Ibaratnya penjual kecap, kecap miliknya lah yang terbaik. So, no debatable. Semua penjual pasti akan selalu bilang barangnya lah yang terbaik
Nah, kalau diminta milih, produk pertanian terbaik dibuat oleh praktisi pertanian atau ilmuwan pertanian (baik akademis maupun peneliti)? Atau pertanyaannya sebaiknya saya ganti, mana yang lebih penting, pengalaman atau pendidikan?
Berhubung saya "merasa" berada dikedua belah pihak, tentu saya ga ngebelain salah satu. Saya merasa perlu kedua2nya. Konon katanya, usaha tanpa pengalaman seperti dalam hutan belantara, sedangkan usaha tanpa pendidikan akan mudah tertipu..
So, syukur Alhamdullillah, nikmat tak terhingga saya rasakan.. Wujud syukur saya, tentu dengan terus belajar meski nanti sudah jadi Doktor, dan terus ber-agri-entreprenuer ria dengan menganalisa pengalaman saya dengan ilmu yang saya peroleh..
Saya sampaikan begini, karena banyak teman kuliah S1 saya malah berprofesi diluar pertanian, ataupun melihat teman sesama pengusaha pertanian, tapi bingung dengan kondisi pertanamannya, yang menduga2 kenapa tanaman begini begitu..
Pendidikan penting?
Ya, bagaimanapun, setiap kasus dapat dikembalikan ke dasar teorinya. Meskipun teorinya terkadang belum sempurna, kita dapat memodifikasinya. Contoh, pengomposan pada dasarnya membuat bahan organik menjadi anorganik agar mudah diserap tanaman. Waktu kuliah/kursus, pasti deh diajarin bagaimana perombakannya, bentuk kimianya apa, mikroorganisme pembantu pengomposan apa dll.. Puyeng deh kalau mo ujian ngapalinnya..
Pengalaman penting?
Ya, karena kalau belum pernah nyoba dan hanya sekedar tahu teorinya doang, sama juga boong. Setelah pernah nyoba, baru tau deh gimana ga enaknya bau kotoran ternak yang mau dikomposin untuk dicampur2 dengan bahan lain.
Pendidikan + pengalaman penting?
Ya, meskipun hanya sekedar ngomposin, ada trik agar kompos bener "jadi".
Berdasarkan teori, pada awal pengomposan, sering terjadi persaingan N antara mikroorganisme dan tanaman, jadi bila kompos belum matang dan diberikan ke tanaman, sering tanaman malah mati.. Ada yang ngakalin dengan memberikan tambahan N saat pengomposan. Fenomena ini sering dikenal dengan memperhatikan CN rasio pupuk kandang.. CN rasio terbaik 10-15..
Ada trik berdasarkan pengalaman lain, penutupan kompos sebaiknya dengan plastik berwarna gelap, agar mikroorganisme tidak ikut mati kena cahaya matahari..
Pas ngolah tanahnya pun, kompos sebaiknya terbenam tanah, jangan sampai terkena cahaya matahari.. Bila terkena cahaya matahari, kompos malah ga bisa nyerap air dengan maksimal..
dst... dst...
But, jangan kuatir, bagi teman2 petani yang tidak sempat mengenyam pendidikan pertanian, tidak ada kata terlambat.. Belajar bisa dimana aja. Bisa di internet, buku2 pertanian, ikut kursus, magang, dll..
Juga bagi para ilmuwan, yang asyik aja ngotak-atik di laboratorium, ato cuman nyuruh2, perintah sana sini ke teknisi, litkayasa, pesuruh, please deh.. Terjunlah ke lapangan. Banyak indigenous technology di tingkat petani yang tidak akan ditemukan di jurnal, diktat kuliah, ato buku2 text book.. Karena terkadang, disinilah rahasianya..
Topik Judul
- aeroponik kentang (56)
- catatan harian (102)
- kesehatan (13)
- motivasi (21)
- opini (44)
- Organik (11)
- penelitian (28)
- pertanian (34)
- travelling (21)
- Wirausaha (16)
Cari Blog Ini
Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)
Pemesanan Benih Kentang :
Hubungi http://jayamandirifarm.blogspot.com/
atau phone/whatsApp/Line/WeChat/Viber
+62 812 1919 2065
0812 1919 2065
email : vansekar@yahoo.co.id
atau phone/whatsApp/Line/WeChat/Viber
+62 812 1919 2065
0812 1919 2065
email : vansekar@yahoo.co.id
LAYANAN KONSUMEN JM FARM :
Free/Gratis Khusus Konsumen :
- Panduan budidaya perbenihan kentang
- Konsultasi teknologi perbenihan kentang,
Diskon Khusus Konsumen : Pembelian diatas jumlah minimum
- Panduan budidaya perbenihan kentang
- Konsultasi teknologi perbenihan kentang,
Diskon Khusus Konsumen : Pembelian diatas jumlah minimum
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar