Topik Judul

Cari Blog Ini

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)
Lebih sehat, produksi dan kualitas lebih tinggi.. Minat??

Pemesanan Benih Kentang :

Hubungi http://jayamandirifarm.blogspot.com/
atau phone/whatsApp/Line/WeChat/Viber
+62 812 1919 2065
0812 1919 2065

email : vansekar@yahoo.co.id

LAYANAN KONSUMEN JM FARM :

Free/Gratis Khusus Konsumen :
- Panduan budidaya perbenihan kentang
- Konsultasi teknologi perbenihan kentang
,
Diskon Khusus Konsumen : Pembelian diatas jumlah minimum

Senin, 10 September 2012

Romantisme kejayaan masa lalu

Minggu lalu, saya n hubby silaturohim ke rumah om dan tante saya. Ceritanya, sekalian halal bihalal gitu. Om saya ini adalah seorang profesor, dosen teknik sebuah perguruan tinggi negeri terkenal di Indo. Meskipun sudah pensiun, tapi masih aktif jalan2 di usia senjanya. Beliau bertanya tentang disertasi saya sudah sampai mana dan bertanya topik disertasi saya (lagi). Hehe.. maklum sudah sepuh, beliau lupa saya sudah berulang kali cerita tentang disertasi saya..
Intinya, beliau mendukung topik disertasi, berharap dengan aeroponik, ketersediaan benih kentang berkualitas akan meningkat. Beliau berharap agar produksi kentang pada akhirnya meningkat dan kentang nantinya dapat menjadi alternatif pangan di Indonesia, selain beras tentunya.. Amiin YRA..

Ujung2nya, beliau mengungkapkan keresahannya tentang impor beras dan kedelai, padahal Indo merupakan negara agraris.. hmhmhm..
Saya males ngomentari keresahan beliau.. Yup, kita semua tau tentang impor beras dan kedelai. Tapi kenangan bahwa dulu kita adalah negara agraris yang subur makmur, bagi saya males mengingat-ingatnya kembali. Situasi dulu dan sekarang adalah beda. Kerakusan kita telah membuat lahan kita sudah tidak sesubur dulu. Lahan subur kita menjadi terbatas. Sedangkan jumlah penduduk kita sudah naudzubillah mindzalik buanyaknya dibandingkan saat lagu "singkong dilempar jadi tanaman" masih banyak dinyanyikan. Udah banyak penduduk, sulit diatur, mana pemerintah ga tegas lagi. Cape deh..
Itu komentar emosional yang tertahan..

Didengungkan diversifikasi pangan, ga ngefek hingga sekarang.. Dan, om saya yang resah impor beras, ternyata sama dengan saya, yang termasuk orang yang merasa belum makan, sebelum makan nasi. Jadi inget waktu di Eropa, nahan 2 minggu ga ketemu nasi menghasilkan rasa di perut yang selalu pengen buang gas melulu.. Dan begitu lahapnya kami, sesama orang asia ketika disuguhi nasi.. Ludes.. hehe
Inget seorang Walikota yang memaksa sehari tanpa nasi kepada anak buahnya.. Berhasil ga ya programnya?

Impor kedelai? Ya iya lah, kedelai kan termasuk tanaman sub tropis. Bukan asli tanaman Indo, so produktivitasnya sulit optimal. Pernah dosen saya cerita klu varietasnya bisa menghasilkan lebih dari 2 t/ha. Usut punya usut, ternyata untuk bisa seperti itu perlu input yang tinggi. Pupuk kandang 5 t/ha. Aduh, berat untuk diterapkan petani. Masih taraf penelitian, skala kecil.. Masih perlu exploring..

So, please lah, jangan ungkit2 lagi kenangan manis tentang lahan subur kita. Kenapa dulu begitu, sekarang begini.. Yang penting, actionnya mana.. Klu ga bisa action, mending diem deh.. Kondisi inilah,yang terkadang, saya males nonton tv Indo. Klu ga mencaci, menyalahkan, gosip.. duh, pindah channel ke tv berbayar deh..

Diantara nada2 pesimis tentang negara ini, saya happy banget dengan 2 postingan terakhir Dahlan Iskan.. Sst.. saya adalah fans berat beliau. Saya berlangganan postingan beliau.. Yang pertama tentang pelabuhan merak dan kedua tentang kereta api dalam meghadapi lebaran kemaren..

Ga ada cerita macet panjang di merak. Tumben. Kok bisa?
Ga ada cerita penumpang kereta tergencet ato kereta telat.. Saya termasuk pengguna kereta saat lebaran kemaren juga heran. Berhubung lebaran, kirain bakal telat dan pasti kotor. Ternyata stasiun dan kereta bersih. Kepergian dan kedatangan tepat waktu. Kok bisa?
Saya happy bener baca postingan Dahlan Iskan. Wartawan2 kecele alias kecewa ga dapat berita seksi tentang keburukan angkutan di lebaran kemarin.. Horeeee..  

Dulu, sepertinya tanpa jembatan yang menghubungkan Jabar dan Lampung, ga mungkin kemacetan Merak teratasi. Dulu, rasanya sulit mengatasi calo kereta api. Hopeless  deh.. Nyatanya bisa tuh dengan harus menunjukkan KTP asli.. Jadi inget cerita teman yang beli tiket dari calo dengan nama di tiket yang berbeda. Mana harganya 3x lipat. Berhubung namanya beda, tetap aja harus beli lagi. Jadi beli di calo hanya untuk dapet seat aja, tetap harus pake nama sesuai ktp asli di loket resmi.. Rugi berapa kali tuh.. Makanya jangan beli di calo ya..

Alhamdullillah.. Seperti kata Dahlan Iskan, sebenarnya, masih banyak orang baik yang ingin negara kita maju. Meskipun tantangan itu bisa berasal dari kanan, kiri, atas, bawah, dalam, luar..

Nah, mestinya virus yang begini ini yang ditularkan, seperti kata Dahlan Iskan. Manufacturing Hope. bukan dengan mengingat romantisme masa lalu dengan menyalahkan pihak2 lain..
Semangattttttt..

      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar