Alhamdullillah, Jokowi kepilih jadi Gubernur DKI..
Saya termasuk yang deg2n, berharap agar kemarin Jokowi menang di Quick Count. Sampe dibela2in ga ngotak-atik disertasi saya sesudah pulang dari kebun..
Yah, meskipun beliau ini bukan gubernur saya, tapi berharap banget agar nantinya Jokowi bisa jadi contoh bagi kepala daerah2 lain. Namanya juga Gubernur DKI, pasti segala tindak tanduknya, kebijakannya, pasti banyak disorot media, dan kalo bener bagus, mudah2n bisa kesebar ke daerah lain.. Mudah2n aura positif bisa menular ke daerah lain. dan Indo jadi tambah maju.. Amin YRA..
Saya sebenarnya ga kenal bener dengan beliau. Emang agak kuper soal politik.. :)
Tapi, sejak ada rame2 mobil ESEMKA, baru agak ngeh klu ada Walikota Solo yang namanya Jokowi. Apalagi, ditambahi kontroversinya dengan Gubernur Jatengnya, Bibit. Jadi penasaran.. Ealah, kok ya kemudian nyalonin jadi Gub DKI.. Tambah penasaran deh..
Selain berita bagus tentang beliau dari media, saya jadi tambah yakin melihat performance beliau yang emang kayaknya sederhana banget. Malah sempet kepikir, saking sederhananya kayak bukan walikota deh.. Hehe Don't judge the book by its cover...
Ada 2 hal berita yang bikin saya salut dengan beliau
Pertama, baca laporan kunjungan Kompasianer yang khusus main ke Solo.. Sampe ke tukang2 parkir, tukang becak, satpam di Solo, orang2 kecil bilang klu Solo membaik sejak dipimpin Jokowi dan mendukung jadi Gub DKI. Wah, klu harus merekayasa orang2 sebanyak itu untuk bilang Jokowi itu bagus, rasanya bakal tekor deh.. Jadi simpulannya, Jokowi emang bener2 bagus..
Kedua, baca en liat juga wawancara beliau..
Salah satu yang bikin salut, program kerja beliau "hanya" meneruskan program kerja yang sudah ada. Nampaknya sederhana, tetapi, yakin justru itulah yang sulit.. Boleh dibilang, orang2 Indo pinter2 bikin rencana kerja, road map, proposal, tapi giliran prakteknya? nol besar..
Pas training organik beberapa tahun lalu, saya ngeliat presentasi program kerja organik dari negara2 lain. Menurut saya, so simple. Dibandingkan dengan program yang Indo punya, yang tentu lebih wah, lebih keren, lebih kompleks, and ......lebih sulit dikerjakan.. hahaha.. Jadinya ya, rencana tinggal rencana :)
Waktu itu, sempet kepikir, kok mereka programnya sederhana banget ya.. Bagusan punya Indo .. Bahkan, saat dikasih saran, agar kami mengurangi program2 kami agar lebih sederhana dan efektif.. Ditolak.. hehe. Kan namanya rencana, yah, sebaik mungkin rencana itu harus dibuat, pelaksanaannya ya liat2 anggaran.. Dan, saat ketemu lagi beberapa tahun kemudian. What you 've done? Nothing.. Muaaaalu deh..
Pelajaran deh, Indo jangan terlalu rumit bikin rencana, yang penting, mudah, simple, en just do it!
Saya jadi inget program dari Litbang Pertanian, yang berusaha mengaitkan semua aspek dari hulu ke hilir. Cantik banget kan.. But, susyahnya bukan main. Masalah musim tanam aja bisa bikin puyeng karena ada pihak pemda, dinas, dan masyarakat. Pemda yang melibatkan banyak desa dan kecamatan karena saluran air melewati banyak desa serta keterlibatan pegawai lepas air, ulu2 ato mitra cai. Banyak dinas termasuk pertanian dan PU. Ribet, klu bos besar ga ikut mengkoordinir, minimal kasih sign agar semua anak buahnya kompak ngurus musim tanam..
Kembali ke soal Jokowi..
Makanya, saya sempet ketawa
dengar kubunya Foke yang ngeledekin program Jokowi. Sementara Foke,
dengan jargon, serahkan pada ahlinya.. dengan road map-nya yang
njlimet..
Kata Jokowi, blue print-nya sudah ada, tinggal eksekusi.. kerja dan kerja. Betul banget tuh..
Road map itu tinggal diterjemahkan ke juknis2 yang lebih praktis untuk dikerjakan..
Dan
Gubernurnya, tinggal memberikan arahan, petunjuk, mengawasi anak
buah2nya biar ga nakal, mengkoordinir semua pihak yang terlibat baik
pemda, swasta dan rakyatnya sendiri . Klu ada masalah, bantu
menyelesaikannya
Merasa bersyukur, dengan terlahirnya gubernur DKI baru, mudah2n bisa memberikan pencerahan bagi kepala2 daerah lain di Indo.. dan kekwatiran2 atas terpilihnya Jokowi-Ahok tidak terjadi..
Kekwatiran pertama, tentu tentang isu Sara.. Meskipun Ahok non muslim. Abis, gimana lagi, la wong kebetulan calon yang muslim, belum tentu amanah.. Minimal dengan tidak diambilnya gaji Jokowi dan AHok saat menjabat menunjukkan mereka berdua ga doyan duit..
Kekuatiran kedua, Jakarta lebih kompleks daripada solo, jadi Jokowi belum tentu berhasil di DKI. Kayaknya sih ilmu manajemen dan kepemimpinan berlaku universal deh. Klu emang berhasil di daerah lebih sempit, mudah2n pengalaman itu bisa digunakan untuk daerah yang lebih luas dan kompleks.
Kekuatiran ketiga, ronggongan parpol pengusung. Mudah2n Jokowi istiqomah mengemban amanah dan tidak melupakan janjinya kepada rakyat DKI..
Insya Allah..
So, setelah ada menteri teladan Dahlan Iskan, diikuti Gubernur teladan Jokowi.. mudah2n bisa mengimbas ke pemimpin2 lain di Indonesia.
Semoga.. Amin
Topik Judul
- aeroponik kentang (56)
- catatan harian (102)
- kesehatan (13)
- motivasi (21)
- opini (44)
- Organik (11)
- penelitian (28)
- pertanian (34)
- travelling (21)
- Wirausaha (16)
Cari Blog Ini
Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)
Pemesanan Benih Kentang :
Hubungi http://jayamandirifarm.blogspot.com/
atau phone/whatsApp/Line/WeChat/Viber
+62 812 1919 2065
0812 1919 2065
email : vansekar@yahoo.co.id
atau phone/whatsApp/Line/WeChat/Viber
+62 812 1919 2065
0812 1919 2065
email : vansekar@yahoo.co.id
LAYANAN KONSUMEN JM FARM :
Free/Gratis Khusus Konsumen :
- Panduan budidaya perbenihan kentang
- Konsultasi teknologi perbenihan kentang,
Diskon Khusus Konsumen : Pembelian diatas jumlah minimum
- Panduan budidaya perbenihan kentang
- Konsultasi teknologi perbenihan kentang,
Diskon Khusus Konsumen : Pembelian diatas jumlah minimum
Kamis, 20 September 2012
Rabu, 19 September 2012
Padat penduduk dan Aturan yang Harus Ditegakkan
Setelah beberapa kali pergi ke beberapa negara, baik yang tertib ato tidak, kok saya sering menjadikan jumlah penduduk yang terlalu padat sebagai salah satu penyebab utama Indo susah diatur. Mungkin ini salah, tapi sering menghayal, seandainya penduduk Indo ga sebanyak ini..
Mungkin karena terkenal kaya raya, subur makmur (dulu), kondisi cuaca relatif lebih nyaman untuk tempat tinggal, maka pertumbuhan penduduk di Indo dan negara2 dekat katulistiwa lainnya cukup tinggi. Bandingin di daerah utara yang dingin, wuih.. meskipun harga tanah murahpun, ga banyak yang minat tinggal di kutub dweh..
Mengunjungi negara yang ga padat penduduk, rasanya sepi bangets. kecuali ibu kotanya lho ya.. Mereka tertib antri, ga berani buang sampah sembarangan, tertib sama hukum.. dst dst..
Beda dengan negara yang padat penduduknya. Relatif sulit diatur, pengennya menang sendiri, sulit disuruh antri dsb dsb..
Tapi nyatanya kok Jepang yang padat penduduknya, tetap tertib, patuh aturan? hehe.. Inilah yang saya sebutkan, mungkin pendapat saya salah... Jepang emang hebat, mungkin karena negaranya rawan bencana kali ya. Jadi orangnya tangguh bangets.. Saluts.. Lagi2 beda dengan Indo yang relatif merupakan negara yang penduduknya terlalu dimanja dengan segala keberkahan sumber daya alam..
Kok saya ujug2 cerita begini sih? Habis, saya lagi inget sentilan teman dari negara seberang, Malay, saat ada seminar pertanian organik di Malay
Katanya, Indo demi gengsi, harga diri, akan terus memperjuangkan haknya. So banyak demo2, entah karena tujuan mulia atao demo karena dibayar orang kaya. Jadi kondisi ga kondusif untuk orang bekerja dan bekerja..
Sementara Malay, mereka ga peduli sultannya macem2. Asal tertib bayar pajak, kerja mereka ga diganggu.. So bisa kerja semaksimal mungkin..
Rasanya panas hati ini mendengarnya, tapi kok sedikit ada benarnya ya.
Apa kita harus kembali ke jaman Suharto lagi?
Sekali2 bicara politik ya..
Sebenarnya, meskipun padat penduduk, asal aturan ditegakkan tanpa pandang bulu, mestinya ga masalah. Pemerintah harusnya tegas. Sekarang gimana pemerintah mo tegas, la wong oknum pemerintah selalu ada dimana2..
Contoh kasus, kembali ke soal hilang atau berkurangnya calo tiket kereta api dengan penggunaan KTP asli penumpang. Sederhana kan, tapi sungguh, ladang jual tiket oleh calo jadi lenyap atau berkurang. Dan calonya bukan hanya orang luar lah.. Kalo pimpinan KAI ga berniat keras menerapkan aturan tiket dengan KTP dengan segala resiko dimusuhi dan diomelin calo2 tiket, mana mungkin calo itu bisa hilang..
Kadang kasus2 lain pun perlu keberanian pemimpinnya.
Sering saya baca di Kompasiana, TKI yang diperas di bandara Sukarno Hatta saat pulang ke Indo. Saya sendiri juga pernah liat, saat ngantri diperiksa di Imigrasi, para TKI bolak-balik ngurus sesuatu, seperti dilempar sana sini oleh petugas. Bahkan sambil nangis.. Kasihan..
Klu pimpinan mo masalah itu beres, gampang kan. Tempatnya jelas, bandara. Orang2nya juga ada di tempat, ga usah nguber2 lagi.. Gitu aja kok repot.. Memang menjadi repot, klu ada oknum yang dapat bagian to..
Klu masalah transportasi lain, bis. Saya salah satu pelanggan bis antar kota antar propinsi, bandung-bogor. Sebelnya minta ampun, klu dapat bis omprengan tetapi ngaku bis eksekutif. AC ga jalan, lebih banyak angin dari blower. Kursi butut. Ngebut dikit, bis bergetar, jadi ga bisa disambi baca ato online deh.. Klu dikomplain, pasti kru bis nya pura2 ga denger.. Klu lagi ga buru2, saya milih nunggu antri bis berikutnya.. Klu ga, ya terpaksa deh..
KLu pimpinan mo ngeberesin masalah ini juga gampang to.. Bikin syarat bis eksekutif tuh gimana. Yang ga memenuhi syarat, ya jangan ngaku2 eksekutif. Tempatnya jelas, terminal. Barangnya ada, bis. Orangnya juga ada. Lagi2, kecuali ada oknum yang dapat jatah dari bis omprengan..
Capek deh..
Mungkin karena terkenal kaya raya, subur makmur (dulu), kondisi cuaca relatif lebih nyaman untuk tempat tinggal, maka pertumbuhan penduduk di Indo dan negara2 dekat katulistiwa lainnya cukup tinggi. Bandingin di daerah utara yang dingin, wuih.. meskipun harga tanah murahpun, ga banyak yang minat tinggal di kutub dweh..
Mengunjungi negara yang ga padat penduduk, rasanya sepi bangets. kecuali ibu kotanya lho ya.. Mereka tertib antri, ga berani buang sampah sembarangan, tertib sama hukum.. dst dst..
Beda dengan negara yang padat penduduknya. Relatif sulit diatur, pengennya menang sendiri, sulit disuruh antri dsb dsb..
Tapi nyatanya kok Jepang yang padat penduduknya, tetap tertib, patuh aturan? hehe.. Inilah yang saya sebutkan, mungkin pendapat saya salah... Jepang emang hebat, mungkin karena negaranya rawan bencana kali ya. Jadi orangnya tangguh bangets.. Saluts.. Lagi2 beda dengan Indo yang relatif merupakan negara yang penduduknya terlalu dimanja dengan segala keberkahan sumber daya alam..
Kok saya ujug2 cerita begini sih? Habis, saya lagi inget sentilan teman dari negara seberang, Malay, saat ada seminar pertanian organik di Malay
Katanya, Indo demi gengsi, harga diri, akan terus memperjuangkan haknya. So banyak demo2, entah karena tujuan mulia atao demo karena dibayar orang kaya. Jadi kondisi ga kondusif untuk orang bekerja dan bekerja..
Sementara Malay, mereka ga peduli sultannya macem2. Asal tertib bayar pajak, kerja mereka ga diganggu.. So bisa kerja semaksimal mungkin..
Rasanya panas hati ini mendengarnya, tapi kok sedikit ada benarnya ya.
Apa kita harus kembali ke jaman Suharto lagi?
Sekali2 bicara politik ya..
Sebenarnya, meskipun padat penduduk, asal aturan ditegakkan tanpa pandang bulu, mestinya ga masalah. Pemerintah harusnya tegas. Sekarang gimana pemerintah mo tegas, la wong oknum pemerintah selalu ada dimana2..
Contoh kasus, kembali ke soal hilang atau berkurangnya calo tiket kereta api dengan penggunaan KTP asli penumpang. Sederhana kan, tapi sungguh, ladang jual tiket oleh calo jadi lenyap atau berkurang. Dan calonya bukan hanya orang luar lah.. Kalo pimpinan KAI ga berniat keras menerapkan aturan tiket dengan KTP dengan segala resiko dimusuhi dan diomelin calo2 tiket, mana mungkin calo itu bisa hilang..
Kadang kasus2 lain pun perlu keberanian pemimpinnya.
Sering saya baca di Kompasiana, TKI yang diperas di bandara Sukarno Hatta saat pulang ke Indo. Saya sendiri juga pernah liat, saat ngantri diperiksa di Imigrasi, para TKI bolak-balik ngurus sesuatu, seperti dilempar sana sini oleh petugas. Bahkan sambil nangis.. Kasihan..
Klu pimpinan mo masalah itu beres, gampang kan. Tempatnya jelas, bandara. Orang2nya juga ada di tempat, ga usah nguber2 lagi.. Gitu aja kok repot.. Memang menjadi repot, klu ada oknum yang dapat bagian to..
Klu masalah transportasi lain, bis. Saya salah satu pelanggan bis antar kota antar propinsi, bandung-bogor. Sebelnya minta ampun, klu dapat bis omprengan tetapi ngaku bis eksekutif. AC ga jalan, lebih banyak angin dari blower. Kursi butut. Ngebut dikit, bis bergetar, jadi ga bisa disambi baca ato online deh.. Klu dikomplain, pasti kru bis nya pura2 ga denger.. Klu lagi ga buru2, saya milih nunggu antri bis berikutnya.. Klu ga, ya terpaksa deh..
KLu pimpinan mo ngeberesin masalah ini juga gampang to.. Bikin syarat bis eksekutif tuh gimana. Yang ga memenuhi syarat, ya jangan ngaku2 eksekutif. Tempatnya jelas, terminal. Barangnya ada, bis. Orangnya juga ada. Lagi2, kecuali ada oknum yang dapat jatah dari bis omprengan..
Capek deh..
Senin, 17 September 2012
Membaca Ganti Hati-nya Dahlan Iskan
Baru beberapa minggu lalu saya selesai membaca bukunya Dahlan Iskan (DI) tentang Ganti Hati.. Sebenarnya sudah lama pengen beli dan membacanya, tetapi belum sempet, jadi hanya baca2 dari blognya saja.. Akhirnya, pas saya harus nungguin adik ipar saya melahirkan, saya sempatkan beli. Lumayan untuk menghabiskan waktu..
Awalnya, pengen baca karena pengen tau kepribadian beliau, gimana cara beliau agar bisa sukses, dan gimana cara beliau menghadapi penyakitnya. Selain ingin meneladani hal2 yang baik dari beliau, sebagai orang yang penyakitan, saya juga perlu dapet spirit bagaimana beliau berjuang menghadapi penyakitnya. Dari membaca bukunya, pertanyaan saya terjawab terutama yang point 1 dan 3.
Komentar saya. Perlu dibaca bagi orang2 yang penyakitan, pendamping orang2 yang sakit, atopun orang2 yang sehat agar tidak sakit.. hehe Intinya sih, perlu buat semuanya..
#1# Meskipun, beliau tidak bercerita bagaimana menjadi sukses, tapi kelihatan dari kepribadian beliau. Hard working, simple, sistematis dan jago analisis, out of the box, jujur, taat beribadah.. Sepakatlah saya, banyak hal2 baik yang patut ditiru.. Mudah2n bisa meniru jejak beliau..
Cuman satu hal yang saya ga setuju. Saya ga mau kerja terlalu keras hingga sakit parah seperti itu. Mumpung masih muda, sebaiknya sih, harus bisa ngukur kemampuan fisik kita. dan bagaimanapun, keluarga adalah yang terpenting. Beliau ini hebat, udah sakit parah, tetapi masih terus kerja dan kerja.. Saking sibuknya kerja, sampai anak2nya merasa punya bapak saat bapaknya sakit.. kasihan.. Mestinya jangan sampe seperti itu.. Tapi melihat kondisi dan kepribadian beliau, saya sih maklum..
#2# Sebagai peneliti, saya ngiri dengan dokter2 di luar negeri sana. Mereka dibebaskan melakukan riset sebaik2nya untuk kemajuan kesehatan.. Wuih, seandainya, di Indo juga seperti itu. Saya sering merasa tertahan keinginan saya untuk meneliti ini dan itu karena keterbatasan dana, ga bisa menganalisis ini dan itu karena mahal, mo cari literatur ini dan itu terbatas akses, mo liat penelitian orang lain di dalam ato luar negeri untuk menambah wawasan tapi no money, pengen diskusi dengan para ahli tapi dibatasi privacy dan HAKI. Yah, apa boleh buat, kan ga boleh mengeluh, jadi ya meneliti2 sendiri, kerja2 sendiri, uang2 sendiri, sibuk2 sendiri, hasil ya buat sendiri.. :)
Menyedihkan.com
Buku lanjutan yang sudah dibeli dan akan saya baca adalah Chairul Tanjung, si anak singkong..
Tunggu ya..
Awalnya, pengen baca karena pengen tau kepribadian beliau, gimana cara beliau agar bisa sukses, dan gimana cara beliau menghadapi penyakitnya. Selain ingin meneladani hal2 yang baik dari beliau, sebagai orang yang penyakitan, saya juga perlu dapet spirit bagaimana beliau berjuang menghadapi penyakitnya. Dari membaca bukunya, pertanyaan saya terjawab terutama yang point 1 dan 3.
Komentar saya. Perlu dibaca bagi orang2 yang penyakitan, pendamping orang2 yang sakit, atopun orang2 yang sehat agar tidak sakit.. hehe Intinya sih, perlu buat semuanya..
#1# Meskipun, beliau tidak bercerita bagaimana menjadi sukses, tapi kelihatan dari kepribadian beliau. Hard working, simple, sistematis dan jago analisis, out of the box, jujur, taat beribadah.. Sepakatlah saya, banyak hal2 baik yang patut ditiru.. Mudah2n bisa meniru jejak beliau..
Cuman satu hal yang saya ga setuju. Saya ga mau kerja terlalu keras hingga sakit parah seperti itu. Mumpung masih muda, sebaiknya sih, harus bisa ngukur kemampuan fisik kita. dan bagaimanapun, keluarga adalah yang terpenting. Beliau ini hebat, udah sakit parah, tetapi masih terus kerja dan kerja.. Saking sibuknya kerja, sampai anak2nya merasa punya bapak saat bapaknya sakit.. kasihan.. Mestinya jangan sampe seperti itu.. Tapi melihat kondisi dan kepribadian beliau, saya sih maklum..
#2# Sebagai peneliti, saya ngiri dengan dokter2 di luar negeri sana. Mereka dibebaskan melakukan riset sebaik2nya untuk kemajuan kesehatan.. Wuih, seandainya, di Indo juga seperti itu. Saya sering merasa tertahan keinginan saya untuk meneliti ini dan itu karena keterbatasan dana, ga bisa menganalisis ini dan itu karena mahal, mo cari literatur ini dan itu terbatas akses, mo liat penelitian orang lain di dalam ato luar negeri untuk menambah wawasan tapi no money, pengen diskusi dengan para ahli tapi dibatasi privacy dan HAKI. Yah, apa boleh buat, kan ga boleh mengeluh, jadi ya meneliti2 sendiri, kerja2 sendiri, uang2 sendiri, sibuk2 sendiri, hasil ya buat sendiri.. :)
Menyedihkan.com
Buku lanjutan yang sudah dibeli dan akan saya baca adalah Chairul Tanjung, si anak singkong..
Tunggu ya..
Calo oh calo..
Kemarin malam dan tadi pagi, hp saya sibuk oleh sms berurut2n.. Yup, dari calo tanah dari tanah yang saya jual..
Tadinya saya akan menjual tanah melalui bekas pekerja saya sebagai calo, si A. Okelah, nanti saya akan kasih komisi ke dia. Yang tentu besarnya, tergantung kebaikan hati saya. Saat mo deal, ternyata orang yang saya kira pembeli, ternyata juga calo, si B. Bikin bete juga, apalagi dia bilang harga tanah eh kebun saya itu sebenarnya sudah kemahalan. Meski ada pohon sengonnya, paling juga cuman bisa buat kayu bakar. Enak aje.. Saya tahan nih rasa kesel saya. Cuman calo kok jelek2in tanah saya, klu ga mau, ya ga usah jadi aja..
Eh, pake ditambah dia bilang keceplosan.. Klu harga sekian, komisi saya dari pembeli jadi berkurang dong bu.. Nanti saya juga minta komisi 15% dari ibu ya..
Huh.... BATAL, gitu kata saya kesel..
Padahal, katanya si pembeli adalah sodara-nya si B. Udah mo minta komisi dari saya, minta juga dari sodara-nya, plus ngasih harga persen komisinya lagi.. NO WAY.. Greedy
So, saya coba pasang plang jual tanah sendiri. Tapi sama tetangga2 ga dibolehin. Biar lewat tetangga saja.. What? Okelah, tapi saya mau harga bersih sekian. Silahkan dijual setinggi2nya (kalaupun bisa laku hehe), sisanya buat komisi tetangga. Tentu sudah saya perhitungkan, kira2 harga normal tanah disitu berapa.. Akhirnya, deal dengan pembeli yang sama, tetapi calo-nya beda. Si C dan D. Waduh, bakal rame nih..
Beneran.. Si C komplain harus berbagi komisi dengan D dan B, karena si B adalah sodaranya pembeli. Kemudian Si A komplain kenapa dia dan si B ga dikasih komisi karena dia merasa dia lah yang pertama2 nawar2in kebun saya dengan si B.. SMS ini ga saya jawab. Bodo. Transaksi kedua tanpa melibatkan dia kok, lagian kalu saya tau ada si B dalam transaksi kedua, bisa2 saya batalin jual belinya. Selain itu, kan kesepakatan jelas, saya minta harga bersih. tidak ada komisi, klu mo minta komisi, ya jangan ke saya.
Komplain ke-3 dari si D. Dia minta saya yang bagi2 komisi, bukan si pembeli. Ga mungkin lah, kan saya minta bersih, so urusan bagi2 komisi ada di pihak pembeli donk..
Tidak ada komplain langsung dari si B. Mana berani dia komplain ke saya..
Wuih.. capek deh.. klu urusan duit, ramenya. Ketahuan siapa yang tamak, rakus.. Silahkan berebut..
Calo oh calo..
Saya paling benci dengan yang namanya calo.. Kecuali, si calo udah pasang tarif, itu urusan dia.. Kalau mau tarifnya, silahkan pake, klu engga, ya ga usah.. meskipun terpaksa. Legal, ada kesepakatan di depan. Paling sebel sama calo serigala berbulu domba. Kirain bener ngebantu, ternyata ujung2nya pasang tarif..
Apa karena penduduk Indo saking banyaknya ya.. hingga calo pun bisa jadi pekerjaan. Entah calo tanah, calo mobil, calo pekerjaan, dst dst..
Calo pekerjaan, orang bisa kerja bila membayar fee ke seseorang untuk memasukkan kerja. Entah itu PNS ato kerja di pabrik.. Hmhm.. kasihan yang jadi korban..
Terakhir calo proposal..dibikinin proposal untuk pengajuan dana, tetapi minta sekian persen dari dana yang didapat.. Hmhm, capek deh
Sebegitu banyakkah pengangguran di Indo sampe perlu calo2 tsb? Kalau memang adanya calo berarti membuka lapangan pekerjaan bagi pengangguran, bukankah adanya calo meningkatkan biaya produksi? Hmhm sekali lagi.. capek deh
Tadinya saya akan menjual tanah melalui bekas pekerja saya sebagai calo, si A. Okelah, nanti saya akan kasih komisi ke dia. Yang tentu besarnya, tergantung kebaikan hati saya. Saat mo deal, ternyata orang yang saya kira pembeli, ternyata juga calo, si B. Bikin bete juga, apalagi dia bilang harga tanah eh kebun saya itu sebenarnya sudah kemahalan. Meski ada pohon sengonnya, paling juga cuman bisa buat kayu bakar. Enak aje.. Saya tahan nih rasa kesel saya. Cuman calo kok jelek2in tanah saya, klu ga mau, ya ga usah jadi aja..
Eh, pake ditambah dia bilang keceplosan.. Klu harga sekian, komisi saya dari pembeli jadi berkurang dong bu.. Nanti saya juga minta komisi 15% dari ibu ya..
Huh.... BATAL, gitu kata saya kesel..
Padahal, katanya si pembeli adalah sodara-nya si B. Udah mo minta komisi dari saya, minta juga dari sodara-nya, plus ngasih harga persen komisinya lagi.. NO WAY.. Greedy
So, saya coba pasang plang jual tanah sendiri. Tapi sama tetangga2 ga dibolehin. Biar lewat tetangga saja.. What? Okelah, tapi saya mau harga bersih sekian. Silahkan dijual setinggi2nya (kalaupun bisa laku hehe), sisanya buat komisi tetangga. Tentu sudah saya perhitungkan, kira2 harga normal tanah disitu berapa.. Akhirnya, deal dengan pembeli yang sama, tetapi calo-nya beda. Si C dan D. Waduh, bakal rame nih..
Beneran.. Si C komplain harus berbagi komisi dengan D dan B, karena si B adalah sodaranya pembeli. Kemudian Si A komplain kenapa dia dan si B ga dikasih komisi karena dia merasa dia lah yang pertama2 nawar2in kebun saya dengan si B.. SMS ini ga saya jawab. Bodo. Transaksi kedua tanpa melibatkan dia kok, lagian kalu saya tau ada si B dalam transaksi kedua, bisa2 saya batalin jual belinya. Selain itu, kan kesepakatan jelas, saya minta harga bersih. tidak ada komisi, klu mo minta komisi, ya jangan ke saya.
Komplain ke-3 dari si D. Dia minta saya yang bagi2 komisi, bukan si pembeli. Ga mungkin lah, kan saya minta bersih, so urusan bagi2 komisi ada di pihak pembeli donk..
Tidak ada komplain langsung dari si B. Mana berani dia komplain ke saya..
Wuih.. capek deh.. klu urusan duit, ramenya. Ketahuan siapa yang tamak, rakus.. Silahkan berebut..
Calo oh calo..
Saya paling benci dengan yang namanya calo.. Kecuali, si calo udah pasang tarif, itu urusan dia.. Kalau mau tarifnya, silahkan pake, klu engga, ya ga usah.. meskipun terpaksa. Legal, ada kesepakatan di depan. Paling sebel sama calo serigala berbulu domba. Kirain bener ngebantu, ternyata ujung2nya pasang tarif..
Apa karena penduduk Indo saking banyaknya ya.. hingga calo pun bisa jadi pekerjaan. Entah calo tanah, calo mobil, calo pekerjaan, dst dst..
Calo pekerjaan, orang bisa kerja bila membayar fee ke seseorang untuk memasukkan kerja. Entah itu PNS ato kerja di pabrik.. Hmhm.. kasihan yang jadi korban..
Terakhir calo proposal..dibikinin proposal untuk pengajuan dana, tetapi minta sekian persen dari dana yang didapat.. Hmhm, capek deh
Sebegitu banyakkah pengangguran di Indo sampe perlu calo2 tsb? Kalau memang adanya calo berarti membuka lapangan pekerjaan bagi pengangguran, bukankah adanya calo meningkatkan biaya produksi? Hmhm sekali lagi.. capek deh
Senin, 10 September 2012
Romantisme kejayaan masa lalu
Minggu lalu, saya n hubby silaturohim ke rumah om dan tante saya. Ceritanya, sekalian halal bihalal gitu. Om saya ini adalah seorang profesor, dosen teknik sebuah perguruan tinggi negeri terkenal di Indo. Meskipun sudah pensiun, tapi masih aktif jalan2 di usia senjanya. Beliau bertanya tentang disertasi saya sudah sampai mana dan bertanya topik disertasi saya (lagi). Hehe.. maklum sudah sepuh, beliau lupa saya sudah berulang kali cerita tentang disertasi saya..
Intinya, beliau mendukung topik disertasi, berharap dengan aeroponik, ketersediaan benih kentang berkualitas akan meningkat. Beliau berharap agar produksi kentang pada akhirnya meningkat dan kentang nantinya dapat menjadi alternatif pangan di Indonesia, selain beras tentunya.. Amiin YRA..
Ujung2nya, beliau mengungkapkan keresahannya tentang impor beras dan kedelai, padahal Indo merupakan negara agraris.. hmhmhm..
Saya males ngomentari keresahan beliau.. Yup, kita semua tau tentang impor beras dan kedelai. Tapi kenangan bahwa dulu kita adalah negara agraris yang subur makmur, bagi saya males mengingat-ingatnya kembali. Situasi dulu dan sekarang adalah beda. Kerakusan kita telah membuat lahan kita sudah tidak sesubur dulu. Lahan subur kita menjadi terbatas. Sedangkan jumlah penduduk kita sudah naudzubillah mindzalik buanyaknya dibandingkan saat lagu "singkong dilempar jadi tanaman" masih banyak dinyanyikan. Udah banyak penduduk, sulit diatur, mana pemerintah ga tegas lagi. Cape deh..
Itu komentar emosional yang tertahan..
Didengungkan diversifikasi pangan, ga ngefek hingga sekarang.. Dan, om saya yang resah impor beras, ternyata sama dengan saya, yang termasuk orang yang merasa belum makan, sebelum makan nasi. Jadi inget waktu di Eropa, nahan 2 minggu ga ketemu nasi menghasilkan rasa di perut yang selalu pengen buang gas melulu.. Dan begitu lahapnya kami, sesama orang asia ketika disuguhi nasi.. Ludes.. hehe
Inget seorang Walikota yang memaksa sehari tanpa nasi kepada anak buahnya.. Berhasil ga ya programnya?
Impor kedelai? Ya iya lah, kedelai kan termasuk tanaman sub tropis. Bukan asli tanaman Indo, so produktivitasnya sulit optimal. Pernah dosen saya cerita klu varietasnya bisa menghasilkan lebih dari 2 t/ha. Usut punya usut, ternyata untuk bisa seperti itu perlu input yang tinggi. Pupuk kandang 5 t/ha. Aduh, berat untuk diterapkan petani. Masih taraf penelitian, skala kecil.. Masih perlu exploring..
So, please lah, jangan ungkit2 lagi kenangan manis tentang lahan subur kita. Kenapa dulu begitu, sekarang begini.. Yang penting, actionnya mana.. Klu ga bisa action, mending diem deh.. Kondisi inilah,yang terkadang, saya males nonton tv Indo. Klu ga mencaci, menyalahkan, gosip.. duh, pindah channel ke tv berbayar deh..
Diantara nada2 pesimis tentang negara ini, saya happy banget dengan 2 postingan terakhir Dahlan Iskan.. Sst.. saya adalah fans berat beliau. Saya berlangganan postingan beliau.. Yang pertama tentang pelabuhan merak dan kedua tentang kereta api dalam meghadapi lebaran kemaren..
Ga ada cerita macet panjang di merak. Tumben. Kok bisa?
Ga ada cerita penumpang kereta tergencet ato kereta telat.. Saya termasuk pengguna kereta saat lebaran kemaren juga heran. Berhubung lebaran, kirain bakal telat dan pasti kotor. Ternyata stasiun dan kereta bersih. Kepergian dan kedatangan tepat waktu. Kok bisa?
Saya happy bener baca postingan Dahlan Iskan. Wartawan2 kecele alias kecewa ga dapat berita seksi tentang keburukan angkutan di lebaran kemarin.. Horeeee..
Dulu, sepertinya tanpa jembatan yang menghubungkan Jabar dan Lampung, ga mungkin kemacetan Merak teratasi. Dulu, rasanya sulit mengatasi calo kereta api. Hopeless deh.. Nyatanya bisa tuh dengan harus menunjukkan KTP asli.. Jadi inget cerita teman yang beli tiket dari calo dengan nama di tiket yang berbeda. Mana harganya 3x lipat. Berhubung namanya beda, tetap aja harus beli lagi. Jadi beli di calo hanya untuk dapet seat aja, tetap harus pake nama sesuai ktp asli di loket resmi.. Rugi berapa kali tuh.. Makanya jangan beli di calo ya..
Alhamdullillah.. Seperti kata Dahlan Iskan, sebenarnya, masih banyak orang baik yang ingin negara kita maju. Meskipun tantangan itu bisa berasal dari kanan, kiri, atas, bawah, dalam, luar..
Nah, mestinya virus yang begini ini yang ditularkan, seperti kata Dahlan Iskan. Manufacturing Hope. bukan dengan mengingat romantisme masa lalu dengan menyalahkan pihak2 lain..
Semangattttttt..
Intinya, beliau mendukung topik disertasi, berharap dengan aeroponik, ketersediaan benih kentang berkualitas akan meningkat. Beliau berharap agar produksi kentang pada akhirnya meningkat dan kentang nantinya dapat menjadi alternatif pangan di Indonesia, selain beras tentunya.. Amiin YRA..
Ujung2nya, beliau mengungkapkan keresahannya tentang impor beras dan kedelai, padahal Indo merupakan negara agraris.. hmhmhm..
Saya males ngomentari keresahan beliau.. Yup, kita semua tau tentang impor beras dan kedelai. Tapi kenangan bahwa dulu kita adalah negara agraris yang subur makmur, bagi saya males mengingat-ingatnya kembali. Situasi dulu dan sekarang adalah beda. Kerakusan kita telah membuat lahan kita sudah tidak sesubur dulu. Lahan subur kita menjadi terbatas. Sedangkan jumlah penduduk kita sudah naudzubillah mindzalik buanyaknya dibandingkan saat lagu "singkong dilempar jadi tanaman" masih banyak dinyanyikan. Udah banyak penduduk, sulit diatur, mana pemerintah ga tegas lagi. Cape deh..
Itu komentar emosional yang tertahan..
Didengungkan diversifikasi pangan, ga ngefek hingga sekarang.. Dan, om saya yang resah impor beras, ternyata sama dengan saya, yang termasuk orang yang merasa belum makan, sebelum makan nasi. Jadi inget waktu di Eropa, nahan 2 minggu ga ketemu nasi menghasilkan rasa di perut yang selalu pengen buang gas melulu.. Dan begitu lahapnya kami, sesama orang asia ketika disuguhi nasi.. Ludes.. hehe
Inget seorang Walikota yang memaksa sehari tanpa nasi kepada anak buahnya.. Berhasil ga ya programnya?
Impor kedelai? Ya iya lah, kedelai kan termasuk tanaman sub tropis. Bukan asli tanaman Indo, so produktivitasnya sulit optimal. Pernah dosen saya cerita klu varietasnya bisa menghasilkan lebih dari 2 t/ha. Usut punya usut, ternyata untuk bisa seperti itu perlu input yang tinggi. Pupuk kandang 5 t/ha. Aduh, berat untuk diterapkan petani. Masih taraf penelitian, skala kecil.. Masih perlu exploring..
So, please lah, jangan ungkit2 lagi kenangan manis tentang lahan subur kita. Kenapa dulu begitu, sekarang begini.. Yang penting, actionnya mana.. Klu ga bisa action, mending diem deh.. Kondisi inilah,yang terkadang, saya males nonton tv Indo. Klu ga mencaci, menyalahkan, gosip.. duh, pindah channel ke tv berbayar deh..
Diantara nada2 pesimis tentang negara ini, saya happy banget dengan 2 postingan terakhir Dahlan Iskan.. Sst.. saya adalah fans berat beliau. Saya berlangganan postingan beliau.. Yang pertama tentang pelabuhan merak dan kedua tentang kereta api dalam meghadapi lebaran kemaren..
Ga ada cerita macet panjang di merak. Tumben. Kok bisa?
Ga ada cerita penumpang kereta tergencet ato kereta telat.. Saya termasuk pengguna kereta saat lebaran kemaren juga heran. Berhubung lebaran, kirain bakal telat dan pasti kotor. Ternyata stasiun dan kereta bersih. Kepergian dan kedatangan tepat waktu. Kok bisa?
Saya happy bener baca postingan Dahlan Iskan. Wartawan2 kecele alias kecewa ga dapat berita seksi tentang keburukan angkutan di lebaran kemarin.. Horeeee..
Dulu, sepertinya tanpa jembatan yang menghubungkan Jabar dan Lampung, ga mungkin kemacetan Merak teratasi. Dulu, rasanya sulit mengatasi calo kereta api. Hopeless deh.. Nyatanya bisa tuh dengan harus menunjukkan KTP asli.. Jadi inget cerita teman yang beli tiket dari calo dengan nama di tiket yang berbeda. Mana harganya 3x lipat. Berhubung namanya beda, tetap aja harus beli lagi. Jadi beli di calo hanya untuk dapet seat aja, tetap harus pake nama sesuai ktp asli di loket resmi.. Rugi berapa kali tuh.. Makanya jangan beli di calo ya..
Alhamdullillah.. Seperti kata Dahlan Iskan, sebenarnya, masih banyak orang baik yang ingin negara kita maju. Meskipun tantangan itu bisa berasal dari kanan, kiri, atas, bawah, dalam, luar..
Nah, mestinya virus yang begini ini yang ditularkan, seperti kata Dahlan Iskan. Manufacturing Hope. bukan dengan mengingat romantisme masa lalu dengan menyalahkan pihak2 lain..
Semangattttttt..
Langganan:
Postingan (Atom)