut suami, surga di dpt..

==!!!!==!
#Suami_ingin_beristri_empat

#Cerpen

Namaku Kadira, umurku 45 tahun. Tapi aku masih gagah dan tampan hahaha... Itu menurutku, entah menurut orang. Eh, tapi kurasa orang lain pun berpendapat demikian. Terbukti ada beberapa wanita yang menyukaiku, walaupun mereka tahu kalau aku ini adalah seorang pria beristri dan beranak dua.

Aku bekerja di sebuah perusahaan swasta yang lumayan besar. Gajiku pun lumayan. Rumah dan kendaraan sudah punya. Yaaah, bisa dikatakan kalau aku pria mapan. Terbukti rumah tanggaku tidak kekurangan. Dan masih bisa berbagi dengan orang tua, mertua, saudara-saudara dan juga tetangga. Alhamdulillah...

Kadang terbesit keinginan untuk menikah lagi. Apalagi janda sebelah sudah menunjukkan kesukaannya padaku. Ehm, apa salahnya menikah lagi. Bukankah dalam Islam membolehkan sampai empat istri...

***

"Nasi goreng mata sapi sudah jadi, sayang...!" ucap Tari, istri keduaku.

Walaupun usia Tari lebih tua dari istri pertamaku 'Sinta' tapi ia dapat mempesonaku. Apalagi anaknya cuma satu, itupun sudah bekerja, jadi tidak merepotkan perekonomianku. Aku tersenyum puas.

Aku menikmati nasi goreng buatan Tari sambil memikirkan 'Sita' istri ketigaku. Ah, aku merasa sangat bahagia. Mungkin ini yang disebut surga dunia.

Usia Sita lebih muda daripada istri-istriku yang lain. Walaupun ia sudah janda tapi ia belum memiliki anak. Aku senyum-senyum sendiri memikirkan... Ah... Malu aku...

Lalu pikiranku pun melayang pada Lisa. Ya, Lisa adalah istri keempatku. Cuma dia satu-satunya yang masih gadis, walaupun umurnya lebih tua dari Sita. Ah, nikmat Allah manakah yang akan aku dustakan.

***

Seorang pemuda tampan memberikan sebuah buku catatan kebaikanku selama hidup di dunia. Pemuda itu tak lain adalah malaikat Raqib yang berwujud menyerupai pemuda tampan, dia tersenyum padaku. Aku begitu bahagia. Itu artinya sebentar lagi aku akan masuk ke dalam surga.

Tentu saja.
Aku tidak pernah meninggalkan shalat wajib dan sering ke masjid. Menafkahi istri-istriku dengan adil. Puasa, zakat dan sedekah tidak pernah absen. Rukun Islam kelima pun sudah aku laksanakan.

Akupun berjalan menuju sebuah pintu emas berhiaskan berlian yang sangat indah. Menurutku, pastilah itu pintu surga. Disana sudah berdiri malaikat Ridwan yang tersenyum ramah.

Namun tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara panggilan seseorang.

"Tunggu...! Kau tidak bisa masuk kesana...!" teriak seorang wanita.

Ternyata itu adalah suara Sinta. Ada apa? Perasaanku tidak enak. Tapi aku hanya terdiam dan tidak melanjutkan langkahku.

"Ada apa?" tanya malaikat Raqib.

"Lelaki itu suamiku. Selama ia berpoligami ia selalu menyakiti hatiku. Aku jarang diberi nafkah batin. Bahkan ketika ada di rumah dia hanya sibuk dengan gawainya saja dan tidak peduli lagi padaku. Aku tidak rela ia masuk surga sekarang," terang Sinta dengan sorot mata tajam yang menyimpan dendam.

"Maaf, kau tidak bisa masuk ke surga sekarang. Kau harus dibersihkan dulu di neraka selama seribu tahun," tiba-tiba malaikat Malik muncul.

Aku sangat tercengang dan terpukul. Bagaimana mungkin... Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak bisa menyanggah kata-katanya. Karena yang Sinta katakan benar adanya. Ketika di rumah bersamanya aku malah sibuk memikirkan istri-istriku yang lain.

Lalu tiba-tiba ada lagi seseorang yang mendekat.

"Aku juga belum ikhlas kalau ayahku masuk surga sekarang."

Ah, itu Rini. Anak pertamaku yang sudah dewasa. Tapi mengapa...

"Kenapa...?" tenggorokanku tercekat.

Bagaimana mungkin. Aku sangat sayang pada Rini, anakku. Semua kebutuhannya aku penuhi. Kasih sayang seorang ayah pun selalu ku curahkan.

"Barusan malaikat Atid memberikan buku catatan selama aku hidup. Dan aku harus masuk neraka. Katanya aku tidak menutup auratku dengan benar, aku sering meninggalkan shalat, aku pun sering berdua-duaan dengan pacarku," jelas Rini.

"Itu kan salahmu sendiri," jawabku membela diri. Aku sendiri merasa aneh, kenapa aku jadi memikirkan diriku sendiri.

"Tidak bisa. Seorang ayah bertanggungjawab kepada istri-istrinya dan anak-anaknya. Bukankah selama hidup ayah tidak pernah peduli dengan kehidupan spiritualku," ucap Rini berapi-api.

Aku hanya bisa menatap Rini dengan tatapan nanar.

"Kalau begitu hukuman di neraka ditambah seribu tahun lagi," ucap malaikat Malik.

Lagi-lagi aku tercengang.

"Aku pun tidak rela kalau ayah masuk surga sekarang," tiba-tiba seorang pemuda yang beranjak dewasa sudah ada disana.

"Rangga...! Kenapa...?" ucapku kaget. Rangga adalah anak laki-lakiku.

"Aku tidak rela masuk neraka sendiri. Bukankah selama hidup ayah tidak pernah peduli apakah aku bisa shalat, apakah aku bisa ngaji. Dan tahukah ayah bahwa aku ini adalah seorang playboy," ungkap Rangga.
Aku kaget, kukira Rangga adalah anak yang baik dan sholeh.

"Aku juga tidak rela," tiba-tiba Tari muncul.

"Tari...! Kenapa...? Bukankah aku sangat menyayangimu?" aku tercekat.

"Apakah hanya dengan sayang aku bisa masuk surga? Tidak! Kau bahkan tidak pernah menyuruhku menutup aurat kalau keluar rumah," ucap Tari tajam.

"Jadi itu salahku?" ucapku sedih.

"Tentu saja. Aku kan istrimu. Itu artinya aku tanggungjawabmu. Aku tidak rela kalau kau masuk surga sedangkan aku masuk neraka padahal selama hidup kau tidak pernah mendidikku," ucap Tari mantap.

"Begitupun denganku," tiba-tiba Sita muncul.

"Aku pun tidak rela," Lisa pun menyusul.

"Kalian...! Aku sangat mencintai kalian. Apapun yang kalian minta selalu aku turuti," ucapku serak. Aku sangat terpukul.

"Tapi itu semua tidak bisa membawaku ke surga," ucap Sita.

"Apakah selama hidup kau pernah mendidikku bagaimana menjadi seorang wanita solehah?" tanya Lisa.

Aku hanya bisa menggeleng lemah.

Selama hidup aku memang memenuhi kebutuhan istri-istriku dengan adil. Tapi aku tidak sadar ada hal yang lebih penting daripada kebutuhan duniawi. Aku lupa dengan kebutuhan akhirat istri-istriku. Aku memang tidak pernah mendidik agama istri-istriku juga anak-anakku. Adil menurutku ternyata hanyalah kebutuhan dunia semata. Sedangkan aku bertanggungjawab penuh dengan keadaan di akhirat istri-istriku dan juga anak-anakku.

"Cepat masuk sana...!" bentak malaikat Malik.

Tiba-tiba sebuah pintu besar yang terlihat mengerikan dan mengeluarkan asap panas terbuka begitu saja.

"Wahai, Kadira...! Cepat masuk...!" malaikat Malik terlihat amat marah dan menyeramkan.

Asap panas langsung menerpa kulitku. Aroma busuk begitu menyesakkan indera penciumanku. Suara jeritan-jeritan dan lolongan-lolongan minta ampun memenuhi gendang telingaku.

Nafasku tersengal. Keringat dingin bercucuran. Tubuhku kaku. Aku tidak mau masuk kesana.

"Tidaaak...!!!" aku berteriak ketakutan.

"Yah...! Bangun Yah...! Ayah kenapa?" Sinta menggoyang-goyangkan tubuhku.

Aku tersentak kaget. Ya Allah... Ternyata tadi itu cuma mimpi. Aku belum mati.

"Sore-sore kok tidur. Makanya jadi mimpi buruk," ucap Sinta.

Aku mengelap peluh di keningku.

"Aku ketiduran, Bu," jawabku lemah.

Tiba-tiba Rini melintasiku dengan celana jins ketat yang dapat menggoda kaum Adam dipadu dengan kaos lengan panjang yang tak kalah ketat.

"Yah, aku pergi dulu," pamit Rini.

"Tidak Rini! Tunggu!" aku memanggilnya dengan tegas.

"Ada apa, Yah?" Rini terlihat bingung.

"Lihat pakaianmu?" ucapku tak suka.

"Kenapa dengan pakaianku?" Rini masih bingung. Sambil memperhatikan pakaiannya.

"Pakaian seperti itu dapat mengundang syahwat laki-laki, itu artinya kau berdosa. Dan aku sebagai ayahmu pun akan ikut menanggung dosa kalau aku diam saja," ucapku marah. Mimpi tadi benar-benar telah merubahku. Aku bertekad aku harus berubah.

"Ih, Ayah kenapa sih? Biasanya juga pakaianku seperti ini. Lagi pula aku kan berjilbab." Rini merasa aneh dengan ayahnya. Tidak biasanya ayahnya bersikap seperti ini.

"Berbusana itu harus menutup aurat, bukan membungkus aurat. Percuma saja pakai jilbab kalau pakaianmu masih ketat. Tetap saja berdosa. Cepat ganti!" aku harus bisa mendidik anak perempuanku.

"Tapi ayah, hampir semua pakaianku seperti ini," jawab Rini.

Aku tercengang. Kenapa aku tidak pernah menyadarinya. Ya Allah... Ampuni aku...

"Ya, sudah. Kalau begitu tidak usah keluar," aku harus tegas.

"Tapi, Ayah... Rendi sudah menunggu di luar." Rini mencoba memohon.

"Siapa Rendi?" aku tersentak kaget. Ya Allah... Ayah macam apa aku ini.

"Masa' Ayah lupa. Rendi itu kan pacarku," jawab Rini kesal.

"Ayah yang akan menyuruhnya pulang. Dan mulai detik ini kau tidak boleh pacaran," aku langsung bangkit menuju keluar. Ah, betapa selama ini aku tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh anak perempuanku.

Rini langsung nangis dan masuk ke kamar. Biarlah ia menangis sekarang. Daripada menangis nanti di akhirat tidak ada gunanya lagi.

Setelah menyuruh Rendi pulang dan  memintanya untuk putus dengan  Rini, tak lama Rangga pun keluar dari kamarnya. Ia sudah berdandan rapi. Aroma parfum tercium.

"Ada apa sih ribut-ribut?" tanya Rangga.

"Rangga! Mulai sekarang kau tidak boleh lagi pacaran dan keluar rumah malam-malam!" ucapku.

"Duh, kenapa Ayah jadi aneh begini," ucap Rangga tak suka.

"Tidak mengapa Ayah di cap aneh yang penting kita semua selamat," jawabku percaya diri.

"Selamat dari apa?" tanya Rangga heran.

"Selamat dari api neraka," jawabku mantap.

Rangga langsung masuk ke kamarnya sambil mendengus kesal.

Aku sudah memantapkan hati, mulai detik ini aku harus berubah lebih baik. Aku harus mendidik istri-istriku dan anak-anakku.

"Sinta, mulai besok kita sekeluarga ikut kajian bersama ustadz Adi," perintahku.

"Baik, Ayah," ucap Sinta nurut.

"Jangan lupa ajak juga Tari, Sita dan Lisa," ucapku mantap. Walau bagaimanapun juga mereka harus bisa saling menghargai.

"Siapa, Yah? Tari tetangga sebelah yang janda genit itu? Lalu Sita dan Lisa itu siapa?" mata Sinta melotot tajam.

Astaghfirullah... Ternyata itupun cuma mimpi ya. Kukira mimpiku berawal pada saat berjumpa dengan malaikat Raqib. Mimpi itu terasa begitu nyata.

"Ayah punya pacar lagi?" Sinta sudah menggapai gagang sapu di tangannya.

"Bukan, Bu...! Itu cuma mimpi...! teriakku sambil lari terbirit-birit menyelamatkan diri dari gagang sapu.

=============

Maaf kalau ada salah-salah kata. Ini hanya cerita fiksi. Kalau ada nama yang sama itu hanyalah kebetulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar