Topik Judul

Cari Blog Ini

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)

Jual benih kentang bersertifikat G0 aeroponik dan turunannya (G1, G2)
Lebih sehat, produksi dan kualitas lebih tinggi.. Minat??

Pemesanan Benih Kentang :

Hubungi http://jayamandirifarm.blogspot.com/
atau phone/whatsApp/Line/WeChat/Viber
+62 812 1919 2065
0812 1919 2065

email : vansekar@yahoo.co.id

LAYANAN KONSUMEN JM FARM :

Free/Gratis Khusus Konsumen :
- Panduan budidaya perbenihan kentang
- Konsultasi teknologi perbenihan kentang
,
Diskon Khusus Konsumen : Pembelian diatas jumlah minimum

Jumat, 17 Januari 2014

Mengatur Pertumbuhan Tanaman Kentang

Saya agak mengerutkan kening saya, saat teman senior saya lebih memilih budidaya kentang dengan input minimum untuk produksi benih kentang agar benih kentang yang dihasilkan kecil, tidak besar, seperti yang banyak diminati konsumen benih..

Dulu, saya juga berfikir seperti itu. Paling tidak, begitu jawaban saya saat ditanya ujian kualifikasi doktor dulu. Alhamdulillah, saat ditanya oleh dosen penguji saya luar saya, Bapak Dirjen Hortikultura, sudut pandang saya sudah berubah..

Karena satuan menjual benih G2 dst dalam satuan gram, maka konsumen lebih memilih benih kecil dengan jumlah yang banyak agar diperoleh lubang tanam yang banyak..
Setuju, bila dihitung alasan ekonomi, tetapi tidak setuju, bila memandang dari sisi prospek hasil. Saya yakin petani pun paham, benih yang ukuran besar, potensi menghasilkan umbi lebih tinggi, dengan catatan, petani yang berpengalaman lho ya.. Karena bila belum berpengalaman plus nanamnya di musim hujan, hehe.. malah bisa gagal panen deh..

Benih yang kecil, potensi hasilnya pun ikut kecil. Bahkan wajib didukung pupuk sgala. Kalau benih besar, terkadang ga perlu pupuk dasar, karena cadangan makanan dari umbi sudah cukup banyak. Silahkan cek saat panen, terkadang pupuk dasar masih nyisa, apalagi kalau lagi kering..

Kenapa harus berpengalaman?
Bila belum berpengalaman, benih yang besar akan menghasilkan benih yang besar pula, istilahnya kecelakaan... karena akan lebih banyak umbi yang dijual konsumsi daripada untuk jadi benih..

Alhamdullillah, musim lalu, saya bisa panen 44 t/ha dengan rata2 jumlah umbi lebih dari 15. Benih yang dihasilkan sedang2 saja. Tidak terlalu besar karena dibagi dalam jumlah umbi yang banyak, tetapi juga tidak terlalu kecil, karena pertumbuhan vegetatifnya cepat dan tinggi.

Dengan demikian pertumbuhan benih besar harus bisa diatur, bagaimana agar tidak fokus ke pertumbuhan vegetatif (daun, batang) dan segera beralih ke pertumbuhan umbi.
Caranya?
Hehe.. Silahkan jadi konsumen saya....

4 komentar:

  1. 30 ton/ha wahh sudah syukur banget bu... mudah2an bisa kalau ibu jadi mentor saya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah, mudah2n pak Henry bisa jadi pelopor di daerah bapak ya.. regards;

      Hapus
  2. 44 ton/h angka yang sangat tinggi di Dieng Jateng sangat jarang sekali dengan hasil tersebut salut buat ibu

    BalasHapus
  3. Alhamdullillah, saya juga baru sekali itu. Biasanya hanya sekitar 35 t/ha. Kebetulan, musim pas bagus, ukuran benih pas bagus, eala yang kerja juga pas nurut diatur2nya.. Mudah2n selanjutnya bisa diatas 40 t terus..

    Semestinya, kalau di Dieng yang lebih dingin, bisa lebih dari 40 t/ha lah. Pelajari aja terus.. Semangat ya..

    BalasHapus